10. Kesehatan Mental

5.3K 606 27
                                    

06:30

Di jam seperti ini, mungkin untuk sebagian orang akan terlalu dini untuk bangun dari tidur, namun tidak bagi seorang Ibu, ini terlalu siang.

Yuna tidak tahu kenapa dirinya bisa bangun seterlambat ini. Saat dirinya membuka mata, yang ia dapatkan pagi ini untuk pertama kali adalah senyum dari Suaminya, pria itu ternyata sudah bangun terlebih dulu.

"Aku kesiangan," Ucap Yuna sambil mengubah dirinya untuk duduk, lalu melihat Edward di tengah-tengah antara dirinya dan Jordan.

"Belum bangun sama sekali?" Tanya Yuna sambil menundukkan diri ke Edward.

"Belum. Pules banget tidurnya," Jawab Jordan. "kamu kalau masih ngantuk tidur aja. Nanti kalau mau sarapan beli." lanjut Jordan.

"Enggak, aku nggak mau beli terlalu sering." Balas Yuna.

Dibanding harus lebih dimudahkan untuk membeli makanan dari luar, Yuna akan dengan bangga memasakkan makanan untuk keluarga kecilnya. Ada kebahagiaan tersendiri saat melihat Suami dan Anaknya menyantap makanan dari hasil tangannya sendiri.

"Kamu temanin Chandra. Aku mau ke dapur dulu." Ucap Yuna sambil beranjak.

"Iya, nanti kasihan kalau bangun nggak ada orang. Lagian biarin dia tidur, aku nggak tega lihatnya kalau dia bangun nanti ngerasa sakit lagi." Ujar Jordan menatap bergantian Yuna dan Edward.

Yuna tersenyum lalu mengangguk dan setelah itu ke luar dari kamar untuk melakukan tugasnya sebagai Ibu rumah tangga.

Jordan melingkarkan tangannya di tubuh Edward dengan perlahan, memastikan jika tangannya tidak mengenai luka di tubuh Anak itu.

Orang lain mengatakan jika Edward adalah Jordan versi imut, tentu saja dibandingkan mirip dengan sang Bunda, Edward memang lebih mirip Ayahnya dan Jordan bangga itu.

Tidak sabar untuk melihat wajah Edward saat sudah remaja, namun juga tidak rela jika Anak satu-satunya ini cepat besar.

Terkadang ketika Anak laki-laki sudah tumbuh menjadi remaja, dia akan sedikit merasa gengsi untuk mengutarakan perasaannya kepada orangtuanya. Jordan harap jika Edward akan tetap menjadi Anak yang salalu terbuka kepada orangtuanya seperti saat ini.

"Ayah." Itu suara pertama yang Edward ke luarkan, membuat Jordan menunduk menatap putrnya tersebut.

"Kenapa bangun, sayang?" Tanya Jordan begitu Edward menggubah dirinya menghadap kepadanya dan membalas pelukan dari Ayahmya tersebut.

"Bundaku mana?" Tanya Edward sambil mendongak dengan mata yang sayup.

"Di dapur lagi buat sarapan." Jawab Jordan. Tangannya terulur untuk menyibak poni di dahi Edward.

"Tidur aja kalau masih ngantuk." Ucap Jordan.

Mata Edward memang masih terasa berat untuk bangun, Ayahnya ini peka sekali dan Edward suka itu.

"Nanti bangunin aku kalau Bunda ke sini." Ucapnya sambil kembali memejamkan matanya.

"Iya." Balas Jordan lalu lebih merapatkan tubuh kecil Edward ke dirinya.

•••

10:00

Jika bukan karena menyangkut tentang Edward, Jordan tidak ingin kembali ke sekolah ini dan melihat wajah-wajah yang memuakkan ini.

Di rumah Edward sedang sakit dan ia harus rela untuk meninggalkan Anak itu bersama dengan Istrinya untuk datang ke sini, dan melanjutkan permasalahan kemarin.

TarachandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang