CHANGE THE SAME ENDING 5.

2.2K 438 8
                                    

DARWIN, KAKAK MENYEBALKAN

***

Malaikat maut yang berusaha Adrenna hindari itu, yang pertama adalah putra mahkota. Yang kedua kakaknya---Darwin. Lalu yang terakhir adalah seorang Duke yang hampir lengser. Dia hanya pak tua yang mengerahkan banyak bawahan.

Semuanya di rangkum dalam satu rencana penyelamatan diri. Yaitu menghindar.

Adrenna tidak lari, ia bukannya kabur. Adrenna hanya percaya jika pertemuan dengan orang-orang tersebut sama dengan meningkatkan resiko kematian. Baik sadar atau tidak sadar.

Darwin pernah mengakhiri hidup adiknya sendiri dengan cara menjebak Adrenna ke ujung hutan yang berbentuk sebuah jurang dengan aliran sungai besar berair deras. Alur game ini, adalah alur yang Elita mainkan atas dasar penasaran saat game itu liris di hari pertama. Saat itu Adrenna paham jika ia tidak boleh memilih opsi mana pun yang memiliki sangkut pautnya dengan Darwin.

Di sini Adrenna memegang teguh jika menilai seseorang tidak cukup dari luar dan hanya sekilas-sekilas. Ia pikir akan lebih baik jika matanya melotot, memandangi orang itu dari atas sampai bawah tak peduli orang itu akan merasa terganggu. Faktanya, dibalik sifat dingin Darwin, tekhnik mengelabuinya cukup berbahaya.

Atau saat itu sosok Adrenna yang terlalu bodoh?

Yang mana saja, terserah. Bersyukur Elita diberi karunia insting yang hebat. Jadi Adrenna rasa dirinya sudah cukup pintar untuk tidak jatuh dalam perangkap Darwin.

"Aku tidak pernah memberi izin pada mu masuk ke kamarku Darwin."

Laki-laki bersurai senada dengan Adrenna itu, mengendikan bahu tak peduli.

"Aku tidak perlu izin."

Urat di pelipis Adrenna mencuat membentuk sudut siku-siku sebanyak tiga buah. Alisnya juga ikut berkedut, mungkin karena uratnya tegang menahan amarah.

Darwin harus diberi pelajaran. Bahwa tidak ada yang boleh menginjakan kaki di kamar Adrenna tanpa izin. Siapapun itu barang seorang raja sekali pun.

Alasannya sederhana, karena Adrenna belum menemukan markas yang aman untuk semua rencana hidupnya. Ditambah, Adrenna sudah mengklaim jika kamarnya adalah tempat sakral nan suci yang tidak bisa dijamah oleh sembarangan orang.

"Seharunya kau sudah terbakar dan menjadi abu. Kamar ku sudah ku lengkapi dengan rafalan doa dan mantra," ujar Adrenna.

Terdengar dengusan singkat dari kakaknya itu.

"Kau pikir aku setan yang akan mati jika terkena mantra suci?" Tebak Darwin.

Adrenna mengangguk dengan mantap. Bahkan sorot matanya terlihat sangat setuju dan berhasil membuat Darwin berdecak.

"Ck, omong kosong," desisnya.

Adrenna berdiri seraya bertumpu pada sandaran single sofa dan menatap Darwin jengah.

"Pergi dari kamarku, iblis sialan," umpat Adrenna.

Darwin sedikit goyah. Terdengar suara retakan dari dinding esnya saat mendengar panggilan kasar dari adikknya. Ini pertama kali dalam hidup Darwin mendengar kata 'sialan' dari mulut adik perempuannya. Itu ... cukup menggores hati dan egonya.

"Aku memiliki urusan dengan adik ku--Deris," ujar Darwin.

Kedua kakinya beranjak naik ke atas meja. Membuat Adrenna menggeram marah akan tingkah seenaknya itu.

'Sialan, bedebah. Manusia berkedok. Iblis. Kaki kotormu ingin ku potong, ha!!?' Amuk Adrenna dalam hati. Tapi yang keluar hanya senyum manis nan palsu.

CHANGE THE SAME ENDING [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang