ketiga

4K 625 28
                                    

Disclaimer dulu biar nggak bingung :"

Jadi, disini Hyungseok kalau dalam little nya bakal dipanggil Seok, juga aku bakal nulis dalam narasinya Seok, ya! Biar nggak bingung. Dan tingkahnya Seok itu terserah mau anak kecil umur berapa, sesuai mood aja :" (ini soalnya aku bingung mau umur berapa D:)

Udah sih gitu aja hahaha, selamat membaca!! ^^









Vasco dan Bumjae sudah tiba diatas atap sekolah dan langsung berjalan kearah Hyungseok dan teman-temannya yang kini makan dengan nikmat sambil sesekali mengobrol dan bercanda ria.

"Eh, kalian tadi meninggalkan kami~" Rengekan Vasco yang tiba-tiba membuat mereka semua disana terkejut dan menoleh kearahnya.

"Astaga, Vasco dan Bumjae! Kenapa kalian selalu mengagetkan kami!?" Omel Zin, untung saja ia tadi tidak refleks memukul seseorang disebelahnya yang adalah Hyungseok.

'Huh, kalau refleks bisa berabe ini.' Batin Zin berusaha menenangkan dirinya.

"Ya, tadi Hobin seperti biasa, mengganggu Hyungseok sampai ia tadi menangis. Untung saja dengan cepat Haneul menenangkannya dan mengajaknya kesini, bisa berabe kalau orang-orang tahu tentang sindrom Hyungseok." Mendengar penjelasan Zin, Vasco dan Bumjae mengangguk paham karena mereka sudah melihatnya sendiri.

Mereka melupakan bahwa ada Jiho yang berada disitu, mendengarkan semua penjelasan mereka dan langsung menoleh kearah Hyungseok yang tengah asyik memakan makan siangnya.

'Oh. Jadi itu alasannya mereka sangat peduli dengan Hyungseok? Karena dia punya sindrom? Ah, aku jadi penasaran dengan sindromnya.' Saat Jiho menyelami pikirannya, Soojung langsung memukul pelan kepala belakang Zin untuk memperingatinya agar hati-hati dalam berbicara dan secara tak sengaja ia membicarakan tentang rahasia Hyungseok yang seharusnya hanya mereka yang tahu.

Zin membekap mulutnya, terkejut sekaligus baru menyadari bahwa ada Jiho disitu yang tampaknya tengah berpikir. Tanpa pikir panjang, Zin langsung memanggil Jiho dan menyuruhnya untuk mengikutinya.

Jiho yang disuruh untuk mengikutinya, menelan ludahnya kasar dan berdiri mengikuti Zin dibelekangnya dengan takut-takut.

'Mama, Papa tolong aku...' Rasanya Jiho ingin mengompol saja saking takutnya dengan Zin.

"Zin."

Jiho bersyukur, sepertinya doa nya terkabul secara langsung karena Vasco pasti ingin membantunya untuk keluar dari siksaan tekanan yang diberikan oleh Zin.

Zin yang merasa dipanggil, menoleh malas kearah Vasco dengan wajah seolah menjawab panggilannya.

"Jangan memakai kekerasan. Bicara saja pelan-pelan." Ucap Vasco, Zin hanya membalas dengan anggukan dan lanjut berjalan kearah pintu atap, masih diikuti Jiho yang sudah merutuki Vasco karena tidak membantunya sama sekali.

Brak!

Pintu tak sengaja tertutup dengan keras yang malah membuat Jiho semakin merinding.

"K-kenapa kau mem-manggilku, Z-zin?" Ucapan Jiho terbata-bata, sangat tercetak jelas sekali bahwa ia takut. Terlebih lagi Zin yang mulai mendekatkan wajahnya kearah Jiho.

"Kau tahu apa yang aku dan Vasco bicarakan tadi?" Tanya Zin, Jiho mengangguk patah-patah.

"Aku janji tidak akan membeberkannya kepada siapapun! Aku janji!" Tanpa sadar Jiho sudah berjanji kepada Zin, membuat sang lawan bicaranya tersenyum puas sebelum menyuruhnya untuk masuk kembali ke atap sekolah dan memakan makanannya.

"Ziin, tadi kau berbicara apa dengan Jiho? Dia sampai pucat. Apa kau mengancamnya karena pembicaraan tadi?" Bisik Hyungseok, tubuh Zin meremang dibuatnya karena nafas panas Hyungseok tepat berada di telinganya yang sensitif.

"T-tidak, Hyungseok. Aku hanya berbicara baik-baik, aku tidak tahu kenapa dia sampai seperti itu."

Memang benar tadi Zin hanya bertanya dengan nada biasa. Namun, karena Jiho adalah termasuk anak yang pernah dipukul oleh Zin sebelum Hyungseok menyelamatkannya, membuatnya menjadi takut dengan Zin.

Hyungseok yang mendengar itu hanya mengangguk dan lanjut memakan makanannya sampai bel bahwa istirahat sudah selesai sudah berbunyi. Segera mereka merapikan loyang makanan mereka dan mengembalikannya ke Kantin sebelum kembali masuk kedalam kelas mereka masing-masing.

Saat mereka akan berpisah, Vasco menahan pundak Hyungseok, membuat langkahnya terhenti dan menoleh kearah Vasco.

Vasco memberikan susu kotak yang katanya tadi ia temukan dijalan kepada Hyungseok. Hyungseok yang bingung hanya menerimanya dengan tersenyum ragu, "Terima kasih, Vasco."

Vasco tersenyum malu dan langsung berlari menyusul Bumjae untuk masuk kedalam kelasnya.






Tbc~

Maaf kalau di chapter ini penulisannya nggak jelas, ya :(

Anw, terima kasih sudah baca, vote, sama komen di kedua ceritaku! <33

Aku juga lagi nyiapin buat cerita baru (padahal yang lainnya aja belum selesai udah nyiapin cerita baru aja. Hehehehe, gomen.)

Hyungseok's little space - PHS!Harem (DISC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang