AYAH

10 0 0
                                    

Seorang pria paruh baya sedang memandangi bentangan nabastala dari balik jendela ruangan dengan warna putih gading yang mendominasi. Netranya menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong. Labiumnya terkunci rapat. Tangannya bersedekap di dada,terkesan sangat tegas dan gagah.

Hatinya dipenuhi tanya dan sesal. Entah bagaimana ceritanya jika saat itu ia ikut bersama istri dan anak-anaknya.

Seandainya......
Andai saja......
Seharusnya....

Kata-kata itu yang terus menghantuinya dalam diam yang merengkuhnya,kala sepi merangkak untuk mencapai tujuannya, memporak-porandakan perasaannya yang telah retak.

Dalam diamnya,terkadang dia diselimuti ragu yang berkemelut. Ingin rasanya membuka lembaran kelam masa lalu untuk menuntaskan segala penasaran dan tanya yang terus membayanginya. Tapi putri kecilnya lagi-lagi menjadi alasan utama untuknya tetap diam dan menerima semuanya dengan skenario palsu yang telah ia ciptakan sendiri. Namun,Ia lupa untuk bertanya apa yang putrinya inginkan saat ini. Ia tidak pernah mencari tau bahwa keputusannya lah yang menjadi alsan utama putrinya tak lagi sama, putrinya tak lagi tersenyum, putrinya tak lagi seceria masa kecilnya dan putrinya menjadi remaja yang membatasi diri dari pergaulan. Dialah yang telah memenjarakan putrinya kedalam sangkar besi keterpurukan. Dengan harapan bahwa putrinya takkan lagi merasakan sakit karena di tinggalkan.

Setiap hari Ia menyibukkan diri sampai lupa pada sosok manis nan rapuh yang setia menanti kepulangannya, hanya sekedar untuk berbagi cerita sederhananya. Ia telah membentangkan jarak yang nyata kepada anak-anaknya. Memilih untuk menjadi sosok yang tegas agar tak terbantahkan. Padahal menyakiti banyak orang. Sikapnya telah memberi luka dalam kepada para putra-putranya dan juga putri kecilnya.
Berusaha menutup segala cerita kelam nan menyakitkan dengan membebani dirinya sendiri. Memikul segala pilu dan sembilu di pundaknya tanpa mau berbagi.

Sungguh cara yang benar-benar salah jika kita telaah bersama. Bukannya mengobati luka yang telah berubah menjadi infeksi itu dengan benar. Malah membuat luka baru yang belum tentu dapat ia atasi. Lagi-lagi pikirannya yang carut marut menjadi penyebab utama atas segala ketimpanagan dalam keluarganya. Harmonisasi yang dulu mengelilingi perlahan-lahan pergi dan tak tau kapan akan kembali.

Tok
Tok
Tokkk

Ketukan yang tak terlalu kuat pada daun pintu ruangannya. Menjadi pemecah segala kekacauan yang sedang menari-nari di kepalanya. Ia tau benar siapa pelakunya, sampai Ia tetap dalam posisinya tanpa mau berbalik hanya sekedar memberi atensi pada si pelaku.Hanya satu kalimat singkat yang terucap dari bibirnya dengan intonasi bariton yang mendominasi.

"Masuk Aksara." Tegas dan tak terbantah.

"A...a a ayah.." suaranya bergetar menjelaskan ketakutan yang menyelimuti tak kalah suara bariton itu menggema.

"Hmmmmm...."

"Ak..Aksa mau minta izin keluar boleh?" Kepalanya tertunduk dalam. Tangannya saling bertaut dengan penuh harap. Akan tetapi jantungnya berdegup tak karuan.

"Ingin kemana kamu?" Benar-benar dingin tanpa ekspresi.

"Museum di ujung alun-alun Yah...tidak lama janji hanya sebentar!" Tubuhnya bergetar antara takut dan ingin menangis.

"Apakah penting?"

"Pameran lukisan tahunan Yah!"

"Bang Arda juga ikut."

"Sampai jam 8 malam tidak ada penawaran!"

Sekilas senyum terbit di bibir tipis nan ranum milik gadis mungil yang saat ini tengah menunduk memperhatikan lantai yang Ia pijaki. Awalnya ragu dan cemas benar-benar merongrong dirinya. Ia takut tak mendapat izin. Ia takut Ayahnya akan murka dan sikap otoriternya kambuh. Lututnya lemas karena menahan tubuh yang bergetar sarat akan beban yang luar biasa menguras tenaganya. Namun tak dapat di pungkiri hatinya menghangat tak kala Izin yang Ia usahakn telah Ia dapatkan. Awalnya Ia tak berharap banyak akan harapannya. Namun Ia tetap mencoba dengan segala keyakinan yang Ia percayai. Dan ternyata semesta berpihak kepadanya untuk hari ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SUDUT PANDANG AKSARAWhere stories live. Discover now