Tertarik kedalam ingatan

16 0 0
                                    

Seorang pria paru baya sedang menatap lurus keluar jendela. Rinai hujan yang jatuh menjadi objek menarik untuk di lihat. Mega kelabu yang semakin pekat di iringi gemuruh alunan Guntur menjadi pengiring lamunannya. Kepulan asap dari secangkir expreso  menjadi teman dalam sepinya. Ia tak bergeming barang sejemang. Ingatannya tiba-tiba di tarik pada kilasan masa lalunya yang begitu menyenangkan sebelum badai berhasil meluluhlantakkan kehidupannya. Bibirnya ia tarik sampai membentuk garis sabit. Hatinya menghangat kala ingatan yang manis itu berputar memenuhi ruang fikirannya.

Kehidupannya beberapa tahun silam hanya berisi tawa dan candaan bersama keluarganya yang begitu harmonis. Hatinya berdenyut tat kala ingatan manis itu tersingkirkan dengan slide ingatan buruk yang menghantamnya sampai ke dasar amarah dan penyesalan. Ia ingin semuanya kembali pada posisi awal. Ia berharap semua role film buruk dari hidupnya hanyalah sebuah mimpi. Tapi realita menamparnya sampai tak berbentuk, semuanya nyata terjadi dengan arahan takdir yang amat kejam.

Kasihnya ada tapi tertelan dalam Pandora keegoisan. Bidadari yang dulu sangat ia jaga bak permata berharga yang rapuh. Kini dia pula yang menorehkan calar pada setiap sisinya. Terkadang hatinya ingin menyudahi keegoisan nya namun fikiranya terlalu kalut sampai ia lupa bagaimana caranya kembali mengasihi dan merawat. Dulu dengan bangganya ia berdiri bagai perisai untuk semua putra-putra dan juga putrinya. Menjadi pilar terkuat dalam istana yang ia bangun dengan keringat,darah juga kasih sayang. Kini kejayaannya itu hancur berkeping-keping. Fondasi dari istananya telah roboh sebagian, reruntuhan puing-puing menjadi pengisi utama istananya saat ini. Kepergian pilar pendampingnya secara mendadak dan dengan tidak elitnya. Mampu merubah sosok Ayah yang begitu di banggakan oleh anak-anak nya menjadi sosok yang paling di benci dan di takuti.

Di kala nabastala telah kembali berganti warna menjadi lebih pekat dan gelap. Begitu pula Bagaskara yang telah berganti shift dengan Renjana. Menambah kepahitan akan rasa penyesalan yang perlahan menggerogoti Sukma sang pemilik istana yang tak lagi utuh ini. Ia terkadang terbelenggu dalam Rinai kepedihan. Netranya sebagai contoh nyata dari kepediahannya. Tat kala bulir bening itu mengkristal seperti lapisan kaca tipis menyelimuti netranya kemudian pecah dan mengalir deras menganak bagai sungai kecil menuruni kedua pipinya.

Atmanya terguncang namun daksa nya lihai berbohong. Netranya menyimpan jutaan sesal dan kepedihan. Namun lisannya dengan amat lihai menyusun anak panah untuk kembali menghancurkan bunga kaca yang sudah retak dari kelopak hingga ke akarnya. Bathinnya terkadang menjerit tat kala perkataannya meluluh lantahkan perisai dari bunganya. Hatinya berdenyut sakit tat kala netra bulat nan menenangkan itu menumpahkan Rinai bening dari celah-celah nya. Mata bulat yang biasa berbinar itu meredup dan tak bersinar lagi. Semua terjadi karenanya. Keegoisannya, kecerobohannya, arogansinya dan ketidakberdayaannya dalam melawan perang bathinnya. Menghancurkan permata berharganya itu dengan tangannya sendiri. Membangun dinding kasat mata yang menghalangi kisah bahagia putra-putra nya dengan bidadarinya.

Istananya benar-benar mengalami krisis. Raja telah kehilangan Ratunya yang pergi keperistirahatan abadinya. Para pangeran nya yang dulu ingin menjadi perisai bagi tuan putrinya. Kini bercerai berai membawa luka dan duka masing-masing. Melupakan presensi Tuan putri mereka yang sangat rapuh sendirian di dalam istana yang hampir roboh ini. Bahkan tangan lembut itu yang dulu mereka jaga dari secuil goresan kini berdarah di mana-mana tanpa ada yang mengobati tanpa ada yang perduli. Semuanya karena keegoisan yang tak mampu di kendalikan oleh sang pemimpin istana.

"Aksa maafkan Ayah yang bodoh ini nak!"

"Maaf karena Ayah lalai dalam menjagamu."

"Maaf Ayah telah mengenalkan mu pada luka yang amat perih dan Ayah telah menorehkannya amat dalam."

Seketika ingatannya kembali di tarik paksa oleh kenangan masa lalu yang teramat Ia dambakan. Seulas senyum terbit dari sudut bibirnya. Akan tetapi linangan pada netranya kian menganak. Ia benar-benar merindui kenangan indah yang telah terkenci dalam labirin memori.

SUDUT PANDANG AKSARAWhere stories live. Discover now