5. Midnight Gang

8 5 15
                                    

Terdengar bunyi nyaring suara ringtone telepon tepat disamping kuping Alladin. Membuat bujang yang sedang tertidur miring itu terbelalak untuk bangun. Bukan karena menganggap panggilan itu penting, melainkan karena ia kaget mendengar suara gadis yang tertawa, suara yang mirip dengan gadis yang sering nongkrong di atas pohon mangga.

Dengan mata yang terkantuk-kantuk Al mengangkat panggilan itu. Dan terdengarlah suara dari serbang sana, suara yang sangat dikenalinya.

"Apaan si lo, ganggu aja!"
Cetus Al menanggapi Tomang yang tertawa disana.

"Tumben sekali panggil doang, kekuatan mbak unti emang dabest"
Sahut Tomang dan disambut dengan tawa lainnya.

Detik itu ia langsung sadar, jika itu adalah ulah teman-temannya. Yang mengganti nada panggilan menjadi nada kematian. Jika dekat, mungkin Al sudah menabok wajah Tomang. Hampir saja ia dibuat jantungan dengan ulah usil mereka, Al tidak takut dengan hal itu. Namun jika dibangunin dengan cara seperti itu siapa yang tidak kaget.

"Bangsat lo, gue kaget sialan!"
Ucap Al dengan kesal.

Riuh suara tawa temannya itu tentu tambah kencang, mereka senang karena telah berhasil membangunkan Al tanpa harus mendatangi kost-an nya. Jujur saja jika mereka semua telah lelah membangunkan Al yang kalau tidur mirip beruang yang sedang hibernasi. Kalau belum didatangi langsung, mana mungkin Al bangun.

"Udah sini cepet dateng kerumah Tomang, ada yang pengen di omongin"
Seru Emil menyela.

"Ogah!"
Sambung Al memutus percakapan. Ia memutar bola matanya malas, lalu kembali melanjutkan tidurnya. Namun dua menit kemudian, ia kembali bangkit. Menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya menghilangkan katuk.

Kaus hitam polos dengan balutan jaket bomber selaras dengan kaus hitamnya. Dipadukan dengan celana hitam yang khas diarea dengkul kurang bahan. Ditambah sepatu Converse hitam putih membuat Al terkesan suram. Tak lupa ia menyemprotkan sedikit parfum agar tidak bau kambing.

"Ganteng banget si gue"
Lirih Al sambil memposisikan rambutnya agar membuatnya semakin terlihat menjengkelkan, maksudnya tampan.

"Awas aja kalo pembahasannya enggak guna, gue tenggelemin ntar si Tomang"

Motor sport hitam gagah miliknya itupun mulai ditungganginya, Al mendorong motor itu dengan  kedua kakinya sampai keluar gerbang. Ia sengaja tidak menyalakannya dari dalam. Karena tidak ingin suara bising kenalpotnya mengganggu tidur orang-orang disana. Karena bunyi suara kenalpot yang dimiliki Al cukup nyaring.

Setelah memastikan gerbang terkunci, Al mulai meninggalkan tempat itu. Matanya memandang semu jalanan yang sepi, tentu saja sepi karena sekarang sudah memasuki pukul 2 pagi. Hanya ada beberapa anak sepantarannya yang sama-sama memiliki hobi yang tidak berguna. Yaitu begadang sampai pagi datang.

"Woi Al mau kemana?!"
Ucap seseorang dari sebuah warung kecil di gang yang sedang Al lewati.

"Biasa, mau cari penyakit"
Jawab Al pada kumpulan pemuda itu.

"Hati-hati Al, ada polisi yang lagi patroli. Lagi cari orang-orang yang tawuran kemaren. Awas nanti lo jadi kesalahan, gue aja barusan mau di tahan tapi gajadi karena polisi nya salah orang"
Ucap lelaki itu serius. Al mengangguk-angguk kepalanya seraya mendengar tutur kata Jamal.

"Baru tau gue, thanks ya Jamal. Gue cabut dulu"
Balas Al sembari menjalankan laju nya lagi. "Iya Al, sama-sama"

Jalan raya yang sepi ia telusuri hati-hati, sembari menengok kanan kiri mengingat perkataan Jamal tadi jika sekarang ada polisi yang sedang berpatroli. Ia tidak mungkin bertingkah gegabah dalam perjalannya itu, karena bisa saja ia kesalahan. Al tidak mau bertemu dengan polisi lagi, ada hal yang membuatnya sangat menghindari polisi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Alladin untuk JasmineWhere stories live. Discover now