6. Penjara Suci Itu...?

46 7 0
                                    

Hari Ahad pagi, jadwal rutin bagi seluruh santri-santriwati Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Anwarush Shalihin adalah ro'an. Ro'an yaitu kegiatan membersihkan lingkungan pondok pesantren. Di Anwarush Shalihin, ro'an sudah dihukumi fardhu 'ain bagi seluruh umat santri Anwarush Shalihin. Jika ada yang sengaja tidak mengikuti ro'an, maka santri itu akan dita'zir. Terkecuali bagi santri yang memiliki alasan jelas dan dapat diterima, seperti sakit, urusan penting, atau sedang pulang ke rumahnya.

Sebagaimana mengusung jargon "an-Nadzōfatu minal iimaan", dan "At-thohūru syathrul iimān,". Kebersihan adalah sebagian dari iman, dan Kesucian adalah sebagian dari iman. Sejatinya, yang bersih belum tentu suci, akan tetapi, yang suci biasanya pasti bersih. Ro'an secara tidak langsung mendidik santri untuk memiliki jiwa kegotong-royongan, bantu-membantu, menanamkan rasa kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan dan lingkungan sekitar.

Qismun Nadzafah atau pengurus kebersihan membagi masing-masing santriwati dalam 7 kelompok. Dalam 1 kelompok berisikan santri acak dari kamar yang berbeda. 7 kelompok itu memiliki tempat tugasnya masing-masing yang sudah ditentukan.

Jihan merangkap sebagai koordinator, membawahi santriwati-santriwati satu grupnya. Kali ini, ia kebagian di ndalem timur. Dengan adil, ia membagi anak-anak timnya. Beberapa anak di ruang tamu, ruang tengah, dapur, ruang makan, dan kamar mandi. Ruangan-ruangan khusus sperti kamar tidur, ruang pribadi Ning Nazwa, ruang keluarga, biasanya dibersihkan khusus oleh mudabbiroh atau khadimah tertentu.

"Oh iya, bagian teras samping jangan lupa disapu, hati-hati, daerah itu rawan najis,"

"Nanti dibuang dulu e'e'k cicaknya, terus dibilas lagi pakai air bersih sebelum dipel,"

"Yang ruang tamu ya, karpetnya ndak usah digulung, dibersihkan saja dengan sapu lidi kasur yang kecil itu,"

"Yang membersihkan kamar mandi, tolong jangan kebanyakan pakai sabun ya, nanti malah bikin lantainya licin. Kalau bisa, tolong banget diusahakan disiram sampai ndak licin-licin banget,"

Sebelum memasuki ndalem timur, Jihan terlebih dahulu menjelaskan beberapa poin penting tentang apa yang harus dilakukan masing-masing timnya.

"Kamu cuci-cuci piring ya, bareng aku," ajak Jihan pada salah satu santriwati setingkat kelas 1 Madrasah Aliyah.

Sebenarnya, Jihan sengaja memilih cuci piring sebab pekerjaannya tidak terlalu banyak dan akan cepat selesai. Dengan begitu Jihan akan dapat memantau santri-santri lain, sekaligus membantunya.

"Mba yang cuci, kamu yang natain ke rak piring, ya? Mau?"

"Nggih, siap Mba Jihan,"

Dengan perlahan dan penuh hati-hati, Jihan membersihkan satu persatu perabot dapur yang kotor. Termasuk piring dan gelas. Ia tidak ingin menimbulkan suara berdentingan akibat gesekan yang tidak sengaja antara perabot dengan bak cuci atau tembok. Kerap kali terjadi hal demikian, karena itu Jihan sangat pelan dan berhati-hati.

Setelah selesai dengan pekerjaan di dapur, Jihan beralih ke dapur kotor, yang letaknya di bagian paling belakang ndalem. Dapur kotor itu biasanya difungsikan jika ada acara besar, seperti masak bersama. Ada dua pawon disana, dan satu ranjang rotan. Biasanya santri putra sering nongkrong disana, entah sekadar nongkrong atau ronda malam. Dapur kotor itu berlantaikan semen, dibiarkan terbuka dengan pembatas batu bata, itupun hanya setengahnya saja. Jadi berbentuk seperti limasan terbuka.

Di depan dapur kotor itu menjulang pagar 5 meter, yang menjadi pembatas ndalem. Di balik tembok pembatas itu, konon terdapat taman kecil dan semacam gazebo. Jihan sama sekali belum menapakkan kedua kakinya kesana. Tidak ada yang diperkenankan masuk kesana, kecuali khadim dan khadimah yang memang ditugaskan untuk membersihkan area pribadi keluarga ndalem tersebut.

Pangeran NahwuWhere stories live. Discover now