Marahnya Andra

31.1K 4.2K 148
                                    

Zean menyimpan lengannya dipundak Kenzio yang sedang mengerjakan beberapa soal Matematika. Ia sesekali berpindah tempat dikanan dan kirinya. Ia tidak memikirkan lagi pemikiran bahwa mungkin dirinya sedikit bengkok karena ia yakin dirinya masih lurus, sekarang ia merasa bahwa Kenzio tidak semenyebalkan itu dan ia nyaman dengannya tapi tentu saja jika itu urusan osis maka saat itu juga Kenzio sedikit menjadi musuhnya. Entah dendam apa yang ia punya untuk organisasi itu.

"Zean bisakah kamu diam?" tanya Pak Giant yang sudah mulai bosan dengan Zean.

"Ini adalah metode belajar saya pak. Harus melihat dari semua sisi," jawab Zean sambil bersedekap dada.

Zean melihat kearah lain. Shizi dan Shize sibuk dengan semua peralatan lab. Entah apa yang mereka lakukan. Zean hendak berjalan kearah mereka tetapi Kenzio lebih dulu menahan tangannya dan menyuruhnya duduk.

"Duduk."

Zean melirik Kenzio sebelum kembali menatap si kembar itu. Zean tidak punya pilihan lain selain duduk dikursinya dan memainkan pulpen.

"Kenapa harus begitu giat? Masih ada waktu sebelum lomba," ucap Zean bosan.

Ia tidak suka belajar, menurutnya belajar diciptakan hanya untuk yang mempunyai keinginan tinggi, otak yang cemerlang sedangkan dirinya hanya ingin lulus dengan nilai diatas standar lalu menjelajahi dunia dengan menantang tim basket dari berbagai negara.

Lulus tanpa masalah itulah kuncinya tapi untuk siswa seperti Zean? Ia yakin lulus dengan mudah. Zean merasa bahwa kenakalannya masih wajar.

Selagi Zean berandai-andai, tangannya sibuk mengerjakan soal. Ia menyelesaikannya hanya dengan waktu 5 menit.

"Jika selesai lebih awal apa hadiahnya?" tanya Zean.

"Zean Kanandra! Mengerjakan beberapa soal saja kamu ingin mendapat hadiah? Lelucon macam apa ini!"

Zean memainkan pulpennya. "Menghitung membutuhkan energi, dan energi datang dari tubuh yang semangat, semangat datang dari mana jika tidak mendapat hadiah dan istirahat?"

Sudut bibir Pak Giant berkedut beberapa kali setelah mendengar ucapan Zean. Ia menghela nafas dan memberikan Zean istirahat selama 10 menit.

"Jadi kamu benar telah mengerjakannya dengan benar?" tanya Pak Giant.

Zean mengangguk dan memperlihatkan kertasnya. Pak Giant mengambilnya dan memeriksanya. Kali ini seluruh wajahnya mengeras, Zean seakan mencoba bermain-main dengannya. Kertasnya masih kosong dengan hanya terdapat beberapa angka setelah beberapa kolom dibiarkan kosong.

"Dimana cara pengerjaannya?"

"Saya memakai jalan pintas. Jika jawaban sudah didapatkan kenapa harus menuliskan caranya juga?"

"Zean Kanandra, kamu!"

Tak!

Kenzio meletakan pulpennya dengan kasar. Ia melirik Zean sebelum mengambil kertas jawaban dari tangan Pak Giant. Dengan santai ia menuliskan cara pengerjaannya sampai kolom kosong itu terisi oleh cara-caranya. Tidak ada yang salah, jawaban yang ditulis Zean juga benar.

"Nah, Master matematika menyelesaikan bagian penyelesaian. Kalo gitu saya gunain waktu istirahat dengan baik sekarang," Zean berdiri dan berjalan menuju pintu.

Ia tak menghiraukan Pak Giant yang menatapnya dengan wajah penuh kekesalan. Saat Zean sibuk tertawa puas karena berhasil membuat guru yang suka menghukumnya itu kesal, lalu bahunya ditabrak oleh seseorang.

"Maaf, tidak sengaja," ucap orang itu.

Zean menarik belakang kerah orang itu hingga mundur beberapa langkah. Zean mengenali wajah orang itu, wajah yang sekarang menjadi musuhnya setelah berkhianat.

KENZE  | END [SUDAH TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin