sembilan belas

1.5K 278 157
                                    

vote

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

vote. vote. vote.
ga vote, ga lanjut.

•••

"Kamu apa-apaan sih, Jane?!"

"Kamu yang apa-apaan, Varrel?!" bentak Jane balik pada Varrel yang sudah terlalu kesal akan apa yang dilakukan pemuda itu. Tentu saja mereka berdua menarik perhatian orang-orang yang berada di sana. Ada yang langsung mengeluarkan ponsel dan menyalakan kamera. Lalu orang-orang tersebut mengerumuni Jane, Varrel, dan Thalia sehingga posisi mereka bertiga berada di tengah-tengah saat ini.

Jane menatap Varrel dan Thalia secara bergantian. "Aku udah bilang sama kamu waktu di Rumah Sakit, Rel! Kalo aku ga suka kamu minta maaf secara diem-diem ke cewek di belakang aku."

"Segitu malunya kamu punya cewek kayak aku, hah?!"

"Ngomong apa sih, Jane? Kamu bahkan ga tau, apa tujuan aku selalu minta maaf ke cewek yang kamu marahin. Mereka ga salah apa-apa sama kamu, tapi kamu marahin. Niat mereka sama sekali ga macem-macem, tapi kamu marahin juga. Kenapa, sih? Orang-orang yang kamu marahin bisa aja punya dendam, terus ngelakuin hal-hal berbahaya ke kamu."

"Pernah mikir ke situ, ga?" tanya Varrel tak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Jane.

"Basi. Selingkuh mah selingkuh aja, kali!"

"Gue ga seling—"

"Emangnya lo pikir, gue gatau lo ngapain aja selama gue koma?" panggilan mereka berdua berubah drastis. Jane menatap Varrel dengan remeh. Ia bersidekap dada, sebelum membalikkan keadaan. "Pernah mikir ke situ, ga?!"

Mendengar itu, Varrel menaikkan sebelah alisnya. Darimana Jane bisa tahu akan apa yang ia lakukan saat gadis itu koma? Jane bertanya pada siapa? Namun di sisi lain, Varrel berpikir tidak ada kegiatan yang ia lakukan selama Jane koma. Hanya hal-hal biasa-seperti pergi Kuliah, makan, mandi, mengerjakan tugas dan lain-lain. Varrel lantas berkata, "Gue ga ngapa-ngapain."

"Lah, terus? Pergi berduaan sama Thalia itu.. bukan ngapa-ngapain, ya?" Jane tahu hal tersebut dari Olivia, karena gadis itu memantau setiap gerak-gerik Varrel.

"Dia cuma minta anter ke suatu tempat. Ga lebih,"

"Kenapa lo turutin gitu aja?! Dia siapa lo, Varrel?! Kalo emang lo sayang sama gue, waktu gue koma lo harusnya ada di sisi gue. Di saat gue bangun dari koma, lo juga harusnya ada di depan mata gue, tapi lo ga ada! Padahal yang gue harepin pertama kali adalah kehadiran lo. Sementara lo sendiri malah seneng-seneng sama temen-temen lo, sama ini cewek juga. Sumpah, ga ngerti lagi gue sama lo!"

Varrel mengeraskan rahang. "Hidup gue ga selalu tentang lo, Jane!"

"Gue selalu ngertiin lo, tapi lo? Mana? Lo sama sekali ga pernah ngertiin gue!" ucap Varrel melanjutkan. Ia merasa tak terima disebut selingkuh dengan Thalia.

"Lo pengen ngerubah sifat asli gue ke sifat buatan lo, gue turutin asal lo bahagia. Tapi, lo sendiri ga pernah ada niatan ngerubah sifat lo yang selalu ngekang orang lain! Lo ga pernah sadar sama apa yang lo lakuin, lo bilang, ke orang-orang yang tanpa sadar bikin dia sakit hati. Dan ga semua orang terdekat lo bisa lo atur-atur seenaknya, Jane! Lo bukan Tuhan!"

𝐋𝐎𝐂𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍Where stories live. Discover now