Chapter 01 ; Broken Home

1.8K 87 4
                                    


Seorang anak adalah korban disaat kedua orang tua mereka memilih untuk berpisah. Keduanya selalu memberi alasan "jika dengan berpisah ini semua untuk kebaikan kami" kebaikan 'kami' yang dimaksud adalah kebaikan untuk mereka berdua. Bukan untuk sang anak juga. Memang benar sang anak tidak pernah bisa untuk menahan keputusan kedua orang tuanya. Dan menjadi seorang anak dari korban perceraian orang tua tidak lah mudah dilalui. Meski tidak semua anak merasakan bagaimana sulitnya menerima keputusan yang tidak pernah diharapkan oleh seorang anak manapun di dunia ini.

Seperti yang tengah di alami oleh anak dari pasangan yang memang berkecukupan yaitu Naresh Putra Adiyata. Ia adalah salah satu korban dari sekian banyaknya kasus perceraian dari kedua orang tuanya. Dia termasuk anak yang dapat menerima semua keputusan yang diambil oleh kedua orang tuanya. Dia lebih memilih diam disaat kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Dirinya tidak pernah diberikan kesempatan untuk berpendapat. Bahkan disaat dirinya ingin berbicara kedua orang tuanya seolah tuli dengan apa yang di bicarakan oleh Naresh.

Dirinya tidak pernah tinggal di satu rumah, kedua orang tuanya sepakat untuk membuatkan jadwal agar Naresh dapat tinggal dengan kedua orang tuanya. Dirinya bukanlah anak tunggal, ia tidak sendirian, ia masih memiliki seorang Kakak laki-laki yang memang sama sepertinya yaitu menjadi korban dari perceraian kedua orang tua mereka. Namun bedanya adalah kedua orang tuanya pernah meminta pendapat kepada sang Kakak. Dan hal itu membuat Naresh merasa jika dirinya tidak berhak berpendapat di dalam keluarganya selama ini.

Kakaknya bernama Jeffery. Dia dan sang Kakak hanya berbeda empat tahun tetapi orang tua mereka selalu membanggakan sang Kakak di hadapan semua orang. Dan akibat dari itu Naresh selalu di pandang sebelah mata oleh orang-orang. Bahkan jika pun Naresh bekerja lebih keras untuk dapat membuat bangga kedua orang tuanya, hasilnya tidak akan sama dengan apa yang telah di dapat oleh Kakaknya.

Disaat Kakaknya mendapatkan nilai yang memuaskan, kedua orang tuanya akan mengajak sang kakak untuk makan diluar. Namun jika Naresh yang mendapatkan itu, reaksi kedua orang tuanya hanya mengucapkan selamat dan pergi dari hadapannya. Seolah hasil dari kerja keras yang telah anak bungsu lakukan itu sia-sia. Dirinya tidak masalah dengan hal itu, namun semakin hari rasa kasih sayang yang Naresh dapatkan berbeda dan hal itu harus kembali ia pendam sendiri.

Disaat orang tuanya memintanya untuk ikut berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan sesuatu, ia menurutinya. Meski jauh dalam hatinya ia malas karena mau bagaimana pun kehadirannya tidak pernah dianggap. Malam dimana kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah yang berkesempatan memberi pendapat hanya Jeffery, hanya Jeffery.

"Ibu dan Ayah akan berpisah, dan Ibu harap kalian bisa mengerti. Untuk hak asuh. Ibu harap kamu Jeffery yang akan memilih Ibu."

Kalimat itu cukup membuat hati Naresh serasa di serang oleh ribuat tombak tidak kasat mata. Lalu selama ini hadirnya untuk apa di dunia? Jika selama ini Ibu kandungnya saja tidak pernah menginginkannya. Ia telan bulat-bulat kalimat ibunya itu. Lalu tidak lama kemudian Ayahnya berbicara.

"Jeffery Ayah pikir kau harusnya lebih memilih Ayah. Karena Ayah sangat menyayangimu."

Dan setelah mengucapkan kalimat itu yang menjadi kalimat selanjutnya adalah kedua orang itu yang mereka sebut sebagai orang tua itu mulai beradu argumen dengan topik anak sulung mereka lebih baik tinggal bersama siapa, lalu apa tidak adakah keinginan sedikit saja untuk membawa putra bungsu mereka.

"Aku akan ikut dengan Ayah."

Kakak sulungnya mengucapkan kalimat itu sebagai akhir dari adu mulut kedua orang tua mereka. Setelah mengucapkan itu Jeffery pergi tanpa menoleh kepada sang adik yang sedari tadi hanya diam mendengarkan kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh ketiga orang dewasa itu.

I'm BrokenWhere stories live. Discover now