Chapter 04; Arsenik

886 70 0
                                    


Hari itu tepat pada tanggal sembilan Juni, Ayahnya memperkenalkan seorang perempuan yang seumuran dengan sang Ibu dengan seorang anak lelaki seumurannya. Tidak pernah terpikir jika Jevano akan bertemu dengan seseorang yang sangat ia benci. Yaitu seorang perempuan yang sudah membuat keluarga bahagianya berantakan. Semenjak kehadiran perempuan itu beserta anaknya untuk tinggal di kediaman sang Ayah.

"Dia Tante Yumna dan itu anaknya Nakara. Dia seumuran sama kamu juga Harsa. Jadi Ayah harap kalian bisa akur ya?" Kata Agung sambil tersenyum menatap sang istri dan juga kedua putranya.

Jevano hanya terkekeh kecil. Dirinya mentertawakan perkataan Ayahnya. Dirinya tidak akan pernah ingin memiliki adik dari wanita yang sudah membuat Ibunya menangis setiap malam. Adiknya hanya Harsa seorang, tidak ada yang lain.

Sementara itu Harsa, adik bungsu Jevano hanya menatap lelaki seumurannya dengan pandangan menelisik. Harsa hanya dapat menatapnya, sementara itu Naraka yang di tatap intens oleh Jevano dan juga Harsa hanya tersenyum sambil menggenggam tangan Bundanya.

"Naraka, nanti kamar kamu ada di samping kamar Jevano dan juga Harsa ya? Nanti kalo ada apa-apa minta tolong aja sama mereka." Kata Agung lagi mencoba untuk memecahkan keheningan yang menyelimuti mereka semua. Naraka hanya mengangguk untuk menjawab perkataan Ayah kandungnya.

Sementara itu Kalana, istri pertama Agung menatap Yumna dengan pandangan terluka. Ini adalah hal yang sangat sulit untuknya. Membagi suaminya dengan orang lain. Dirinya sadar jika ia memiliki banyak kekurangan, tapi apa boleh buat dirinya sudah terlanjur mengijinkan istri kedua suaminya untuk tinggal bersama. Sedangkan Yumna, hanya tersenyum kaku. Dirinya merasa tidak nyaman. Bahkan dirinya sempat menolak permintaan Agung untuk tinggal bersama keluarga Agung. Tapi lelaki itu adalah tipe orang yang tidak suka dibantah.

Setelah memperkenalkan anggota baru pada keluarganya, kini Yumna tengah berada di dalam kamar baru putranya.

"Bunda, apa kita pulang aja ke rumah lama ya? Atau kita ke rumah Oma aja? Aku enggak enak sama Tante Lana." Kata Naraka yang merasa bersalah ketika melihat tatapan terluka yang diberikan Kalana kepada dirinya serta Bundanya.

Yumna hanya terdiam dirinya mengusap pelan kepala anaknya. "Om Agung udah terlanjur maksa kita dan Bunda enggak bisa nolak, sayang.."

Naraka paham dengan semuanya. Dirinya menjadi anak dari hasil perselingkuhan antara Bunda dan juga Ayahnya kini. Bahkan hingga saat ini dirinya masih belum berani memanggil Agung dengan sebutan Ayah. Karena pikirnya dirinya tidak pantas memiliki seorang Ayah. Karena Agung milik Jevano dan Harsa, bukan miliknya.

"Kamu istirahat ya, Obatnya diminum Bunda mau ke bawah dulu. Enggak enak sama Tante Lana." Ucap Yumna setelah mencium kening anaknya dengan lembut.

Yumna melangkahkan kedua kakinya menuju arah dapur dan melihat Kalana tengah menyiapkan beberapa hidangan untuk makan malam. Ia memberanikan diri untuk melangkahkan kedua kakinya mendekat ke arah dimana Kalana berdiri.

"Mbak Lana.."

Kalana terkejut, hampir sama makanan yang ada di tangannya jatuh. Dirinya langsung menolehkan kepalanya dan tersenyum melihat kehadiran Yumna.

"Yumna, ada apa? Kamu perlu sesuatu?"

Yumna menggeleng. "Enggak Mbak, aku kesini mau bantu Mbak Lana. Ada yang bisa aku bantu Mbak?"

Kalana menggeleng. "Enggak usah ini udah selesai kok, lagian aku juga udah dibantu sama Bu Sari buat nyiapin makannya. Kamu duduk aja disana."

Yumna menggeleng. "Aku siapin piring di meja makan ya Mbak, aku enggak enak sama Mbak Lana."

Tanpa menunggu jawaban dari Kalana, Yumna langsung bergegas menyiapkan alat makan di meja makan. Setelah semuanya selesai, kini makanan telah terhidangkan dengan rapi di meja makan tapi yang membuat Kalana heran adalah ketika Yumna menanyakan bahan masakan yang lain kepadanya.

I'm BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang