HM~1

17 5 0
                                    

Mengapa hidupku penuh dengan teka-teki? Teka-teki yang berujung mati!
_Anitia Andara_

Sinar mentari mencoba mencari celah untuk mengusik tidur seorang gadis yang baru terlelap sekitar 3 jam.

"Ish... Bisa gak sih gue tidur sebentar aja? Demen banget ngusik tidur orang!" racaunya entah pada siapa. Mungkin pada sang surya yang hanya berniat membangunkannya.

"Nak? Kamu kok masih bocan sih? Liat jam dong, sekarang udah jam berapa?" Suara lembut nan halus menggema di penjuru kamar yang didominasi warna gelap.

Sejak kapan seorang gadis menyukai warna gelap? Mungkin hanya gadis itu.

"Ibu!" rengek gadis tersebut sembari berusaha membuka kedua matanya.

"Iya nak?" Wanita paruh baya yang dipanggil dengan sebutan Ibu pun lantas mendekat sembari mengelus puncak kepala gadis kesayangannya.

"Tia gak mau sekolah" adunya sembari menggenggam tangan malaikat tanpa sayap itu.

"Kenapa Anitia Andara? Inikan pertama kalinya kamu masuk sekolah? Biasanya orang lain tuh semangat, karena bakal ketemu teman baru, sekolah baru, suasana baru. Kok anak Ibu berbeda?" ucapnya bingung sembari cemberut menatap manik mata Anitia.

"Tia punya firasat buruk bu," keluhnya berusaha duduk dan mensejajarkan dengan Ibunya.

"Itu mungkin karena kamu kecapean terus ditambah rumor tentang sekolah yang membuat kamu punya firasat buruk," jelas Rintia_Ibu Anitia.

Anitia mengembungkan kedua pipinya, "Tapi ibu, firasat Tia keknya bener deh," ucapnya meyakinkan.

Rintia tersenyum hangat sembari mencubit pipi anaknya, "Mandi sayang," Rintia bangun dari duduknya hendak membuka gorden yang menghalangi sinar mentari masuk.

Anitia mengekor sembari memeluk pinggang Rintia dari belakang.

"Ibu, tapi Tia takut. Tia gak mau jauh dari ibu," Tanpa sadar Rintia meneteskan air mata mendengar ucapan Tia yang entah mengapa membuatnya merasa takut.

"Ibu selalu ada didekat mu nak," Rintia berbalik dan memeluk erat gadisnya itu. "Ibu sayang kamu," dia pun mengecup singkat pipi anaknya sembari mengelus lembut menyalurkan rasa nyaman agar Anitia tidak merasakan takut.

"Mandi sayang, ibu tunggu di meja makan" Rintia melepas pelukan Anitia dan segera keluar dari kamar anaknya.

"Ibu" cicit Tia segera mengambil handuk dan segera masuk kamar mandi untuk menyegarkan otak dan juga hatinya.

●_●

Di dapur Rintia terus memikirkan ketakutan apa yang sedang gadisnya alami.

"Nak, ibu juga gak mau jauh dari kamu, ibu gak mau kehilangan kamu" Rintia terus melamun tanpa dia sadari masakan yang ia masak hampir saja gosong.

"Astaga, aku kan lagi masak" Segera ia mematikan kompor dan menyajikan masakannya di piring.

"Eh, kesayangannya Ibu. Mari makan ibu masak telur kecap kesukaanmu," Rintia tersenyum sembari menarik bangku mempersilahkan Anitia duduk.

Anitia mengambil piring yang berisikan telur kecap kesukaannya, "Aromanya menggoda, seperti ibu yang selalu menggoda Ayah" Tia menggoda ibunya langsung mendapat delikan tajam dari sang ibu.

"Masih bocil jangan ngomong kek gitu," ucap Rintia mengingatkan.

"Aku kan udah SMA, bukan lagi bocil." rajuknya mengembungkan pipinya.

"Katanya bukan bocil tapi kok gampang ngambek?" goda Rintia mencubit pipi anaknya.

"Sakit ibu," Rintia tak menghiraukan rengekan Tia, dia lantas menyendokan nasi dan telur kecap ke piring Tia.

"Ayah mana nih?" tanya Tia sembari celingak-celinguk mencari sosok yang dipanggil ayah oleh dirinya.

"Ayah ada rapat dadakan makanya harus berangkat pagi," jawab Rintia.

"Kok ayah gitu,pokoknya aku mau ngambek sama ayah." ancam Tia yang mendapat cubitan manja dari ibunya.

"Makan sayang nanti telat. Eh, baju kamu sudah dibereskan?" Tia mendengus sembari mengangguk tanda sudah.

"pinternya," puji Rintia. Mereka lantas memakan-makanannya dengan khidmat tanpa ada yang berniat membuka suara.

●_●

"Sudah sampai, liat bagus gak bangunannya?" tanya Rintia yang entah mengapa ingin menangis saat melihat bangunan sekolah itu.

Kenapa hatiku rasanya tak rela Tia sekolah disini. Ada apa ini? Batinnya bertanya-tanya seolah-olah akan ada kejadian yang akan menimpa anaknya.

Anitia tersenyum menatap wajah ibunya yang tengah menatap bangunan itu. "Ibu yakin bangunannya bagus?" tanya Tia membuat Rianti mengeryit bingung.

"Maksud kamu? Ibu gak paham?" Rianti menatap kedua mata Tia meminta penjelasan.

"Ah sudahlah, Tia masuk dulu ya bu," jawabnya menghindar sembari membuka pintu mobil.

Rintia mengikuti Tia dan membuka bagasi untuk mengambil keperluan anaknya selama bersekolah disini.

Ya, siswa dan siswi yang bersekolah disini hanya bisa pulang dan di jenguk satu tahun sekali setelah kenaikan kelas.

Bisa dibayangkan bukan, bagaimana mencekamnya saat firasat buruk itu kembali menakuti hati Tia.

Tia tersenyum saat mendapat kecupan hangat di wajahnya, "Dadah ibu, Tia sayang ibu. Ibu terus doain Tia ya. Semoga Tia selalu dalam lindungan-Nya," ucapnya meminta doa sembari menyalimi tangan halus yang selalu membelai pipi dan rambutnya.

Rintia mengangguk sembari melambaikan tangan melepas kepergian gadisnya. Berat rasanya namun dia harus melepaskannya demi masa depan gadis cantiknya.

Tia pun memasuki gerbang sekolah bersamaan dengan seseorang yang menabrak dirinya dari belakang.

"Eh, sorry!" dia pun membantu Tia berdiri sembari terus mengucapkan kata maaf.

"Iya gak papa," Ternyata yang menabraknya seorang gadis yang cantik nan lucu. Gadis itu membesarkan matanya sembsri tersenyum kearah Tia.

"Aku Sindy Andini, panggil aja Sindy. Salam kenal yah," sapanya sembari mengulurkan tangan Tia pun segera membalas uluran tangan tersebut.

"Anitia Andara, panggil aja Anitia" ucapnya memperkenalkan diri.

"Mau bareng ke lapangan?" tawar Sindy yang langsung di angguki Tia. Mereka pun segera berkumpul ke lapangan yang hampir pinuh oleh murid baru.

Sejauh ini belum ada hal aneh yang terjadi, semoga saja terus begini dan semoga firasatku salah batin Tia mengedarkan pandangannya melihat-lihat sekitar.

Tanpa ia sadari ada seseorang yang mampu membaca pikirannya.

Maksud dia apa? Hal aneh apa yang akan terjadi? Batin seseorang yang berhasil membaca pikiran Tia.

Halo guys!!!

Gimana kabarnya?

Kira-kira siapa yang membaca pikiran Tia?
Dan hal aneh apa yang di maksud Tia?

Jangan lupa tinggalkan jejak!!

Salam manis dari author yang manis ini, hadeh🤮🤣

SELAMAT MEMBACA>_<

Help Me!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang