The Living of Saga - Pheromone

51 11 4
                                    

"Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Ada alasan di setiap apa yang terjadi."

╚══════✧ཻུ۪۪✧ཻུ۪۪⸙════════════
.
.
.

Pernakah kita merasakan mimpi namun terasa nyata? Seakan-seakan mimpi itu benar-benar terjadi.

Mungkin semua orang pernah mengalaminnya, biasanya Vivid Dream membuat sang pemimpi dapat mengingat dengan jelas dari bentuk, warna, aroma bahkan rasa sakit yang sama persis dengan dunia nyata. sejatinya kejadian di dalam mimpi mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan diluar kuasa sang pemimpi.

Hyojoo menutup kembali buku tebal bersampul putih dengan judul 'Dream' yang dicetak tebal. Memijat pangkal hidungnya yang terasa kaku karena terlalu lama menghabiskan beberapa halaman dari 400± total halaman. Sayangnya apa yang ia cari tidak ada di dalam buku membuatnnya menghela nafas lelah.

Mimpi itu terus terulang-ulang di kepalanya seperti gulungan kaset rusak, tidak beraturan dan saling mendominasi. Bagaiamana kehangatan itu melingkupi tubuhnnya dengan nyaman, dan aroma menenangkan itu merangsang otaknnya teramat jelas. Lalu bisikan halus menyerupai lulaby penghartar tidur begitu rasa nyata. Mimpi itu benar-benar terasa hidup hingga tak mau hilang dari kepalanya.

Hyojoo menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya perlahan, ia melakukanya beberapa kali.

Sore ini toko tampak sepi dari biasannya, dan hanya menyisahkan Hyojoo bersama seniornnya Lee Siyeon yang belum pulang, mungkin tepat jam menunjuk angka enam toko akan benar-benar tutup. Dipandangnya lagi kelima jari kirinnya yang sekakang terlihat berbeda, irisnya mengecil saat mengamati lekat-lekat detail ukiran cantik di jari manisnnya. Bentuknya indah berwarna perak terang sangat pas dengan jari putinnya yang lentik.

Entah bagaimana bisa benda bulat melingkar seperti ring itu tersemat di jarinya dalam waktu semalam. Seingat Hyojoo tidak pernah memiliki cincin ataupun memakainnya, begitupun sang Ayah yang tidak merasa membelikan cincin untuknya. Lalu ajaibnya saat terbangun pagi hari cincin itu terpasang dengan sendirinnya. Melingkar dan berkilau layaknnya permata paling berharga. Anehnya lagi sekeras apapun Hyojoo mencoba melepas benda itu tetap tidak berhasil, seperti telah terkunci oleh lem perekat.

Benar-benar aneh tapi nyata.

"Apa hobimu sekarang adalah melamun, awas saja nanti kemasukan roh halus baru tahu rasa." Hyojoo mengerjap, melirik obsidian yang kini membawa satu kotak berisi bunga mawar merah segar baru saja diletakan di atas meja.

"Kau bisa pulang lebih dulu, biar aku yang akan menutup toko," kata Siyeon lagi. Gadis berambut pendek itu mulai meraih gunting khusus yang ia bawa untuk membersihkan duri mawar.

"Bagaimana bisa aku meninggalkanmu dengan sekotak mawar berduri. Beri aku guntingnya." Hyojoo menyahut gunting dari tangan Siyeon disusul tawa dari sang empu.

"Baiklah, ayo kita selsaikan ini lalu pulang."

Kalau bukan karena ini suatu kewajiban sebagai karyawan menjalankan tugasnnya, Hyojoo agaknya malas mengambil lemburan hingga petang nanti. Yang pasti tubuh dan pikirannya sudah lelah ingin segera bercumbu dengan ranjang atau mandi dengan air hangat setidaknya.

"Ouch!" Hyojoo meringis begitu jarinnya tak sengaja tertusuk duri mawar.

"Sudahku bilang jangan banyak melamun." Siyeon langsung menyahut tisu di dekat kasir untuk membersihkan darah di jari Hyojoo yang menetes.

Entahlah hari Ini Hyojoo benar-benar kacau. Bahkan saat dikampus Hyojoo dikeluarkan dari kelas lantaran terlambat. Terdengar bukan Han Hyojoo sekali, padahal Hyojoo termasuk mahasiswa teladan selain terkenal dengan parasnya yang lembut dan cantik. Bermata bening dan memiliki poster tubuh ideal, takayal playboy ulung sekelas Jung Jaehyun sempat mengecaninya walau hanya beberapa minggu.

ᴛʜᴇ ʟɪᴠɪɴɢ ᴏꜰ ꜱᴀɢᴀ; ᴛʜᴇ ᴡᴇʀᴇᴡᴏʟꜰ ʙʀɪᴅᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang