15. To be loved

1.9K 206 6
                                    








"Umphhh Johnny... Hmmp..." Namjoon berusaha meraih lengan Johnny, namun Johnny dengan cepat segera saja menepisnya dan beralih untuk mempererat pelukannya pada pinggang Namjoon.

"Hyung... Kau kalau terangsang, tubuhmu langsung melemah dan pasrah pada sentuhan, bagaimana ini?" Johnny bergumam, tangannya mulai meraba raba bokong Namjoon yang masih berlapis celana, dan Namjoon kesal dibuatnya.

"Johnny... L-lepas! Kita janjinya aku yang dominan," protes Namjoon.

Namun Johnny malah terkekeh, seolah olah ucapan Johnny lucu. "Otot yang dibuat untuk hobi ini, ternyata benar benar tidak berguna, ya. Hyung, kau harusnya bisa melepaskan diri sedari tadi jika kau mau, tapi kau bahkan tidak bisa menangkap lenganku."

"Johnny... Janjinya..."

Bruagh!

Johnny tidak mendengarkan apa apa dan kemudian dengan santai mendorong Namjoon kekasur. Dengan seringai menyeramkan, Johnny menarik pakaiannya keatas, dan menampilkan tubuh atletisnya yang dipenuhi berbagai baret. Ada baret pisau, peluru, menghiasi tubuh itu.

Namun Namjoon malah memerah malu. Baret itu membuat tubuh Johnny tambah indah, seolah olah Johnny sekarang sedang menunjukkan, 'hyung, lihatlah! Ini adalah otot yang kudapat dengan hidup dan mati'

Luka yang didapat Johnny ketika berpetualang, ketika menghadapi situasi hidup dan mati sebagai mafia. Kekuatan yang didapat karena mengeksplor banyak hal, mana bisa dibandingkan dengan otot buatan GYM punya Namjoon?

"Kenapa diam, hyung? Kupikir kau akan suka ini." Johnny mengurung Namjoon dengan kedua lengannya, "Ayo kita mulai."

"Johnny, pembohong... Aku benci! Bencii!"  Namjoon berteriak tidak suka, menangis ketika Johnny dengan seenak hati mulai melepas celananya dengan kasar.

"Cup cup, jangan nangis, hyung..."

"Kau mengingkari janji, kau bilang kau yang akan jadi pihak bawah!" amuknya, kemudian, dengan air mata berderai.

Johnny tersenyum klise, "Aku tidak apa kalau kau mau aku dibawah, tapi nanti rasanya akan sedikit lebih sakit, mau?"

"T-Tidak!"

"Baiklah, kalau begitu sekarang tahan sebentar, oke?" Johnny mengelus bibir Namjoon, sensual. "Jangan menangis, hyung."

"Aku benci... Hiks... Jangan..."

JLEB! Namjoon tidak bisa berpikir apapun, ketika merasakan ada benda asing yang masuk kebawahnya. Matanya membulat, dan kepalanya menggeleng hebat, "Tidak... Ah... Ahnnn! Hentikannn!"

Johnny tertawa. Matanya terlihat sangat antusias. Sembari merapikan rambutnya kebelakang, dirinya berucap, "Kau berkata tidak tapi dibawah sini seperti menyambutku dengan hangat. Kau mau tahu rasanya bagaimana?"

"Akhhh diam! Ah..." Namjoon menutup wajahnya, malu, kesal, semuanya camlur aduk jadi satu.

"Rasanya seperti ditarik masuk kedalam, seperti meminta aku masuk lebih dalam, bagaimana bisa mereka jadi seperti ini?" Johnny berucap tidak tahu malu.

"Diamlah... Kau... GAHHHHAKH AHN..." Namjoon berteriak histeris ketika Johnny memasukkan seluruh batang penisnya kedalam Namjoon, sampai habis. Dirinya kemudian menggeleng, dan meminta Johnny mengeluarkannya.

Tapi Johnny hanya menggeleng dan kemudian terkekeh, "Nikmat, kan? Akui sajalah, hyung... Dengan lubangmu yang seperti jalang ini... Bagaimana bisa kau jadi dominan...?"

"Hiks... Aku benci kau Johnny..."

.

.

.

.



"Aku benci... Akhh..."

Namjoon membuka matanya tiba-tiba, dan disana, ada Johnny yang sedang memainkan pipinya, dan kemudian mencubiti hidungnya. Dan lagi, Johnny jiga sekarang melingkarkan kakinya ketubuh Namjoon.

"T-ternyata kau, ya!" amuknya, sembari menepis tangan johnny, kesal.

"Kau mimpi ada aku, ya? Kau nyebut namaku, tadi!" kata Johnny, riang.

"Mimpi buruk!" sanggah Namjoon.

"Yang penting ada akunya. Tapi mimpi apa sih, emang? Masa aku dimaki terus."

"Mimpi..." Namjoon terdiam. Masa sih, dia bilang ke Johnny kalau dia mimpi di bottomin oleh Johnny? Mau ditaruh dimana mukanya? "Mimpi buruk pokoknya! Singkirkan badanmu, berat tahu? Pantas aku bisa mimpi buruk."

Johnny mengangkat tubuhnya dari Namjoon dengan wajah cemberut, meski jarinya dengan usil masih menoel noel pipi Namjoon, "Pelit banget. Kasih tahu mimpinya apa."

"Gamau." Namjoon membuang muka, sebal.

Imut banget sih anjirrrrr pekik Johnny, dalam hati.

"Yauda terserah. Sekarang mau dimasakin apa, hyung?" ucap Johnny, ramah.

"Apa aja, aku ga mood makan," jawab Namjoon, datar.

"Kalau gitu mau makan aku aja?" Johnny tersenyum tipis, seraya menarik ujung piyamanya, menunjukkan tulang dadanya yang membuat Namjoon buru buru berdiri dari kasurnya.

"A-aku mau mandi!" Namjoon berteriak gelagapan, sembari berlari kekamar mandi dengan cepat, tanpa memedulikan wajah Johnny yang tersenyum penuh arti.


Hyungnya memang lucu.

Ketika teringat bagaimana Namjoon semalam, dirinya kemudian jadi tidak enak. Dia pikir, Namjoon akan mulai marah lagi dan drama kejar kejaran ronde kesekian mereka akan dimulai lagi.

Namun Namjoon hanya mengelus kepalanya dengan senyuman manis dan berkata, "Aku memang sedih dengan fakta itu. Tapi aku tidak akan marah padamu karena itu bukan salahmu."

Johnny masih saja tidak percaya.

Namjoon bilang, dia sedang berusaha untuk berbaikan dengan masa lalunya. Menjauh dari Johnny hanya karena fakta itu... Namjoon merasa kecil hati. Dia gagal untuk berbaikan dengan masa lalunya, dan kemudian menyakiti orang yang dia sayangi.

Jadi Namjoon bilang, selama Johnny bisa menjaga batasnya dengan dunia yang sekarang dia tekuni, Namjoon tidak masalah. Namjoon tidak ingin... Kekasihnya menjadi mesin pembunuh. Hanya itu.

Bukannya mudah bagi Johnny untuk menyanggupi permintaan itu. Karena, bagaimanapun Johnny terlahir dalam lingkungan berdarah itu.

Diumurnya yang 7 tahun, dia sudah pernah mengalami luka tembak yang cukup serius. Johnny hanya punya 2 pilihan waktu itu. Dibunuh atau membunuh. Karena sebagai orang yang cukup besar didunia gelap itu, ayahnya punya banyak musuh. Dan sebagian besar dari mereka lebih suka menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Dan sekarang, demi Namjoon, Johnny... Harus berusaha menahan hasratnya untuk membunuh.

Dalam hati dia mengutuki diri sendiri.

Sial, ternyata mencintai itu susah, ya?

Who's Dominant? - Namjoon x JohnnyWhere stories live. Discover now