B.I.L.O.V.A (22)

339 62 80
                                    

"Halo Oma" ucap Pabio.

"Kamu dimana, Bi? Oma ada di ruangan kamu."

"Aku sedang meeting, sebentar lagi aku kesana ya, Oma."

"Oke Oma tunggu." Pabio langsung menutup teleponnya.

Pabio sekarang berada di ruang rapat bersama dengan Raka sedang membicarakan mengenai hasil proyek De Glanie Forsh. Mereka terlihat berbeda jika sedang mengurus pekerjaan. Tania merasa kedua pria ini benar-benar keren karena mampu membedakan antara pekerjaan dan masalah percintaan.

"Gak salah pilih lo."

"Hah? Maksud lo?" tanya Lovandra tanpa memalingkan wajahnya.

"Lihat tuh kedua pria lo bisa bedain mana kerjaan dan percintaan gue kira bakal ada baku hantam lagi."

"Sepertinya berkas di depan lo lebih penting." Tania hanya cengingiran membalas ucapan Lovandra.

Setelah rapat selesai, Pabio langsung menuju ruangannya karena Oma sudah menunggunya. Saat pintu sudah ia buka, ia melihat Omanya sedang duduk sambil bermain game yang sedang ia sukai belakangan ini.

"Sini duduk, nak. " Pabio lalu duduk di sebelah Omanya.

"Ada apa Oma?"

Oma mengeluarkan amplop dari dalam tasnya lalu ia menyerahkannya ke Pabio. Pabio yang bingung dan Omanya meminta untuk langsung dibuka saja lalu Pabio melakukannya. Pabio mengambil beberapa foto dari dalam dan melihatnya satu per satu.

"Oma ini beneran?" tanya Pabio sedikit terkejut.

"Iya nak. "

"M-maksudnya foto ini be-beneran Callista?" tanya Pabio sekali lagi. Oma hanya mengangguk.

"Astaga, tapi kenapa dia ngelakuin ini? Ini bisa mencoreng nama baik agensi kita dan mungkin menurunkan harga saham juga. Aku harus temui dia untuk bicarain ini."

"Oma ikut."

Pabio mencoba menelepon Callista namun panggilan dialihkan. Pabio akhirnya menelepon manajernya yaitu Wiwin dan menanyakan keberadaannya. Akhirnya mereka memutuskan menuju apartemen Callista.

"Callista! Buka pintunya!" titah Pabio dengan suara lantang.

"Tahan emosi kamu nak jangan sampai tetangga liat."

"Aku hitung sampai tiga kalau kamu gak buka juga aku akan telepon polisi." ancam Pabio.

"Satu........ Dua.........."

Cklek

Callista membuka pintu apartemennya. Mereka langsung masuk ke dalam sebelum tetangga yang lain melihat dan membicarakan yang tidak-tidak. Oma dan Pabio duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu Callista mengganti bajunya.

"Apa maksudnya ini?" tanya Pabio tepat setelah Callista duduk dan melemparkan amplop cokelat itu ke arahnya.

Calista membuka amplop itu dan melihat isi di dalamnya. Ia terkejut mendapati beberapa fotonya yang berada di club sambil meminum alkohol dan berdansa dengan beberapa pemandu pria, sangat tidak baik untuk dilihat.

"Apa ini semua dari anak buah Oma? Iya?!" bentak Calista dengan wajah yang memerah menahan emosi.

"Jaga ucapan kamu Callista! Kamu ga berhak membentak Oma!" bela Pabio.

"Iya nak itu Oma yang cari tau."

"Cih.. Apasih mau Oma? Hah?! Aku tau aku bukan anak kandung dari mereka tapi please sekali aja aku ingin seperti wanita diluar sana. Aku selalu diikuti oleh anak buah Oma.  Aku gak bisa mencintai lelaki diluar sana karena setiap kali aku dekat akhirnya mereka menjauh karena anak buah Oma. I just want to be happy." ucap Callista sambil terisak. Pabio terkejut mendengar penuturan yang keluar dari Callista. Ia baru tau ternyata Omanya sangat protektif kepadanya.

B.I.L.O.V.A [END] ✅Where stories live. Discover now