68. Selalu Selangkah Lebih Maju

967 171 19
                                    

Pagi ini dihari minggu, khusus Jaena mengumpulkan teman-temannya yang ada untuk pergi makan siang bersama, yang meskipun teman-teman dimaksudnya hanyalan Raynar dan Edward.

Raynar, laki-laki berdarah campuran itu tidak akan pernah menolak dengan alasan yang lain ketika temannya mengajak untuk bertemu, meneruskan usaha keluarganya ternyata sangat menguntungkan terutama dari segi waktu.

"Seriusan secepet ini, Jaena?" Tanya Raynar memastikan sekali lagi, pasalnya kabar membahagiakan yang disampaikan oleh Jaena terasa terlalu mendadak.

"Enggak, gue emang nggak mau lama-lama. Bukan acara tunangan yang mewah, cuma lamaran antara keluarga besar." Jelas Jaena setelah meminum air putih.

"Tapi terkesan kayak buru-buru nggak sih? Nanti dikira Luna hamil duluan." Ucap Raynar tanpa difilter terlebih dulu.

"Mulutmu, Gandhi." Tegur Edward dengan wajah tidak ramah.

"Enak aja lo. Gue sama Luna aja nggak ada sesi pacaran." Balas Jaena.

"Ya cepet-cepet soalnya kita juga udah sama-sama dewasa, mau cari apa lagi? Lagian gue takut nanti dia berubah pikiran." Lanjut Jaena.

"Berubah pikiran maksdu lo?" Tanya Raynar sambil mengernyitkan dahinya.

"Soalnya sebelum ini dia udah nolak gue, tapi Luna ngabarin kalau mau nerima lamaran gue."

"Bukannya itu lebih nakutin ya, takutnya dia nggak beneran tulus nerima lo. Siapa tau ada yang dia taksir sebenernya, Edward mungkin." Ucap Raynar lalu menatap kedua bersaudara di depannya tersebut.

"Gue nggak tau, yang penting sekarang dia udah nerima gue." Balas Jaena, mau bagaimanapun, dirinya sudah menyukai Luna dari dulu.

Sudah sangat lama Jaena mengimpikan moment ini, dirinya tidak mau kehilangan kesempatan hanya karena berpikiran logis.

"Lo sendiri nggak punya perasaan ke Luna kan, Ward? Jangan sampe lo nyimpen perasaan ke Istri Saudara lo sendiri?" Kali ini Raynar bertanya dengan nada yang lebih baik, memastikan jika kedua orang di depannya akan tetap baik-baik saja.

"Kita cuma temen." Jelas Edward.

"Syukur deh." Balas Raynar.

"Karena gue tau cinta lo masih di Belanda. Tapi tenang aja, pas nikahan gue atau Jaena mereka pasti balik ke sini kok, gue udah berkali-kali ngingetin Jendra." Ucap Raynar.

"Kayaknya gue duluan deh, lo lama persiapannya." Balas Jaena.

"Bukan gue yang lama, tapi lo yang kebelet kawin, nikah maksudnya." Cibir Raynar.

Rasanya Raynar telah membuat Edward trauma saat mendengar negara Belanda disebut, yang sebelumnya tidak ada masalah baginya.

"Tapi Shireen cakep banget sih, Ward sekarang. Nggak salah dulu gue pernah naksir sama dia." Raynar kembali mengompori temannya yang masih terlihat tenang tersebut.

"Dari dulu juga cantik." Balas Edward tidak munafik, siapa yang tidak mengakui kecantikan Shireen?

"Gagal move on kan lo? Makanya nanti kalau ketemu lagi, pepet terus orangnya. Balikan sama mantan nggak buruk kok."

"Tapi nggak tau Shireen sekarang masih sendiri atau udah punya gandengan bule Belanda, secara dia cantik dan agak-agak bule gitu." Lanjut Raynar.

Dan rasanya mustahil bagi perempuan semenarik itu terus menyendiri dalam waktu yang lama. Satu hal yang harus Edward ingat, jika dirinya bukan laki-laki pertama yang hadir dihidup Shireen, meskipun gadis itu adalah cinta pertamanya.

Edward benar-benar terjebak dalam kisah lama yang belum usai, dia terjebak dengan perasaannya sendiri, maka dari itu jangan terlalu menaruh perasaan terlalu dalam pada anak manusia yang bahkan tidak ada yang tahu berapa lama akan bisa terus bersama.

TarachandraWhere stories live. Discover now