24. Usaha Untuk Memperbaiki

26.6K 1.3K 97
                                    

Setelah pembicaraan antara Alana dan mama pagi itu, mama menjadi lebih sering menaruh perhatian kepada Alana. Sejak kematian Galandra sepuluh tahun yang lalu hatinya benar-benar berada di ambang keraguan. Di satu sisi ia ingin percaya dengan Alana, namun di sisi lain Aluna mengatakan bahwa Alana lah yang menyebabkan Galandra dan dirinya terjatuh dari lantai dua.

Kemudian didukung Ravindra yang percaya saja dengan apa yang diucapkan oleh Aluna membuat Karina benar-benar bingung harus bersikap bagaimana. Sejak awal ini semua salahnya sebab dengan gampangnya ia percaya begitu saja dengan semua yang dikatakan Aluna. Padahal sebagai seorang ibu seharusnya ia tahu bagaimana karakter Aluna yang sedari kecil selalu terlihat iri dan dengki ketika Alana mendapat pujian dari para saudara.

"Al, gimana? Ujian susulannya lancar?"

Alana mengangguk. Meskipun ia mendapatkan berbagai tatapan dari para murid. Ada yang menatapnya kasihan ada juga yang menatapnya penuh dengan rasa jijik. Beruntung ada Ailee dan Moreno yang menemaninya dari ia datang ke sekolah hingga ia benar-benar selesai mengerjakan ujian susulan hari terakhir. Sedangkan Akala, pria itu sudah melakukan ujian susulan minggu lalu di rumah sakit sebab Keadaanpasien yang tidak memungkinkan untuk datang ke sekolah.

"Lo mau ke rumah sakit?" tanya Abra.

Sejujurnya Alana ingin. Namun, ia masih tak sanggup melihat keadaan Akala yang kata Hagian terlihat semakin kurus dan lemah. Bahkan katanya, harapan hidup itu hampir tidak ada meskipun ia sudah menjalani rangkaian kemoterapi.

"Keadaan Akala nggak ada perkembangan ya?"

Arshaka menggeleng. "Kita semua nggak tau, Al. Satu-satunya cara biar Akala bisa lebih baik hanya dengan mendapatkan donor sum-sum tulang belakang."

"Anggota keluarganya nggak ada yang cocok?"

"Ada, Bunda Akala. Tapi beliau nggak mau."

Kedua alis Alana mengerut. "Kenapa?"

"Lo belum tahu ya, Al?" tanya Hagian hati-hati. "Kalau bundanya Akala udah nikah lagi sama mantan pacarnya dulu. Jadi beliau selingkuh dan ninggalin Akala pas dia umur dua belas tahun."

Fakta ini, Alana juga baru mengetahuinya. Jadi, sejauh mana ia tahu perihal Akala sebenarnya? Bahkan tentang masalah ini pun ia tak tahu padahal Akala selalu tahu perihal dirinya.

"Akala nggak pernah cerita," cicitnya merasa bersalah.

Hagian mengangguk. "Dia memang gitu. Kita tahunya juga tanya sama Bude Sari."

Alana baru menyadari, dahulu ketika ia pergi ke rumah Akala ia hanya akan disambut oleh perempuan paruh baya yang ia kenali sebagai asisten rumah tangga bernama Bude Sari. Selama ia berkunjung ke rumah Akala ia juga tidak pernah menjumpai bingkai foto keluarga yang biasanya terpasang di ruang tamu. Bahkan ia tidak pernah melihat bagaimana wajah kedua orang tua Akala.

Akala yang malang, dia sudah terlalu lama sendirian selama ini.

"Gue mau jenguk Akala."

"Gue temenin ya, Al?" pinta Ailee yang sedari tadi hanya menyimak dalam diam. Kisah Akala kurang lebih hampir mirip dengan kisahnya saat ini.

Alana mengangguk. "Oh iya, Ai itu si Moreno ke mana?"

Ailee ikut menoleh ke belakang. "Tadi di belakang gue, tapi ke mana ya sekarang?" tanyanya bingung.

Alana ber-oh-ria , kemudian dari depan Aluna datang dengan dua orang temannya. Ia menghalangi langkah saudara kembarnya yang hendak melangkah pergi.

"Al, lo mau ke mana?"

Mendengar pertanyaan itu Alana pun memutar bola matanya malas. "Urusan lo apa?"

"Gue saudara lo jadi gue harus ngejagain lo apalagi kan lo baru aja i-itu eum..." Ia tak melanjutkan kalimatnya.

Memories Of Love  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang