19. Tidak Bisa

449 109 19
                                    

"Aku suka kamu," Tzuyu berucap terbata-bata tanpa berani menatap sang lawan bicaranya.

Sedangkan lawan bicaranya hanya bisa terkejut.

Tidak, Jihyo tidak terkejut karena Tzuyu yang menggunakan kata kamu pada dirinya untuk pertama kalinya.

Ia lebih terkejut karena pengakuan Tzuyu.

"Apa Tzu?" Jihyo bertanya, ia ingin memastikan apakah yang ia salah mendengar atau tidak.

"Aku suka sama kakak. Dari awal aku suka sama kakak, sikap kakak yang perhatian bikin aku ngerasa nyaman, dan dari itu aku sadar. Aku suka sama kakak," Tzuyu masih tak mampu menatap Jihyo. Ia terus melihat gelas minumannya yang telah habis itu.

Tak mendapat respon dari Jihyo, Tzuyu segera menatap Jihyo. Jihyo hanya diam, bukan dia marah, hanya saja dia masih terkejut dengan apa yang dibicarakan Tzuyu.

"Aku tau kakak marah. Tapi aku juga gatau, kenapa perasaan ini tiba-tiba muncul. Aku tau perasaan aku ini gila, aku tau perasaan ini ha-"

"Tzu" Jihyo menghentikan Tzuyu yang terus saja meracau.

Tangan Jihyo mengusap lembut tangan milik Tzuyu.

"Aku juga suka sama kamu,"

Kata-kata yang membuat diri Tzuyu merasakan harapan indah didepan mata.

"Jadi kita?"

Jihyo mengangguk, "Kita saling suka, tapi kita gak bisa bareng, kita gak bisa sama-sama Tzu,"

Baru saja Tzuyu ingin berharap, namun lagi-lagi harus terpatahkan.

"Kenapa kak?" suara Tzuyu terdengar bergetar saat bertanya.

Jihyo tertawa kecil, "Aku tau kamu gak bodoh. Aku punya pacar Tzu,"

Tzuyu menghela nafas panjang, "Tapi kakak ga cinta kan sama dia? Kakak ga sayang kan sama dia. Kakak sukanya sama aku, kakak sayangnya sama aku. Kakak bisa putusin dia,"

Raut wajah Jihyo berubah. Kata-kata Tzuyu barusan sudah tidak masuk akal.

"Kamu pikir gampang? Dia orang baik dan aku gamau nyakitin dia Tzu!" Nada bicara Jihyo meninggi.

"Tapi kakak nyakitin diri kakak sendiri, kakak nyakitin aku," lirih Tzuyu.

Jihyo membuang muka, "Aku udah lama tersakiti, aku juga udah lama nyakitin kamu. Dan aku gamau, Daniel ngerasain apa yang kita rasain,"

"Tapi kakak gak cinta sama dia. Kalau dia tau, dia malah makin sakit hati kak,"

Jihyo menatap Tzuyu lekat, "Maka dari itu, dia gaboleh tau. Perasaanku buat dia itu udah muncul seiring dengan aku ngelupain kamu,"

Bahu Tzuyu melemas, "Jadi? kita harus saling ngelupain?"

Jihyo mengangguk, "Gak ada cara lain yang bisa kita lakuin selain saling melupakan Tzu,"

Tzuyu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nggak, aku gabisa kak, aku gabisa ngelakuin itu,"

"Nggak, kamu bukan gabisa. Tapi kamu gamau, kalau kamu yakin sama diri kamu, pasti kamu bisa,"

Tzuyu mengusap wajahnya kasar, "Oke, aku emang gamau, dan aku juga gabisa. Kakak pikir aku gapernah nyoba buat ngelupain kakak? Aku udah pernah. Tapi setiap aku ngeliat kakak, setiap kita pas-pasan, dinding pertahanan yang udah aku bangun hancur kak,"

"Ini, ga gampang," lanjutnya.

"Kalau begitu mari untuk tidak saling bertemu. Aku bakal berusaha ga menampakkan diri di depan kamu,"

"Kak... Aku udah pernah kehilangan seseorang sebelumnya, dan kakak tau sendiri, aku buat ngelupain dia itu ga gampang. Aku harus ngelakuin hal-hal nakal yang bisa bikin aku sibuk dan seneng buat ngelupain semuanya. Kakak mau aku balik ke masa-masa itu lagi?"

"Kalau itu bisa bikin kamu lupa sama aku, lakuin. Lakuin apapun yang kamu bisa,"

Tzuyu sedikit terkejut dengan apa yang Jihyo ucapkan.

"Yang capek disini ga cuman kamu, yang ngerasain sakit disini ga cuman kamu Tzu! Setelah ini aku pasti bakal ngerasain penyesalan. Nyesel kenapa aku gak mastiin dulu soal hubungan kamu sama Elkie, nyesel kenapa aku harus bertindak gegabah," lanjut Jihyo dengan menangis.

Tzuyu menyerah, dia juga lelah, latihan basket tiap hari pagi dan sore, tadi baru saja tanding. Ia lelah, tak hanya lelah pikiran, tapi juga lelah secara fisik.

Berdebat dengan Jihyo tak akan membuahkan hasil, lebih baik ia mengalah jika itu memang yang terbaik.

"Oke, aku bakal coba, kalau itu yang emang kakak mau,"

Mereka diam sesaat hingga Jihyo terbangun dari duduknya.

"Aku bakal pulang naik ojek online aja," ucapnya.

Tzuyu menahannya, "Sama aku aja, aku yang bawa kakak keluar, jadi harus aku juga yang nganterin kakak,"

"Gausah, takut ngerepotin,"

Tzuyu tertawa kecil, "Rumah kita ga cuman searah, tapi kita serumah,"

"Anggep aja ini terakhir kali aku bonceng kakak," lanjutnya sambil berjalan ke arah luar.

Setelah membayar mereka berdua pun pergi.

Tak ada pelukan dan tak ada obrolan selama perjalan. Tadi Jihyo melingkarkan tangannya di perut Tzuyu, namun sekarang ia hanya bisa memegang erat tasnya.

Biasanya di lampu merah mereka bergurau, namun tidak dengan sekarang.

Terus melewati jalan dengan sepi, mereka akhirnya sampai rumah.

Jihyo segera menyerahkan helmnya lada Tzuyu dan kemudian langsung masuk ke dalam.

Namun sebelum itu ia menoleh ke arah Tzuyu.

"Aku denger dari Mina, kalian udah masuk ke masa-masa ujian, yang rajin belajarnya, katanya ngejar beasiswa. Rajin belajar aja. biar bisa lupa sama aku,"

Setelah mengatakan itu, Jihyo pergi masuk.

Tzuyu terdiam. Ia sadar, bahwa akan ada hal yang lebih berat setelah ini. Try out, ujian dan lain-lain akan datang padanya. Bukan saatnya untuk memikirkan cinta untuk sekarang.

Tzuyu masuk ke dalam rumah, ia sudah tak tahu apalagi yang terjadi setelah ini.








Kali ini singkat dulu, kaya hubungan kalian.

Intinya, kalau kalian suka sama seseorang jangan gengsi. Iya aku tau, mencintai seseorang dalam diam itu enak, tapi lebih baik kalau diungkapin.

Oh ya. sekali lagi. Jaga kesehatan, ya walaupun aku tau kalian udah sakit. Sakit hati.

Udah sekian, selamat malam, jangan lupa vote!















DINGIN (jitzu)Where stories live. Discover now