ORIGAMI (13)

1.2K 219 9
                                    

"Jennie."

"Eoh?"

"Nama kakakku Jennie, Jennie Kim."

Gadis mandu itu terhenyak, ia tentu terkejut saat tau jika nama kakak Lisa sama dengan dirinya. Hanya berbeda marga.

"Namamu sama dengan nama kakakku, bahkan wajah kalian hampir mirip. Aku seperti... melihat kakakku di usianya yang sekarang."

Lisa tampak tersenyum lirih. Teringat saat pertama kali ia melihat Jennie, ia bahkan tanpa sadar mengira jika Jennie adalah kakaknya. Sudah jelas jika Jennie kakaknya sudah meninggal.

"Apakah karna itu kau memanggilku dengan sebutan Unnie saat pertama kita bertemu? Kau bahkan tau namaku sebelum kita berkenalan."

Jennie mengingatnya, saat Lisa menyebutnya 'Jennie Unnie', padahal ketika itu keduanya belum saling mengenal. Lalu sikap Ibu Lisa yang begitu baik padanya. Apakah wanita itu juga menganggapnya sama seperti mendiang Jennie?

"Hm, kau benar-benar mirip kakakku."

Bukan hal mudah kehilangan seseorang yang begitu disayangi. Jennie mengerti akan hal itu. Seandainya ia kehilangan salah satu saudarinya, bisa di pastikan jika ia pasti akan terpuruk sama seperti Lisa. Jennie tak ingin hal itu terjadi, ia tak ingin kehilangan orang-orang yang ia sayangi.

"Lisa-ya, aku tau ini berat. Tapi bisakah kau kembali menatap ke depan? Banyak hal yang harus kau lakukan Lisa-ya, menjaga keutuhan keluargamu misalnya. Jangan terpuruk dengan masa lalu. Bukan berarti aku menyuruhmu melupakan kakakmu. Tapi mungkin kakakmu akan sangat bersedih jika tau adiknya putus asa seperti ini."

Perlahan tangan lembut itu meraih tangan kurus Lisa. Menggenggamnya erat seolah memberi sedikit kekuatan pada gadis yang sudah lama kehilangan tujuan hidupnya.

"Jika memang aku mirip dengan kakakmu, kau boleh memanggilku dengan sebutan 'Unnie'. Aku tak bermaksud menggantikannya, setidaknya kau harus tau jika di sini masih ada orang yang peduli padamu. Termasuk aku."

Mata Lisa seolah terkunci dengan tatapan ketulusan gadis di hadapannya. Ucapan Jennie membuat hatinya bergetar. Perasaan itu belum pernah ia merasakannya. Sejak ia menutup dan menarik diri dari keluarganya, Lisa tak pernah merasakan lagi sebuah ketulusan juga kehangatan. Namun di dekat Jennie, gadis yang hanya beberapa hari ia kenal, ia merasakan kehangatan setiap kali berada di dekatnya.

"J-jennie Unnie."

Jennie tampak tersenyum mendengar panggilan Lisa.

"Nde Lisa-ya, panggil aku dengan sebutan itu jika kau nyaman."

.

.

.

Jisoo dan Rosè tampak berdiri di balkon seraya menatap dua orang gadis yang tengah duduk di bangku taman mansion. Pemandangan yang cukup mengejutkan untuk mereka. Saat dengan jelas mereka melihat Lisa beberapa kali tersenyum dengan Jennie. Senyum itu, bahkan Lisa tak pernah menunjukkannya pada mereka.

Ada rasa bahagia, namun juga sedih. Saat menyadari jika adik mereka justru bisa tertawa lepas karna orang lain. Mereka yang notabenenya adalah kakak kandung Lisa sendiri, justru begitu sulit untuk sekedar bisa mengajak sang adik berbicara.

"Lisa terlihat bahagia sekali." ucap Rosè dengan tatapan tak lepas dari dua gadis di bawah sana.

Kenyataan jika sang adik lebih dekat dengan orang lain tentu menyakiti hatinya. Lisa bahkan selalu menolak saat ia mengajaknya untuk dekat. Tapi dengan Jennie, adiknya itu tak pernah menolaknya.

ORIGAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang