first love means nothing

1.7K 224 65
                                    

Hai guys aku update chapter 24 yaa, makasih yang mau nungguin dan selalu support cerita ini😊😊

.

When the party is over...

.

.

Suara teriakan yang bersahutan terdengar di penjuru gimnasium sore itu. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 04.30 sore, namun kumpulan siswa itu masih belum ingin pulang. Mereka masih terus berlatih voli, bersiap untuk turnamen Haruko yang seleksinya dimulai dalam dua bulan lagi. Gai-sensei tampak berbincang serius dengan Yachi, kemudian menolehkan wajahnya kepada Sasuke yang duduk di tribun.

Sasuke sendiri masih fokus mengamati latihan sore hari itu. Akibat musibah kecelakaan kemarin, dokter bilang ia harus beristirahat sebentar dengan volinya. Lengannya bagian kiri terkadang masih sering sakit. Toh, Sasuke juga tak keberatan jika beristirahat sebentar. Ia benar-benar bosan dengan voli akhir-akhir ini.

Sasuke mengamati ponselnya yang menampilkan pesan dari Itachi.

'Mampirlah beli tofu sebelum pulang.'

Pandangannya kembali ke arena saat peluit tanda berhenti ditiup. Ia segera turun dari tribun dan ikut berkumpul bersama pemain yang lain.

"Baiklah semuanya! Permainan bagus! Untuk sementara kita akan berlatih dengan formasi seperti ini, sampai Sasuke kembali ke lapangan. Ada yang ingin ditanyakan?" Tanya Gai-sensei seperti biasa.

Mereka semua menggeleng, tanda mengerti.

"Baiklah, jaga kesehatan kalian. Walaupun ini latihan, aku ingin kalian benar-benar total. Kita harus menjadi perwakilan Miyagi di turnamen Haruko tahun depan."

.

"Kupikir kau lebih pendiam dari pada biasanya, Sasuke." Celetuk Kiba sambil menuntun sepedanya bersama Sasuke menuju gerbang.

"Aku 'kan memang pendiam orangnya." Celetuk Sasuke asal.

Kiba hanya mendengus mendengar jawaban asal sahabatnya itu. "Istirahatlah yang cukup, supaya kau cepat kembali ke lapangan."

Sasuke hanya menganggukkan kepala. Kedua orang itu berpisah di persimpangan karena Kiba akan pergi untuk mengambil pesanan roti ibunya. Praktis Sasuke pulang dengan mengendarai sepeda sendirian. Untungnya udara musim gugur kali ini benar-benar menyejukkan. Jika disuruh memilih apa musim favorit Sasuke, ia tak akan berpikir dua kali untuk memilih musim gugur. Meski sebagian orang memilih musim panas karena libur panjang, Sasuke sangat tak menyukai musim panas sebenarnya. Udara yang lembab, cuaca yang tak menentu. Benar-benar sebuah complete disaster.

Tapi musim panas kemarin, benar-benar beda. Ia memang tidak berlibur ke luar negeri seperti yang biasa ia lakukan bersama keluarganya. Sasuke pun hanya berlibur ke daerah tak terlalu ramai bernama Nobiru, mengunjungi neneknya Hinata di sana. Tapi ia tahu, musim panas kemarin, mungkin tak akan pernah bisa ia lupakan sepanjang hidupnya.

Sialan. Kau memikirkannya lagi, Sasuke.

Ia gelengkan kepalanya. Mencoba untuk tak memikirkan hal-hal yang mengingatkannya pada gadis itu. Pertengkaran mereka yang terakhir benar-benar menguras pikiran Sasuke. Ia menjadi begitu malas untuk pergi ke sekolah. Sasuke tahu bahwa Hinata juga menghindarinya. Namun, ia kesal sekaligus bersyukur gadis itu bersikap begitu. Rasanya Sasuke belum siap untuk membuka pembicaraan dengannya. Tiap kali melihat wajah gadis itu, yang diingatnya hanya foto Hinata bersama pemuda berambut merah sialan itu.

Sasuke berhenti untuk turun menuju toko Kakek Jiraiya. Memakirkan sepedanya di samping, kemudian masuk ke toko. Kakek Jiraiya menurunkan korannya untuk melihat siapa yang datang, "selamat datang - ah! Sasuke-kun?"

when the party is overTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang