Di dalam ruangan UKS seorang diri, Jaena memainkan game di ponselnya dengan berbaring santai. Benar-benar hari yang indah meskipun awalnya menyakitkan.
Orang-orang bilang, bersakit-sakitlah dahulu, lalu bersenang-senang kemudian.
Jaena pikir hal ini bisa ulangi lain kali, kalau keseringan bisa hancur wajah tampannya ini.
Terlalu nyaman, Jaena bahkan sampai tidak sadar jika dirinya berada di dalam tempat ini sampai hampir setengah hari.
"Jaena." Panggil Edward begitu berdiri di samping Saudaranya yang tengah berbaring tersebut.
Jaena yang semula fokus ke game di ponselnya pun menoleh cepat ke arah Edward. Tidak terdengar langkah kakinya tiba-tiba ada di sampingnya, Jaena sampai terkejut.
"Chan, udah istirahat?" Tanya Jaena sambil mengubah posisinya menjadi duduk.
"Udah. Gimana masih pusing?" Setelah itu Edward mendudukan dirinya di kursi samping tempat tidur Jaena.
"Nggak pusing sih, cuman benjol ini kalau dipegang ngilu juga." Balas Jaena sambil berabah-rabah dahinya.
"Eh, gimana tadi di kelas percayakan kalau gue beneran sakit?" Tanya Jaena.
"Percaya, kan saksinya banyak yang lihat kamu nabrak tiang bendera." Jawab Edward.
"Syukur deh." Balas Jaena sambil cengengesan.
"Mau dibeliin makanan nggak di kantin?" Tawar Edward benar-benar perhatian terhadap kesehatan Saudaranya ini.
"Lo mau ke kantin sendirian?" Tanya Jaena yang dibalas anggukan dari Edward.
"Kenapa nggak bareng Jendra sama Raynar. Nggak diajak lo sama mereka? Wah nggak bener nih." Jaena tidak terima jika itu benar terjadi.
"Tadi mau ke kantin bareng tapi aku bilang mau ke sini dulu." Balas Edward menjelaskan.
"Kirain lo nggak diajak." Jaena lega ternyata teman-temannya tidak seperti yang disinetron.
"Chan, kok lo masih pakai aku kamu? Kan lo udah setuju mau ngubah itu." Jaena kembali mengingatkan.
"Jaena, aku nggak bisa." Jelas Edward mutlak.
"Apa susahnya sih?" Jaena jadi gemas sendiri.
"Kadang emang kebiasaan dari kecil susah buat diubah. Ayah sama Bunda udah ngajarin aku kayak gini, dan aku nyaman ngomong kayak gini. Kata Bunda, aku harus sopan sama orang lain, terutama ke orang yang lebih tua sama perempuan." Jelas Edward memberikan pengertian kepada Jaena.
"Tapi Chan, banyak yang baper sama lo." Balas Jaena tidak bohong. Bukan maksud Jaena ingin memberikan pengaruh buruk kepada Edward.
"Aku udah mendalami tentang ini, dengerin! Banyaknya orang terutama Anak muda yang sering bicara nggak formal atau kurang sopan membuat hal itu jadi wajar dan biasa. Jadinya kayak gini, Na. Aku ngomong sopan malah dibawa perasaan, dan menimbulkan kesalah pahaman. Di sini seharusnya bukan aku yang harus berubah karena emang ini yang udah diajarin sama orangtuaku, kamu jugakan, terus kenapa kamu malah lupain ajaran Papa sama Mama kamu sekarang? Jaena, aku nggak mau menghakimi dan nganggap kalau kamu dan yang lain punya gaya bicara yang nggak sopan. Tapi biarin aku jadi diri sendiri dan kamu juga harus jadi diri sendiri. Jangan coba-coba buat ngubah kebiasaan orang lain." Ucap Edward cukup panjang.
Dan Jaena merasa seperti baru saja mendapatkan siraman qalbu. Dirinya menjadi tidak enak hati kepada Edward.
"Chan, bukan maksud gue mau ngasih pengaruh buruk ke lo. Jangan salah paham." Ucap Jaena hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarachandra
Teen Fiction🏅Haechan🏅Anaktunggal🏅Imyoona Melihat tumbuh kembang Tarachandra Edward Bimasena si anak tunggal kesayangan keluarga. 11.11.21 🏅NCTlokal 🏅Fullsun