[19]

153 31 13
                                    

Lampu merah menyala menandakan operasi sedang berlanjut, Off menunggu di depan ruangan sambil menatap pintu runagan dengan raut muka cemas.

"P'Off!" Sapa Oab membuat Off terpecah dari lamunannya.

"Hai!" Balas Off lalu tersenyum

Tay dan Oab duduk di samping Off lalu menunggu kepastian apakah Gun akan baik baik saja atau sebaliknya.

.
.
.
.
.
.

Off pov

Sangat sunyi, tidak ada seorangpun yang berbicara. Aku memandangi pintu yang tak kunjung kunjung terbuka. Aku berharap Gun baik baik saja di sana, Gun anak yang kuat bukan? Dia tidak akan semudah itu menyerah dan aku yakin dia akan menepati janjinya untuk sembuh. Aku yakin, happy ending selalu berpihak kepadaku. Resolusi pada cerita kehidupanku tidak akan menjadi serumit itu, aku yakin Tuhan pasti berpihak kepadaku. Komplikasi pada cerita hidupku sangat rumit, di mulai pada hari aku kehilangan orang tua ku dan puncaknya adalah saat ini, dimana aku sangat sangat pasrah akan takdir yang akan diberikan Tuhan kepadaku.

Sejujurnya, aku tahu tentang penyakit Gun. Aku tahu kami akan terjebak dalam situasi ini. Ntah sudah berapa lama aku menyimpan rahasia ini sendirian, aku tidak ingin Gun cemas akan kesehatannya. Aku ingin Gun terlihat bahagia dan menganggap semua penyakitnya hanya sakit ringan saja. Dan benar saja, Gun hanya menganggap sakitnya biasa saja dan tetap terlihat ceria. Biasanya, orang yang terlalu memikirkan kesehatannya akan bergantung pada obat obatan, aku tidak ingin Gun seperti itu. Tapi.. karena dia tidak menjalani pengobatan, aku seperti membunuhnya secara perlahan. Aku menyesal, tapi aku tetap pada prinsip ku. Aku telah berjanji, akan menemani Gun selamanya sampai akhir hayatku.

Tentang perselingkuhanku, aku sungguh sangat tidak yakin bahwa Mook mengandung anakku. Tapi... karena Gun menerimanya, aku juga akan menerima anak itu dengan baik. Aku tidak mengerti, kepuasan apa yang sebenarnya aku cari? Apa kurangnya seorang Gun Attaphan untukku? Cintanya untukku bahkan lebih besar dari pada cintanya untuk dirinya sendiri. Aku sungguh tidak pantas menerima semua itu, aku terlalu jahat untuknya. Tapi.. aku tidak akan meninggalkannya, cintaku untuknya masih ada walaupun tidak sama seperti dulu. Aku ini pantas di sebut apa ya? Mungkin brengsek? Apa aku sudah mencapai di titik paling puncak yang melebihi kata brengsek? Aku tidak sadar, hari ini aku baru sadar ternyata aku sejahat itu. Sungguh, hari ini aku berjanji aku tidak akan menyakitinya lagi. Tidak akan menjadi seorang yang brengsek, akan ku pastikan ending dari ceritaku akan berakhir bahagia.

.
.
.
.
.
.

Tay menepuk pundakku dan menyadarkan aku dari lamunan

"Off.." Tay memanggilku lalu dia ternyum

"Ya? Kenapa?" Jawabku bingung

"Tidak, aku hanya sedikit mengkhawatirkanmu. Sedari tadi kau hanya diam, dan menatap pintu itu"

"Aku.. um.." ntah mengapa tiba tiba saja air mataku menetes

"Eh? Sudah, Gun akan baik baik saja"

Tay mengusap air mataku, ntah mengapa aku merasa sedikit lega bila bersama Tay. Wajar saja Gun menyayangi Tay, dia sepertinya memang tempat ternyaman untuk berkeluh kesah. Ntah mengapa, air mataku seakan meluap. mungkin ini akan membuat perasaan ku lega karena sudah sekian lama aku tidak menangis. Tay memelukku, aku menangis tersedu sedu di pelukannya.

"Tidak apa apa, semuanya baik baik saja Off" Tay menenangkan ku, dia juga mengusap punggungku

Aku terharu, selama ini Gun dikelilingi orang baik. Seperti Tay dan juga Oab yang setia bersamanya.

"Terima kasih Tay" aku merasa tenang, lalu melepas pelukannya. Aku melihat Oab tersenyum kepadaku

"Cinta Gun yang akan membuat dia bertahan dan kembali bersamamu Phi" aku tersenyum tulus, Oab terlihat sangat tulus dengan perkataannya. Tay menghapus air mataku, aku juga tersenyum kepadanya

"Terimakasih" ucapku tulus

Tiba tiba saja lampu hijau menyala menandakan operasi telah selesai. Aku, Tay dan Oab segera berdiri, lalu dokter keluar. Suasana tegang, dokter terlihat murung sebenarnya apa yang terjadi? Gun baik baik saja kan?

"Sebelumnya maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Pasien tidak bisa diselamatkan"

Deg
Duniaku seakan berhenti berputar, aku hanya menatap kosong kedepan. Lalu ntah mengapa rasanya kakiku mati rasa, aku hanpir saja jatuh jika Tau tidak segera menopang badanku.

"Off.." aku langsung memeluk Tay, lalu menangis.

Duniaku telah hancur, aku belum sanggup untuk kehilangan lagi. Setelah ditinggal oleh orang tua ku, aku kehilangan jati diriku. Lalu.. aku ditinggalkan Gun? Apa yang akan terjadi? Aku tidak mungkin hidup lebih lama lagi.

Tiba tiba saja kepalaku pusing dan semuanya menjadi gelap

.
.
.
.
.
.

"OFF!!" Tay sedikit berteriak, aku sadar dan kepalaku sedikit pusing. Aku belum sepenuhnya bisa membuka mataku.

"Aku dimana?" Tanyaku sembari membuka mata

"Kau dirumah sakit" jawab Tay, aku melihat sekeliling..

SYUKUR! TERNYATA HANYA MIMPI!

Lalu Tay menepuk pundak ku

"Off.." Tay memanggilku lalu dia ternyum

"Ya? Kenapa?" Aku sedikit bingung kenapa dia tersenyum kearahku

"Tidak, aku hanya sedikit mengkhawatirkanmu"

"Eh?" Jawabku spontan. Sial! Ini seperti yang ada di mimpiku

"Sudah, Gun akan baik baik saja" Tay lalu mengusap air mataku

Loh? Sejak kapan aku menangis?

"Aku melihat kau tertidur sambil menangis" perkataan Tay seakan akan dia baru saja membaca fikiranku. "Aku berusaha menenagkanmu, tapi kau nagis semakin menjadi jadi. Jadi aku memutuskan membangunkanmu" sambungnya

"Terimakasih"

"Untuk?"

"Membuatku tersadar, bagaimana brengseknya aku selama ini"

"Ha?" Tay tampak bingung dengan perkataanku

"Lupakan"

Tiba tiba lampu hijau menyala menandakan operasi selesai.

.
.
.
.
.
.

Tbc~
Mampus kena prank 🤭
Oke, kalian masih di tim sad end or happy end setelah membaca bagian satu ini?
Aku sih tim..
Lanjut part jebrot🤗

-anaknyaOffGun🐣

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rasa Sakit [OffGun] #3Where stories live. Discover now