Bab 18 - Markas Besar BIN

27 11 0
                                    

By: Lisda

"Hah? Surat?" ulang Ervin, terkejut.

Lyra mengangguk tanpa mengalihkan pandangan pada lembar putih di tangannya yang masih terlipat rapi.

"Apa isi pesannya, Ly?" tanya Ervin lagi. Laki-laki itu sedikit menggeser duduknya agar lebih dekat dengan sang rekan.

"Sebentar, aku buka dulu."

Dengan jantung yang berdegup kencang, Lyra segera merealisasikan ucapannya tadi. Dua buah kartu tanda pengenal berwarna dasar biru tua yang sudah bertuliskan namanya dan Ervin–lengkap dengan foto mereka berdua–langsung ia dapati begitu surat terbuka.

Ervin yang turut melihat pun tak bisa untuk tidak terkejut. Ia ikut mengambil alih dengan menggeser surat yang tertimpa kartu tadi. Benar saja, di lembaran tersebut ternyata ada tulisannya.

'Baiklah jika kalian tidak mau menyerah. Aku berikan ini. Gunakan kartu tanda pengenal itu, dan pergilah ke markas besar BIN yang ada di Jl. Seno Raya, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.'

Ervin mengangkat kepalanya setelah selesai membaca isi pesan tersebut. Ia kemudian menatap Lyra yang juga sedang melakukan hal sama kepadanya.

"Kita disuruh ke markas besar BIN, Ly," ucapnya lemah.

Lyra mengangguk. "Iya, Vin. Bagaimanapun, ini udah jalannya kita karena milih buat enggak menyerah. Semangat, yuk! Kita harus bisa buktiin sama mereka kalau kita bisa nyelesain tugas ini! Kita juga enggak bisa sia-siain perjuangan temen-temen."

Gadis itu mengepalkan tinjunya ke udara, tetapi dengan wajah yang mendadak sendu. Ia teringat kembali dengan semua rekannya yang tidak bisa selamat. Hal itu membuat beberapa pengunjung kafe tampak mencuri-curi pandang ke arahnya sebelum kembali pada urusan masing-masing.

Melihat kesedihan Lyra, Ervin menepuk-nepuk pelan pundak rekannya itu. Ia lalu mengangguk setuju, dan berkata, "Kamu juga semangat, dong! Jangan sedih lagi. Aku bakal semangat, kok.”

“Iya, Vin. Makasih, ya.” Lyra tersenyum manis, “ya, udah, sekarang kita ke sananya pakai mobil kamu, Vin?"

"Pakai taksi online aja, Ly. Biar nanti di sana enggak ribet nyari tempat parkir. Aku pesan dulu, ya."

Lyra mengangguk. "Oke, Vin."

▪︎▪︎▪︎

"Makasih, ya, Pak."

Sang sopir mengangguk sekilas dari balik kaca jendela mobil yang terbuka, lalu kembali melajukan kendaraan roda empatnya, meninggalkan Lyra dan Ervin di depan gerbang yang terdapat patung raksasa Soekarno-Hatta.

"Ini kita udah bener, 'kan, Vin?" tanya Lyra sangsi. Kepalanya mendongak, dan sepasang matanya ia sipitkan untuk menatap bagian atas patung 'Bapak Bangsa' yang menjulang tinggi di hadapannya itu.

"Bener, kok. Kita sekarang udah ada di Jalan Seno Raya. Terus gerbang yang ada di depan kita ini gerbang utama buat masuk ke kompleks BIN."

"Kok, kamu tahu?"

Ervin tersenyum lebar, lalu menunjukkan ponsel dengan layar yang masih menyala di tangannya. "Mesin pencarian, dong," balasnya kemudian.

"O, iya, ya! Kenapa enggak kepikiran dari tadi, sih? Terus, ini kita langsung masuk aja?" Lyra kembali bertanya.

Ervin langsing menggeleng tegas. "No! Akses buat keluar masuk cuman ada di bagian selatan, Ly. Kita harus jalan lagi beberapa meter. Yuk!"

"Okelah."

Lyra's Secret Mission (End)Where stories live. Discover now