BAB 19

80 12 0
                                    

KEHENINGAN YANG MELIPUTI pondok terasa begitu panjang dan absolut sehingga Taehyung membayangkan bisa mendengar gumpalan-gumpalan debu berputar di udara yang pengap menyesakkan.

Yoona berdiri kaku, tatapannya terpaku pada Moody saat pria itu bersusah payah bangun dari kursi, terseok-seok menuju pintu kasa, membukanya, dan melangkah ke teras yang hampir rubuh.

Sambil menengadah, dia berkata, "Kelihatannya akhirnya kita bakal dikirimi hujan."

Taehyung memandang sekilas ke luar jendela terdekat dan menyadari awan-awan berkumpul di barat, menutupi matahari yang terbenam. Suasana di dalam pondok muram, tapi lebih karena pernyataan Moody yang mengguncangkan daripada karena cuaca.

Ketika laki-laki tua itu masuk lagi, pintu kaca terbanting menutup dengan suara keras yang menyebabkan Yoona terlonjak. Seolah percakapan mereka tak pernah terhenti, dia bertanya serak, "Kau pikir aku membunuhnya?"

Moody berhenti melangkah dan, dengan kaki bergerak-gerak, memandang Yoona dari atas sampai bawah. "Kau? Tidak."

"Tapi, tadi kau bilang... kau bilang..."

"Kubilang kalau kau melihatnya dalam keadaan memegang tas, pasti kau melihatnya sebelum tornado menyerang."

"Mungkin kau salah," Yoona menimpali. "Mungkin tasnya memang ditemukan di lokasi, dan kau sekarang terlalu mabuk untuk mengingat di mana kau mendapatkannya dan kapan."

Moody memandangnya galak. "TKP-ku memang rusak, tapi aku tahu kapan aku menemukan tas sialan itu. Ada di catatanku," dia berkata, memberi isyarat pada map yang tergeletak di tempat tidur. "Bertanggal."

Yoona kembali ke tempat tidur dan duduk di samping Taehyung. Dengan suara mendesah dan hampa, dia berkata, "Aku pasti melihat tasnya di sana, di tangannya. Buat apa aku bilang melihat tas itu kalau ternyata aku tidak melihatnya?"

"Kau cuma membayangkannya sebab tadinya melihat dia membawa tas tersebut," Taehyung berkata. "Dalam beberapa hari, orang-orang mengetahui posisi jasadnya ketika ditemukan. Diberitakan di mana-mana."

Yoona menatap tajam pria itu seakan ingin sekali menerima penjelasannya. Namun, Taehyung tahu Yoona tidak bisa melakukannya.

Moody duduk lagi di kursi. "Lebam di bagian depan lehernya karena pita." Dia menyapukan jari di tenggorokan dalam garis lurus. "Pendapat pemeriksa jenazah—dan aku setuju dengannya—adalah Yuri dijerat dengan semacam tali. Biasanya itu terjadi dari belakang. Yuri kalah kuat dan tidak melawan."

Taehyung merasa Yoona gemetar. "Kau yakin?" tanya wanita itu.

"Tidak ada serpihan kulit ataupun darah di bawah kuku tangannya." Pada Taehyung, dia berkata, "Hal pertama yang kucari waktu menanyaimu adalah bekas cakaran di tangan dan lenganmu."

"Tidak ada. Bagaimana dengan Strickland?"

"Ada, tapi dia bilang karena merayap ke kolong Mustang untuk menyelamatkan diri dari tornado."

"Mestinya kami tidak lagi dicurigai."

"Belum tentu. Bagian belakang kepala Yuri juga benjol, yang terjadi sebelum dia meninggal. Kami menduga dia dipukul dari belakang. Apa bendanya, kami tak pernah bisa mengetahuinya. Dia jatuh tersungkur dan tak sadarkan diri, atau setidaknya terlalu kaget sehingga tidak bisa membela diri waktu si penjahat menghabisinya."

"Dengan celana dalamnya," Yoona menambahkan perlahan.

"Menurut, ibu tirimu, dan pembantu rumah tangga yang bertugas mencuci pakaian, Yuru hanya memakai satu jenis celana dalam. Terbuat dari renda elastis. Cukup kuat untuk mencekik orang sampai mati. Rupe mendemonstrasikan di pengadilan bagaimana hal itu bisa dilakukan. Itu salah satu saat penuh kejayaan lagi baginya."

LOW PRESSURE (REMAKE) Where stories live. Discover now