Chapter 02; This is better

1.2K 94 2
                                    

⚠️⚠️Sebelum baca lebih baik nyiapin waktu cukup luang ya. Karena ini adalah work terpanjang yang pernah aku buat. Selamat membaca. Ini 4000kata loh ya, siap-siap aja bosen.⚠️⚠️

■■■■■■■■♡♡♡♡♡♡♡♡♡■■■■■■■■■■■♡♡♡

Suara kicauan burung memenuhi pagi ini dengan matahari yang sudah menerangi bumi, sinarnya masuk ke sela-sela gorden yang menutupi salah satu kamar yang berada di rumah megah itu. Pemilik kamar cukup merasa terganggu dengan cahaya itu dan dirinya mengerjapkan kedua matanya ketika menyadari jika pagi sudah menyapanya. Pemilik kamar merupakan anak ke empat dari empat bersaudara atau bisa disebut jika dirinya merupakan anak bungsu di keluarga tersebut.

"Nata!"

Pemilik kamar tersebut bernama Nata Malik Rafasya. Anak bungsu dari pasangan pengusaha sukses yang membuat siapapun iri kepada keluarganya. Pemilik kamar itu berjalan ke arah pintu kamar dan membuka kan pintunya untuk dilihat siapa yang sudah berdiri di luar pintu kamarnya. "Apa?"

"Bunda nunggu lo dibawah."

Nata mengangguk. "Gue mandi dulu."

Orang yang memanggil Nata tadi adalah anak ketiga dari empat bersaudara ia adalah Haikal Malik Rafasya. Haikal merupakan anak yang ceria dirinya selalu menjadi moodbooster di keluarganya, dan satu lagi jangan lupakan jika dirinya sangat menyayangi adik bungsunya. dirinya akan berdiri paling depan jika ada orang yang berani mengganggu adiknya yang satu itu. Akan ia lakukan apapun agar membuat Nata bahagia di dunia ini. Karena Haikal tahu jika adik kecilnya itu tidak se ceria yang terlihat banyak sekali luka yang selalu adiknya itu simpan sendiri tanpa menceritakannya kepada siapa-siapa.

Langkah kaki Nata membawanya menuju ruang makan, dimana kini semua anggota keluarganya sudah berkumpul untuk melakukan kegiatan bersama yaitu sarapan. "Selamat Pagi.."

"Pagi Nata.."

Hanya suara Haikal yang Nata dengar, Ia sangat bersyukur memiliki Haikal di hidupnya karena Haikal menjadi alasannya untuk bertahan di dunia yang menurutnya sangat menyiksanya.

"Kamu seharusnya contoh kakak-kakakmu, mereka tidak pernah kesiangan." Suara sang kepala keluarga itu memenuhi ruang makan disaat semuanya sibuk dengan kegiatan makan mereka. Nata hanya menunduk setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang kepala keluarga.

"Maaf Yah.."

Sang kepala keluarga hanya berdecih. "Kamu selalu kayak gini, minta maaf terus ngelakuin lagi apa enggak bosen? sekarang Ayah tanya sama kamu, apa yang bisa ayah banggain dari kamu? Liat sodara kamu mereka punya banyak yang bisa Ayah banggakan dari mereka. Razan, dia selalu menang olimpiade setiap tahun. Juno, dia selalu menang lomba bela diri. Terus Haikal, dia selalu bisa buat Ayah bangga dengan semua yang dia lakuin. Lalu kamu? Apa yang bisa Ayah banggakan dari kamu? Bahkan bulan lalu nilai kamu enggak ada yang sempurna. Kamu bisa buat Ayah dan Bunda bangga? Apa tekanan yang Ayah kasih ke kamu terlalu berat? ini semua demi kebaikan kamu, kamu enggak malu kalo kamu harus ketinggalan jauh dari keluarga kamu?"

"Maaf Yah, Aku bakalan berusaha lagi buat banggain Ayah sama Bunda. Maafin aku Yah.."

Razan, Juno dan Haikal menatap Nata dengan pandangan kasihan. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya mereka bertiga mendengar perkataan yang dikeluarkan dari mulut kedua orang tuanya. mereka selalu menyudutkan adik mereka dengan kata-kata yang selalu menyakiti hati adiknya itu. Mereka ingin sekali membela adik mereka tapi mereka tidak cukup berani melawan Ayah mereka.

"Ayah harap ujian semester ini hasil kamu bagus, Ayah enggak mau liat nilai 80 di lembar atau raport kamu nanti."

Nata mengagguk. "Iya Yah.."

I'm BrokenWhere stories live. Discover now