13. Page 365: Hanya Berganti, Bukan Berhenti.

19 7 2
                                    

Stori abu-abu dua ribu dua puluh satu resmi lekang di malam kelabu. Diiringi ranjau pancawarna bertebaran di angkasa. Yang mana syahdu ronanya, terkadang membuat debar dada.

Selain ledakan petasan, tidak ada kata lain lagi kecuali ucapan, “selamat tinggal” untuk melepaskan pernak-pernik tahun ini.

Tahun yang berlumur segala bentuk nelangsa.
Tahun yang dipenuhi luka di setiap edaran harian miliknya.
Tahun yang diberikan petaka yang teramat luar binasa oleh semesta.
Tahun di mana aku menghirup udara dalam napas orang dewasa.
Tahun di mana aku belajar meredam tangis tanpa suara.

Effort page 365 sebenarnya tidak tau mau berlandas ke mana di season terakhir angka dua satu ini. Pasalnya segelintir gundah tiba-tiba menyelimuti hati. Bukan menghangat, malah hal itu mendatangkan guncangan dahsyat.

Takut?

Ah —sebetulnya, diri tidak takut menghadapi perpisahan ini, kok. Hanya saja, di dalam sini, hati lebih takut menempatkan dirinya di tahun yang kurang  lebih lima jam lagi membawa raga di titik radarnya.

Gimana, ya? Jika aku katakan, “aku belum cukup siap menerima kenyataan yang menjadi takdirku di tahun dua ribu dua puluh dua.” —apa itu salahku?

Baiklah, aku minta maaf. Maaf jika aku ragu.

Entahlah, terkadang —hampir di setiap menit menuju detik-detik pergantian tahun ——naluriku senantiasa mengupas rekaman segala momen-momen yang pernah si-rasa kecap selama 12 bulan, 2021.

Peristiwa-peristiwa yang berlangsung telah menjadi data penting dalam remang-remang kenangan. Ya. Distorsi album 2021, tak jarang menjadi batu di pikiranku. Bagaimana aku melalui keadaan yang berhasil aku perjuangkan — tidak akan aku tinggal pergi. Meskipun 2021 nadiku pontang-panting menghalau gerilya perang yang berkobar di sepanjang tahun ini. 

Iya. Aku akan menutupnya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga, distorsi adegan tahun ini akan kembali mengambil tempat di tahun baru nanti.

Desas-desus hati yang berbunyi, “Hanya berganti, bukan berhenti.” selalu muncul di inti dalamku. Sehingga itu membuatku bingung tentang bagaimana menyambut hari esok; membuatku bimbang tentang bagaimana aku menempuh tahun esok.

Apakah euforia masih tetap sama?
Apakah enigma masih tetap ada?
Apakah daksa masih tetap terjaga?

Stigma setiga biru  ——dua ribu dua puluh satu terjadi dalam tempo yang tidak kusangka akan segera berlalu; menjadi masa lalu.

Padahal lini masa dari garis waktu di abad ini belum sempat aku sematkan bersama metafora milikku yang alhamdulillah telah mendapatkan tuan yang luar biasa seperti kalian.

Melepaskan 2021 memang tidak mudah, dan menyambut 2022 tidak pernah terpikirkan. Dan, itu harus dilakukan. Sebab kehidupan tetap mesti dilanjutkan.

Seperti inilah hidup. Kekhawatiran selalu kalah, dan ketakutan tidak akan bertahan lama. Kodrat menunggu sudah melekat dalam diri manusia. Yah, semoga saja, di tahun double dua, aku dan kamu mendapatkan kesempatan yang kita cita-citakan. 

Ya. Semoga saja.


Teruntuk semua pembaca yang sudah mencintai tulisanku, terima kasih karena sudah lahir di dunia penuh liku ini. Dari lubuk kalbu yang paling utuh, kuharap tuan-tuan semakin pulih di tahun depan yang insha Allah akan mewah.

Juga teruntuk kawan yang sedang menanggung lara. Yang jiwanya dipermainkan dunia, yang jalannya ditimpa magma, “Terima kasih karena sudah menjadi berbakti terhadap dirimu sendiri. Terima kasih sudah mengalah terhadap masalah yang membuatmu sakit. Terima kasih untuk segala semangat yang sekuat mati kamu jaga di setiap hari. Terima kasih.

Bertahanlah lebih lama lagi. Hiduplah lebih sehat lagi. Semua pengorbananmu pasti akan segera menemui obatnya sendiri.

Dari sukma yang paling sakit, dari lara yang paling pahit, dan dari raga yang ingin pamit ——kuharap sudah sampai limit. Agar debit dari lembaran skenario bahagia, secepatnya datang membawa puluhan digit.

2021 aku nyatakan selesai. Telah berakhir tanpa harus keceritakan lebih dalam lagi siklus rasa yang selalu diberi duri.

Dan, ya, teruntuk kisah cintaku yang belum luluh. Semoga lekas menemui harta dari cinta yang telah membuatnya berduka. Semoga lekas kembali bertahta di relungku yang hampa. Semoga tidak ada lagi bayangan akan cinta yang merindu.

Aku tidak berjanji. Tetapi aku akan berusaha menepati keinginan hati.
Aku tidak berjanji akan jatuh cinta lagi. Tetapi aku akan berjuang untuk berhenti memikirkan hati yang telah lama pergi.

Beri restu, agar aku secepatnya bertemu diriku yang dulu.

Sekali lagi, selamat tinggal 2021.

H e l l o, 2022.

Selamat kawan, tahun penuh duka cita berhasil kita jalani. Selamat untuk kita semua yang masih mempunyai mimpi.

S e m a n g a t.
Selamat datang di kuartal 2022, silahkan tertawa tanpa pura-pura. Semoga halaman 2022, jagat raya wujudkan harapan tanpa wacana.

Happy new year.

•••••

#Selamattahunbaru.
#welcome2022

—Noble

Tentang Bagaimana Aku Mencintai Diriku Sendiri. Where stories live. Discover now