Hadiah spesial

14 0 0
                                    

"Mas hari ini temenin aku chek kandungan ya?"pinta sang istri.
"Iya Bun...kapten siap antar bunda kemana aja yang bunda mau!"balas sang suami.
"Bunda siap-siap dulu kalau gitu. Ayahnya anak-anak  tungguin Bunda di mobil ya!" Tersenyum manis sambil berlalu menaiki tangga.
"Siap laksanakan."mengacungkan jempol kanannya sambil mengedipkan mata kepada sang istri dan sedikit berteriak.
"Ayah mu nakal sayang!" Berhenti di ujung tangga sambil mengelus perut buncitnya karena merasa sedikit geli melihat tingkah sang suami.

Mobil  Voxy  berwarna hitam keluar dari pekarangan rumah milik keluarga Widjaja. Sepasang suami istri itu tengah di liputi kebahagiaan. Pasalnya sang istri yang usianya terbilang tidak muda lagi tengah mengandung anak keenam mereka yang mungkin juga akan menjadi anak bungsu di keluarga mereka. Mereka berdua sepakat akan melakukan sterilisasi setelah anak keenamnya ini lahir. Awalnya mereka sangat terkejut karena istrinya kembali hamil di usianya yang terbilang tidak muda lagi apalagi anak-anak mereka sudah cukup besar. Tapi mereka yakin tuhan masih  memberikan kepercayaan kepada mereka dengan menitipkan hadiah kecil itu. Tak terasa mereka pun telah sampai di rumah sakit yang mereka tuju, sang suami dengan manisnya membukakan pintu untuk sang istri lalu merengkuhnya dengan posesif. Usia mereka memang tak muda lagi tapi mereka memiliki prinsip romantisme tidak boleh kendur. Di sepanjang koridor rumah sakit banyak pasang mata yang iri melihat bagaimana romantisme dari kedua pasang suami istri itu.

"Mas biasa ajalah gak usah berlebihan gini malu tuh di liatin orang-orang!"
"Biarin aja Bun palingan mereka lagi terpikat sama ketampanannya Ayah."
"Dasar bapak-bapak genit. Awas aja nanti di rumah!"
"Yahhhh...kan ngambek si Bun Bun kan ayah bercanda Bun biar Bunda gak mikir yang macem-macem kasihan si dedek kalau Bunda nya stress!"
" Ayah ngeselin sih abisnya Bunda masih mau marah pokoknya titik!"

Sang suami berhenti di depan sang istri lalu berjongkok mensejajarkan dirinya dengan perut sang istri lalu menangkup perut buncit itu dengan kedua tangannya sambil berucap kata-kata manis.

"Anak Ayah yang di dalem perut bunda adek bantuin Ayah ya sayang bilangin ke Bunda, Ayah paling takut kalau Bunda lagi marah terus bilangin juga ke Bunda, Ayah tu sayang banget sama Bundanya adek.
Ayah juga takut bunda kenapa-kenapa karena stress mikirin omongan orang. Adek nasehatin Bundanya yang suka ngambek itu ya dek. Bilangin juga Bun inget umur udah tua Bun gak boleh ngambekkan.

Setelah berkata demikian di depan perut istrinya ia pun berdiri dan hendak merangkul sang istri kembali tapi jitakan maut mendarat dengan sempurna di keningnya.

"Aduh Bun kok di jitak sih padahal udah di kasih kata-kata manis juga biar romantis?"

"Dek bilangin ke Ayahnya adek jangan suka over pede terus sok kegantengan di depan cewek-cewek. Bilangin tuh Ayahnya ingat umur udah tua jadi banyakin ibadah bukan tebar pesona terus. Malu sama Abang-abangnya adek yang di rumah!"

"Eitsss... dapat balesan rupanya. Udahlah Bun sama-sama udah tua kok jangan saling ngejek ya!" Cengar-cengir sendiri sambil nuntun istrinya untuk lanjut  jalan keruang kandungan.

"Oiya.. Bun kalau si adek lahir Bun Bun maunya laki-laki lagi atau perempuan Bun?"
"Takut ya Bunda diem aja sampai ngasih pertanyaan random kayak gitu Ayah?"

"Gak seriusan nanya sih Bunda mah gitu!"

"Pasti Bunda maunya perempuanlah Yah. Kan Ayah udah punya lima pangeran buat tempur bareng Ayah. Bunda juga pengen tuan putri buat di ajakin shopping bareng,masak bareng, jalan-jalan bareng. Terus Bunda bakal warisin semua butiknya Bunda ke dia!"

"Oke deh Bun  whatever you hope for, hopefully it will come true ya Bun!"

"Makasih Ayah doa'nya. You are a great man and full of responsibility. I am the luckiest woman to be with you."

SUDUT PANDANG AKSARADonde viven las historias. Descúbrelo ahora