06

2.3K 294 29
                                    

Sesampainya di dalam kamar mandi, wanita itu mengunci pintu dan berjalan mendekati Dahyun yang berdiri di tengah-tengah ruangan.

"Tunggu apalagi? Bukalah pakaianmu," ucapnya membuat Dahyun menatapnya tak percaya.

"Uh.. bisakah Anda keluar?" tanya Dahyun.

Wanita itu tidak menjawab melainkan malah tertawa sambil menutup mulutnya.

"Tidak perlu malu, kita sama-sama perempuan," ucapnya sambil tersenyum.

Dahyun terdiam. Tidak mungkin kan dia harus melakukan itu di hadapan orang yang belum dikenalnya?

"Aku akan melepas pakaianku juga," ucap wanita itu membuat mata Dahyun membulat.

"Jangan!" teriak Dahyun.

"B-baiklah, aku akan melepas pakaianku.."

Mau tak mau Dahyun melepaskan kancing bajunya satu persatu sambil diperhatikan wanita itu.

"Um.. ini ditaruh di mana?" tanya Dahyun menunjukkan bajunya di tangannya.

Wanita itu tidak menjawab melainkan malah mengikis jarak mereka. Tentu saja Dahyun panik.

"Berikan padaku."

Saat menerima baju tersebut, tangan mereka tidak sengaja bersentuhan.

"E-eoh?!"

Dahyun syok bukan main ketika dirinya tiba-tiba saja didorong ke dinding.

Wanita itu menggenggam tangan Dahyun dan membawanya ke depan mukanya. Seringaian terukir di wajahnya. Kemudian ia mengelus pelan tangan Dahyun.

"U-uh.. apa yang Anda lakukan?" tanya Dahyun.

Wanita tersebut tidak menjawab melainkan malah menatap gadis di depannya itu.

Sekarang Dahyun dapat melihat dengan jelas rupa wanita itu dikarenakan jarak mereka yang lumayan dekat.

Saat makan tadi Dahyun tidak benar-benar memperhatikan wanita itu. Bahkan Dahyun berusaha untuk menghindari kontak mata dengannya.

"Tanganmu lembut. Sangat lembut.." ucapnya sambil tersenyum.

"T-terima kasih?"

"Sabun apa yang kau gunakan?"

"U-uh.. Superpell kurasa.." jawab Dahyun asal.

Wanita itu tersenyum pada Dahyun kemudian kembali menatapi tangan lembut gadis itu.

Sudah satu menit berlalu, wanita itu masih terus mengelus tangan Dahyun, membuatnya merasa tak nyaman.

"Uh.. kapan aku bisa membersihkan diri?" Dahyun memberanikan diri untuk bertanya.

Wanita itu tidak menjawab melainkan malah menatapnya. Dahyun mengerutkan keningnya melihat tatapan yang berbeda dari sebelumnya.

Kali ini tatapannya gelap.

Sudah satu menit berlalu, selama itu Dahyun melakukan kontes menatap dengan wanita itu.

Baru saja Dahyun ingin melepaskan genggaman tangan wanita tersebut, tetapi lebih dulu dilepasnya.

Wanita itu meletakkan masing-masing tangannya di sisi kiri dan kanan Dahyun.

Dahyun panik bukan main saat wanita itu dengan perlahan menghapus jarak tubuh mereka.

Dritt!

Wanita itu langsung menghentikan pergerakannya dan berbalik melangkah menuju pintu.

"Cepatlah mandi," ujarnya sebelum keluar dari sana.

~

Dahyun keluar dari kamar mandi dan ia langsung disambut oleh wanita berambut panjang itu.

"Ikut aku."

Tak butuh waktu lama untuk mereka tiba di sebuah ruangan yang berukuran lumayan besar.

"Ini kamarmu. Tidurlah, sekarang sudah malam hari."

Pintu ditutup oleh wanita itu. Dahyun pun merebahkan diri di atas kasur berukuran lumayan besar itu.

Memejamkan matanya dan tidak lama kemudian Dahyun masuk ke alam mimpi.

Keesokan harinya, Dahyun perlahan membuka matanya merasakan kasurnya bergoyang.

Mengerjapkan matanya berkali-kali lalu menoleh ke samping, betapa terkejutnya Dahyun.

Dahyun segera merubah posisinya menjadi duduk dan menatap wanita yang duduk di sebelahnya.

"Apakah aku membangunkanmu?" tanyanya sambil tersenyum.

"Tidak.." jawab Dahyun.

"Kalau begitu ayo turun."

Setibanya mereka di bawah, Dahyun dan wanita itu duduk bersebelahan di kursi meja makan.

"Bolehkah aku mengenalmu?" Wanita itu menatap Dahyun dengan senyuman.

"Namaku Kim Dahyun." Dahyun sedikit terkagum, entah mengapa mata wanita itu terlihat indah.

"Hmm.. nama yang indah, sama seperti orangnya," ucapnya sambil tersenyum.

Dahyun tersenyum canggung, lalu terdiam karena tidak tahu harus membalas apa.

"Berkenan jika memberitahu semuanya tentangmu?" tanya wanita itu.

Dahyun pun menjelaskan semuanya pada wanita itu. Tidak memakan waktu begitu lama.

"Kau sudah berjuang dengan baik. Itu tidaklah mudah. Aku bangga padamu, Dahyun-ah."

Wanita itu langsung memeluk Dahyun yang menangis dan mengelus pelan punggungnya.

"Pasti berat bagimu.."

Beberapa saat kemudian, tangisan Dahyun mereda, wanita itu pun melepas pelukannya.

"Omong-omong kau lebih muda dariku. Namaku Sana. Terserah ingin memanggilku apa.."

"Panggil sayang juga boleh, kok." Sana mengedipkan sebelah matanya.

"Uh.. aku panggil eonnie saja."

Sana tertawa saat melihat rona merah di pipi Dahyun, kemudian ia bangkit dari kursi.

"Jja~ waktunya untuk sarapan."

Sana mengambil sebuah piring yang berisikan makanan dan menaruhnya di atas meja.

"Makanlah, kau pasti lapar."

Lima menit berlalu, Dahyun masih makan sedangkan Sana berdiri di depan kompor, sedang memasak.

"Sana eonnie?" panggil Dahyun.

"Wae?" sahut Sana tanpa menoleh.

"Eonnie tidak makan?"

"Kekeke~ kau mengkhawatirkan aku, eoh?"

"Ini enak sekali. Rugi kalau eonnie tidak makan," ujar Dahyun penuh semangat.

"Syukurlah kalau kau suka."

"Eoh? Eonnie yang memasak ini?" tanya Dahyun.

"Tentu saja. Memangnya siapa lagi? Tidak ada orang lain selain kita di rumah ini, semua pelayan sedang pulang kampung," jawab Sana.

"Eonnie pintar memasak. Ayamnya sangat enak."

"Kau suka ayam?"

"Nee. Kalau eonnie suka daging apa?" Dahyun bertanya, penasaran dengan wanita itu.

"Manusia.."

Jawaban Sana membuat Dahyun langsung menatap daging yang ada di piringnya.

"Manusia suka daging ikan. Aku juga suka ikan." Dahyun beralih ke Sana yang sedang tersenyum itu.

"A-ah.. a-aku juga suka ikan.."

Setelah Dahyun selesai makan, Sana menghampirinya dan mengambil tempat di sebelahnya.

"Ah.. aku lupa memberitahumu sesuatu yang penting Dahyun-ah."


















T.B.C

Sold (Saida)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz