38

113 92 142
                                    

Saat menyatakan perasaan pada seseorang hanya ada dua kemungkinan. Dia juga suka balik atau dia tidak suka balik. Simpel namun menyakitkan.



















Hari ini kosong. Ya hari ini gizca kosong. Kosong karena ia hanya berdiam diri dirumah dikarenakan ia di skors. Ia masih memikirkan tentang kejadian tersebut, penasaran dengan siapa orang yang tega menjebak nya. Gizca merasa dia tak pernah memiliki masalah dengan siapapun dan juga bukan kah ia dan mora sudah berbaikan? Tidak mungkin jika mora yang melakukan hal ini jelas jelas mora sendiri yang menitipkan tas nya pada gizca dan mora pergi ke toilet.
Gizca benar benar bosan. Ia tak tahu harus berbuat apa. Bahkan sejak pagi gizca hanya pergi ke dapur, rumah tamu, halaman depan dan kembali lagi ke dalam kamar nya. Ia ingin menghubungi dera atau liana, namun takut menganggu karena pasti mereka tengah belajar sekarang.

Tok tok tok.
Bi inah masuk ke dalam kamar gizca.

"Maaf non bibi ga ijin dulu, di bawah ada tuan sama nyonya." ucap bi inah.

"Ayah sama bunda bi?." bi inah pun mengangguk. Gizca pun segera ke bawah untuk menghampiri orang tua nya.

"Ayah, bunda." panggil gizca.

"Kamu kenapa ada dirumah? Tidak sekolah?." tanya tama.
Seketika gizca lupa bahwa ia sedang di skors dan belum bilang kepada orang tua nya.

"A-aku di skors yah." ucap gizca tertunduk.

"APA?!?!?." ucap sarah berteriak.

"Kenapa bisa?." tanya tama.

"A-aku dituduh mencuri, tapi beneran aku ga nyuri aku di fit-."
Plak.
Sarah menampar gizca.

"Kamu ini benar benar anak tidak tau malu. Kami selalu membiayai kamu apakah itu masing kurang sampai kamu harus mencuri hah? Kamu mau bikin saya malu?!." ucap sarah emosi.

"E-engga bunda, a-aku difitnah. Aku ga pernah mencuri sama sekali."

"Kamu ini benar benar menyusahkan. Seharusnya sejak dulu saya tak berniat memiliki anak lagi kalau yang lahir anak seperti kamu. Pembawa sial, kriminal, tidak tau diri !."

"B-bunda." ucap gizca dengan air mata yang tak dapat ia bendung lagi."

"Saya benar benar benci punya anak seperti kamu gizca !."

"B-bunda jangan gitu, caca minta maaf." gizca mengambil tangan sarah namun sarah menepis nya dengan kasar. Lalu sarah pun pergi keluar.

"Ayah kecewa sama kamu gizca. Awalnya ayah mencoba untuk membujuk bunda agar bisa adil sama kamu maupun lyora. Tapi setelah ini ayah mengurungkan niat karena ayah tak sudi punya anak seperi kamu. Ayah ga pernah ngajarin kamu untuk berbuat jahat, tapi kenapa kamu seperti ini? Apa kamu mencari perhatian dari ayah dan bunda? Tidak seperti ini cara nya gizca." ucap tama.

"Ayah engga aku ga mungkin ngelakuin hal kayak gitu. A-aku ju-."

"Sudah ayah tidak mau mendengar pembelaan dari kamu. Jangan salahkan kami bila kami tidak peduli sama sekali sama aku karena ini semua juga karena ulah kamu sendiri." ucap tama lalu keluar dari rumah menyusul sarah.

"A-ayah k-kenapa." ucap gizca sambil menangis. Ia benar benar hancur. Hidup nya sudah hancur sehancur hancur nya. Untuk apa ia dilahirkan kalau hanya untuk disalahkan seperti ini? Bukan kan setiap orang berhak melakukan pembelaan atas kesalahan yang buat ia lakukan?.

"Non." bi inah datang lalu merangkul gizca dan membawa nya duduk di sofa.

"Bi, aku salah lagi ya? Aku berani sumpah kalo aku engga mencuri. Aku ga mungkin ngelakuin hal yang bikin ayah dan bunda ga suka."

ʀɪɢᴜᴀʀᴅᴏ ᴀ ᴍᴇ [End]Where stories live. Discover now