6. Aluna Yang Menyebalkan

23K 1.5K 140
                                    

Alana menatap dirinya melalui pantulan kaca di hadapannya dengan pandangan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alana menatap dirinya melalui pantulan kaca di hadapannya dengan pandangan kosong. Sedangkan tangannya perlahan-lahan mulai naik menuju wajahnya yang sudah dipenuhi dengan luka-luka lebam berwarna merah keunguan.

Gadis itu sedikit merintih ketika tangannya mendarat lemah pada sudut-sudut bibirnya yang terlihat memar meninggalkan beberapa sobekan dan lebam-lebam keunguan. Rasanya perih. Terlalu perih hingga ia tak kuasa menggerakkan hanya untuk sekedar tersenyum.

"Gue nggak bisa makan nih kalau kayak gini. Sakit banget buat gerakinnya," keluh Alana menahan nyeri bibirnya.

Salep yang biasa ia pakai sudah habis kemarin dan ia lupa untuk membelinya sebagai stock persediaan kalau sewaktu-waktu ia mendapatkan pukulan lagi. Dan sialnya Alana harus menahan nyeri ini hingga nanti jam sekolah berakhir mengingat apotek belum buka di jam sepagi ini.

"Sialan banget!" rutuknya kesal.

"Alana..."

Aluna yang datang secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu membuat Alana tersentak kaget.

"Ajarin gue matematika dari-"

"Luna, lo nggak bisa ya ngetuk pintu dulu kalau mau masuk? Main nyelonong aja," kesal Alana menahan amarahnya.

Aluna yang mendengar nada kesal dari saudara kembarnya seketika menciut. Gadis itu menunduk kikuk. "Ya maaf, Al. Habisnya pintu kamar kamu terbuka dikit tadi."

"Oh iya, Al. Gue mau minta tolong sama lo buat bantuin gue ngerjain PR matematika bisa nggak?"

Alana yang mendengar pertanyaan Aluna segera membalikkan tubuhnya, dan seketika Aluna yang melihat luka-luka saudaranya pun menjerit kaget.

"Muka lo luka!!!" teriaknya bergidik ngeri.

"Biasa kena gebuk." Alana menjawab santai.

"Pasti sakit banget, ya?"

Alana mengangguk. "Ya begitulah."

"Gue udah telat kayaknya, Lun. Jadi maaf ya gue nggak bisa bantuin lo kali ini."

"Yahh...pliss bantuin gue. Soalnya matematika ada di jam pertama," jawab Aluna gusar.

Alana mengembuskan napasnya kesal. Ia muak dengan rengekan ini. Bahkan ia sangat membencinya.

"Lo juga kalau ada PR kenapa nggak dikerjain tadi malam, sih?"

"Kan gue diajakin Papa pergi, Al. Lo kan di rumah kenapa nggak bantuin gue aja semalam."

"Enak banget mulut lo kalau ngomong. Lagian tadi siang sehabis balik dari sekolah kan lo bisa nyicil buat ngerjain soalnya?"

"Gue kemarin pergi sama Akala," balasnya kemudian menunduk.

Alana menyambut jawaban dari saudara kembarnya dengan tatapan malas. Tanpa berniat membalasnya, gadis itu pun bergerak pelan menuju meja belajarnya. Tangannya beberapa kali terlihat memilah-milah buku pelajaran sesuai jadwal yang tertera hari ini. Mengabaikan Aluna yang bergerak panik menatap pergerakan Alana yang tak ada niatan untuk membantu dirinya.

Memories Of Love  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang