Part 16

1.3K 79 4
                                    

💜Happy Reading💜

"Jesslyn!"

Jesslyn yang merasa dipanggil pun menoleh. Ia mengernyitkan dahinya, saat melihat Rhea berjalan menuju ke arahnya bersama dengan sepasang paruh baya.

"Lo kok lama banget sih? Katanya tadi cuma bentar," bisik Jesslyn.

"Iya Jes, maaf ya." Jesslyn mengangguk.

"Rhea, lo ngapain bisa bareng mereka? Lo ada masalah sama mereka?" tanya Jesslyn kembali berbisik. Sejujurnya Jesslyn terkejut, saat melihat Rhea datang bersama Daniel dan Aera. Siapa sih, yang tidak mengenal keluarga Axelle? Sepasang suami-istri yang sama-sama berasal dari keluarga kaya raya, yang selalu terlihat harmonis, sebelum kejadian 20 tahun lalu merubah semuanya.

"Em ... nanti aku ceritain. Sekarang, aku mau pamit pulang dulu ya, soalnya ada urusan yang harus aku selesaikan,"

"Oke, gak papa. Gue juga mau balik kok,"

"Aku duluan ya. Nih, uang buat bayar pesanan kita, tolong bayar ke kasir ya. Maaf ngerepotin, soalnya aku buru-buru." Rhea memberikan beberapa lembar uang berwarna merah ke Jesslyn.

"Gak perlu bayar. Cafe ini milik saya," celetuk Daniel.

"Eh jangan Om! Kami jadi ngerasa gak enak," tolak Jesslyn.

"Gak usah sungkan gitu, biasa aja," ujar Aera.

Rhea dan Jesslyn saling pandang. "Ya udah Om, Tante. Makasih ya," ujar Jesslyn.

"Makasih Om, Tante," timpal Rhea.

"Sama-sama," jawab Aera. Sedangkan Daniel, pria itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Kami duluan ya, Nak. Ayo Sayang," ujar Aera, lalu mengandeng tangan Rhea keluar dari cafe tersebut.

🐴🐴🐴

Saat ini, mereka sedang berkumpul di ruang tamu, tepatnya di Mansion milik keluarga Axelle.

Sedari tadi, Aera selalu membawa Rhea kemanapun ia pergi. Entah itu ke kamar, dapur, taman belakang dan yang lainnya. Aera tidak ingin membuang kesempatan untuk bisa berdekatan dengan buah hatinya.

"Sayang, kamu mau apa? Biar Mama ambilkan?" tanya Aera.

"Tidak usah Tante. Makasih," tolak Rhea.

Aera menatap Rhea dengan sendu. "Apakah tidak bisa, kamu memanggilku dengan sebutan Mama?"

Rhea menatap Daniel, untuk meminta persetujuan. Daniel yang paham akan maksud Rhea pun mengangguk.

"M-maaf Ma. Rhea belum terbiasa." Aera tersenyum manis, ia langsung memeluk tubuh mungil Rhea.

"Gak papa, sayang. Mama maklum, tapi kamu harus membiasakan diri buat manggil Mama, ya?"

"Iya Ma." Dengan ragu, Rhea membalas pelukan Aera.

Senyum Aera semakin merekah, disaat Rhea membalas pelukannya. Ia yakin, bahwa Rhea adalah anaknya yang sempat hilang 20 tahun yang lalu. Dilihat dari kemiripan serta ikatan batin yang ia rasakan, membuat ia semakin yakin tanpa harus tes DNA.

"Permisi Tuan, Nyonya." Tiba-tiba, kepala pelayan datang menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanya Daniel.

Crazy Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang