The Letter

375 43 0
                                    

Apa yang diharapkan dari kehidupan monoton seperti ini. Berharap memiliki selembaran peristiwa istimewa yang jauh dari kata klise? Berharap menjadi orang ditengah kekacauan batin? Jauh dari kata spesial, Yeosang hanya ingin hidup tanpa hal menakjubkan dalam hidupnya. Dia tidak membutuhkan hal luar biasa, disaat dirinya merasa bahwa hidupnya cukup untuk dirinya sendiri. Dirinya tidak menggambarkan manusia sosialis. Dia hanya sendiri. Ah, lebih tepatnya ditemani karakter fiksi ciptaannya sendiri.

Dia tidak suka interaksi. Alih-alih memanfaatkan waktunya untuk lebih mengenal, Yeosang malah menghabiskan waktunya dalam ruangannya yang dianggapnya tepat ternyaman. Jari jemarinya yang menekan keyboard, menulis sebagai pencahariannya. Selain membuat cerita, ia juga seorang joki handal yang mengerjakan pekerjaan orang lain. Menurutnya ini cara termudah mendapatkan uang tanpa harus melangkahkan kakinya keluar ruangan.

Yeosang bersedia meluangkan waktunya untuk bekerja, asalkan dirinya tidak harus keluar dari ruangannya. Dia terlanjur kehilangan rasa sosialis dalam dirinya. No life in his life. Yeosang sama sekali tidak berusaha untuk menampakkan eksistensinya ke luar sana. Dia tidak ingin berhubungan dengan siapapun, dia hidup dengan kesendiriannya.

Sampai ...

"Pakettt ... " Yeosang beranjak dari tempat tidurnya, kemudian refleks melemparkan ponselnya sembarangan. Yeosang segera membuka pintunya dan menarik gagang pintu, mengintip pelan melihat sosok orang yang baru saja berseru paket. Dahi Yeosang mengernyit saat mata mereka saling bertemu. Mata Yeosang melotot, jantungnya berpacu cepat. Tanpa ia sadari, Yeosang langsung membanting pintu sampai berbunyi nyaring.

Dakk! Yeosang terkejut dengan suara pintunya, padahal dia sendiri yang menutupnya dengan tidak sabaran.

"Y-Yeosang?" Suara dengan nada bertanya dari seberang pintu terdengar menggelikan bagi Yeosang. Sudah ia duga, orang itu mengenalinya. Yeosang mengacak-acak rambutnya dengan tidak karuan. Tubuhnya langsung membeku, pikirannya langsung melayang saat itu sampai Yeosang tidak tahu harus melakukan apa. Padahal, paketnya belum ia ambil.

"Paketmu aku taruh di depan."

Itu kata terakhir dari orang tersebut sampai ia mendengar langkah kaki yang mulai menjauh dari depan pintu rumahnya. Yeosang masih diam memegang erat kenop pintu dengan jantung yang berdegup kencang. Padahal tidak lama ini sudah mulai memasuki musim dingin, apa karena suhu pemanas ruangannya terlalu tinggi?

Bukan itu masalahnya ...

Yeosang mulai panas dingin, hanya karena melihat orang yang baru saja mengantarkan paketnya. Kemudian perlahan Yeosang membuka pintu dan berjalan beberapa langkah mengambil paket yang tergeletak di depan pintunya.

Ah ... Yeosang! Kamu sungguh bodoh! Yeosang memukul kepalanya sendiri, memijit pelipisnya dengan helaan nafas panjang yang mengiringi. Moodnya mendadak merosot, jadi setelah mengambil paket dan menutup pintu Yeosang langsung merebahkan dirinya di atas ranjang. Menatap langit-langit sambil tertawa kecil. Meratapi kebodohannya sendiri.

"Apa Jongho merindukanku? Kenapa dia langsung pergi begitu saja?"

Yeosang menggeleng, mengambil bantal kemudian memukulnya dengan gemas. Sudah berapa tahun sejak ia tidak bertemu dengan pria itu? Semakin dipikirkan, semakin Yeosang ingin berteriak sekeras mungkin.

Dia tidka tahu kabar orang itu. Yeosang sama sekali tidak pernah berhubungan lagi dengannya. Dia lost contact dengannya beberapa tahun yang lalu. Itu sudah sangat lama, namun saat melihatnya sekilas, Yeosang sangat yakin bahwa itu adalah orang yang di maksud dalam pikirannya.

Dia diam beberapa saat, kemudian melirik ke arah paket itu dengan mata menyipit. Yeosang mengambil paket tadi, membukanya dengan nada jengkel. Yeosang sempat bingung, barang yang dipesannya tidak sebesar itu, tapi kenapa didepannya malah terlihat begitu besar.

Dahi Yeosang berkerut, menghela nafas kemudian tersenyum kecil saat mengambil isi dari paketnya. Kemudian menarik secarik surat yang terselip di dalamnya. Yeosang tertawa, kemudian menempelkan surat itu ke dadanya.

"Si bodoh itu, benar-benar membingungkan."



.
.
.




"Uhukk ... Sangmu-nim?Apa yang terjadi?" Salah satu karyawan sungguh kaget karena melihat seorang direktur kini mengenakan pakaian pegawai dan terlihat nampak mengantarkan sebuah paket. Eh, sebenarnya hanya satu saja. Spesial untuk seseorang.

Dia mengingat kembali kejadian yang membuatnya mengenakan baju kurir seperti ini, saat perjalanan untuk mencari salah satu karyawannya dengan sangat kebetulan dia menabrak seorang kurir yang hendak mengirimkan paket.

Paket itu terjatuh, Jongho tidak sengaja melihat  label stiker yang tertempel di paket tersebut. Tertulis nama orang yang sangat familiar, entah dari nama dan marganya. Jongho yakin dengan pemikirannya.
Benar atau salah, Jongho tersenyum dengan ide anehnya itu.

"I find you, Kang Yeosang."




Nah ... Karena itu paket milik Yeosang datang dengan terlambat. Karena butuh waktu untuk menyiapkan surat dari seorang Choi Jongho.

JongSang DailyWhere stories live. Discover now