58

151 98 152
                                    

Setidaknya aku pernah merasakan apa itu bahagia walau hanya sedetik.
























Langit indah dipagi hari senantiasa membuat suasana menjadi lebih terkesan. Awan putih yang menghiasi langit ditemani dengan hilir mudiknya burung burung. Terik cahaya matahari yang tak terlalu menyengat membuat pagi ini terasa begitu damai.

Perlahan lahan mata gadis itu terbuka. Selimut berwarna pink yang membalut tubuhnya belum terbuka sepenuhnya. Hanya menampakan setengah badan. Ia mengucek ngucek mata untuk menormalkan penglihatannya. Setelah cukup mengumpulkan nyawa, ia menoleh kearah nakas untuk mengambil air minum.

Tiba tiba ia teringat dengan kejadian tadi malam. Kejadian yang mampu melumpuhkan jiwa nya hanya dalam satu jentikan jari tangan. Ia berharap kejadian tadi malam hanyalah bualan mimpi, namun pada akhirnya semua yang terjadi adalah kenyataan.

Gizca bingung, mengapa kakaknya tiba tiba menyukai jefran? Bahkan mereka bertemu pun jarang. Yang gizca ingat mereka hanya bertemu diacara kantor ayahnya dan juga kedatangan jefran ke rumah nya untuk meminta ijin.

Mengapa tidak putra saja yang dijodohkan dengan kakaknya? Bilang saja gizca egois sebab ia tak ingin jefran dimiliki oleh perempuan lain. Bilang saja gizca egois sebab ia lebih mementingkan kebahagiaan dirinya daripada kakaknya sendiri.

Ayah dan bunda nya sudah tidak peduli terhadap dirinya, dan sekarang laki laki yang menjadi tumpuan hidupnya harus berpaling juga dari dirinya? Gizca selalu bertanya tanya dalam dirinya, apakah keadilan itu hanya berlaku bagi orang orang yang pantas? Lalu apakah dirinya tidak pantas untuk mendapatkan keadilan itu?

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat pikiran nya yang bercabang buyar seketika. Ia segera menghapus air mata agar tak ada yang curiga.

"Masuk aja." ucap gizca.

Gagang pintu bergerak dan pintu terbuka, menampilkan seorang perempuan yang memandang lurus kearah gizca. Lyora berjalan mendekati kearah gizca.

"Ada apa kak?." tanya gizca. Lyora duduk dipinggir kasur gizca.

"Relain jefran buat kakak ya, masih banyak kok cowo diluar sana."

Gizca terdiam sesaat. "Lalu kenapa kakak pengen pacar aku? Diluar sana masih banyak cowo."

Lyora terdiam dengan jawaban gizca. Ia diam tak bisa berkutik.

"Apa ga cukup dengan ayah bunda, sekarang kak lyo mau ambil juga kak jefran dari aku?."

"Tapi aku sayang dan cinta sama jefran."

"Kenapa kakak bisa sayang dan cinta sama kak jefran sementara kakak ketemu sama kak jefran aja jarang."

"Aku suka sama jefran saat pertama kali kita ketemu."

Gizca meraih tangan lyora." Aku mohon sama kakak, aku masih bisa menerima perlakuan ayah dan bunda sama aku tapi aku mohon jangan ambil kak jefran dari aku. Sekarang cuma kak jefran yang bisa menguatkan aku untuk tetap bertahan sampai titik ini."

Lyora melepaskan tangan gizca dari tangan nya.

"Tapi bunda bilang apa yang menjadi milik kamu boleh menjadi milik kakak juga, termasuk jefran."

Bagaikan dihantam batu, bahu gizca seketika turun. Ia tak menyangka jika bunda nya memang setidaksuka itu pada dirinya.

"Tapi kak jefran pengecualian kak."

"Maka dari itu kamu relain jefran buat kakak, biarin kakak bahagia sama jefran."

"Terus gimana dengan kebahagiaan aku kak?."

ʀɪɢᴜᴀʀᴅᴏ ᴀ ᴍᴇ [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt