kesepuluh

2.9K 473 42
                                    

"H-huh? Iya?" Jawab Hyungseok yang entah mengapa menjadi gugup sat mendengar pertanyaan Jihoon tadi. Ekspresinya berubah menjadi horror, seperti menemukan sesuatu yang membuatnya ketakutan.

Jihoon menghela napas dan memijat pangkal hidungnya, kini ia terlihat seperti frustasi, kegugupan Hyungseok menghilang berubah menjadi bingung karena tingkah Kakaknya tersebut.

"Kak? Kenapa?" Tanya Hyungseok untuk mengambil atensinya.

Jihoon menoleh kearahnya. Ia lalu meletakkan kedua tangannya ke masing-masing bahu Hyungseok. Ia menatap kearahnya dan mengatakan sesuatu yang membuat Hyungseok sangat marah.

"Bisa tolong jauhi teman-temanmu itu?"

"Kak, jangan bercanda. Mereka temanku, BAGAIMANA BISA AKU MENJAUHI MEREKA??! Kak Jihoon sedari dulu selalu membuatku dijauhi oleh teman-temanku karena sifat Kakak yang terlalu overprotektif kepadaku! Dan itu juga yang membuatku harus menyembunyikan teman-temanku dari Kakak saat Kakak mengunjungiku."

Hyungseok membuang napas kasar sebelum melanjutkan perkataannya.

"Kak, aku tahu Kak Jihoon khawatir kepadaku. Tapi, aku sudah SMA, Kak. Aku bisa menjaga diriku. Lagipula, teman-temanku sangat baik kepadaku. Jadi, tolong, sekali inii saja biarkan aku berteman dengan siapapun."

Setelah mengucapkan seluruh isi hatinya, Hyungseok melepaskan kedua tangan Jihoon dari bahunya dan segera pergi kearah kamarnya. Menginggalkan Jihoon yang mengacak-acak rambutnya karena seluruh emosinya, kesal, marah, sedih, bersalah, semuanya menjadi satu.

Ia hanya ingin Adik angkatnya tersebut baik-baik saja.

•••

Hyungseok kini berada didalam kamarnya, yang sudah ia kunci untuk mencegah Jihoon masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya.

Kalau boleh jujur. Hatinya terasa ringan setelah berbicara tadi karena sudah lama ia memendam rasa kesal tersebut. Namun, ia juga merasa bersalah.

Saat ia akan membalikkan tubuhnya, Hyungseok melihat ekspresi Jihoon yang tak pernah sekalipun ia lihat.

Takut.

Jihoon takut akan sesuatu. Namun, Hyungseok tak tahu akan hal apa, itu karena ia tak begitu mengenal Kakaknya lagi semenjak ia pergi untuk bekerja dan membuat Hyungseok menunggu kehadirannya kembali, yang tentu saja tak menentu kapan saja ia bisa bertemu dengannya.

Hyungseok tak tahu pekerjaan apa yang Jihoon kerjakan sehingga ia harus balik ke rumah dalam kurun waktu yang cukup lama.

Ia sampai pernah lupa bahwa ia memiliki seorang Kakak angkat karena saking jarangnya pulang.

Karena terlalu lalap dalam pikirannya, tanpa sadar air mata Hyungseok mengalir dari sudut matanya.

"Ah, kenapa aku menangis?" Tanya Hyungseok pada dirinya sendiri.

Namun, seberapa kali pun ia berusaha menghentikan buliran tersebut, air matanya tetap terus mengalir dan membuat dadanya yang tadinya terasa ringan, kini menjadi berat dan sesak.

"Heungh, hiks, hiks." Isaknya tertahan karena takut ketahuan oleh Kakaknya tersebut.

"Padahal Seok adiknya... Tapi, kenapa Seok merasa sangat jauh dengan Kakak?" Karena perasaan entah apa yang Hyungseok rasakan, ia jadi mengeluarkan sindrom peter pan-nya atau lebih dikenal dengan sindrom little space.

Sudah lama ia tak kambuh. Namun, karena Kakaknya tersebut, sindromnya muncul.

Dan karena itu juga, ia jadi mengeraskan suara tangisnya hingga Jihoon yang berada jauh dari kamar Hyungseok mendengar tangisannya tersebut dan segera berlari panik menuju ke kamar Hyungseok, yang tentu saja masih dikunci oleh sang pemilik kamar.

"Hyungseok, sayang. Tolong buka 'kan pintu kamarmu. Kakak minta maaf untuk yang tadi, oke? Kakak hanya khawatir denganmu... Sungguh. Tolong percayalah..."

Jihoon memohon-mohon didepan pintu kamar sang adik agar membukakan pintu untuknya, lalu membiarkannya memeluk tubuh mungil adiknya tersebut.

Ia tahu ia salah karena membuatnya merasa tertekan tak bisa berteman dengan bebas dengan orang-orang, ia hanya ingin adiknya baik-baik saja.

Itu semua karena ia tahu betapa busuknya orang-orang disekitarnya yang mungkin saja bisa melukai siapa saja.

Saat ia mulai bekerja untuk orang 'itu', yang tentu saja adalah pekerjaan berbahaya, ia harus pergi jauh dan jarang pulang ke rumah karena ia takut jika saja ada orang-orang yang mengetahui dirinya memiliki seorang adik, bisa saja Hyungseok yang tak tahu apa-apa terkena getahnya.

Dan juga, dulu dan sampai sekarang, Jihoon yakin, banyak orang-orang, terutama dari gen 1, yang mencari keberadaannya yang tiba-tiba menghilang.

Ia rela merubah seluruh penampilannya, termasuk dengan mengecat rambutnya hingga namanya pun ia ganti, sehingga tak dikenali siapapun, termasuk adiknya, dan saat datang mengunjungi adiknya, ia terpaksa untuk mengecat rambutnya dengan warna merah kembali, agar adiknya tidak terkejut saat Jihoon mengunjunginya.

"Seok?" Panggil Jihoon untuk kesekian kalinya. Namun, tetap tak ada respon, membuatnya sedikit panik. Ia sedikit menjauh dari pintu, berniat untuk mendobrak pintu kamar Hyungseok, namun ia urungkan saat mendengar suara kunci diputar.

Cklek!

"Kak Ji?"

Mendengar panggilan tersebut, Jihoon tahu sindrom Hyungseok tengah kambuh. Sepertinya tadi ia benar-benar keterlaluan, ya?

"Iya, Seok. Kak Ji, disi--," ucapannya terpotong saat Hyungseok tiba-tiba memeluk tubuhnya erat dan Jihoon tentu saja langsung memeluk balik tubuh Hyungseok. Ia menghirup lamat-lamat wangi shampoo yang digunakan Hyungseok.

'Ah, apel. Bukan stroberi lagi, ya?' Batin Jihoon sambil tersenyum hangat. Ternyata sudah lama, ya, ia tak bertemu dengan Hyungseok sampai aroma shampoo-nya pun ganti.

Tak lama kemudian, Hyungseok melepaskan pelukannya dan menatap Jihoon dengan mata bulatnya yang menggemaskan. Membuat Jihoon tak bisa untuk mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kak Ji, jangan tinggalin Seok, ya?"

Jihoon tahu. Itu bukan pertanyaan, namun lebih ke sebuah permintaan dan Jihoon mengangguk menuruti permintaannya tersebut.

Meskipun ia tahu itu adalah sebuah kemustahilan yang bisa ia penuhi. Karena setelah ini, ia harus kembali bekerja lagi, ditambah ia sekarang adalah CEO sebuah entertainment yang menaungi artis-artis terkenal, membuatnya mengangguk setengah hati.

Dari segala permintaan Hyungseok yang bisa ia penuhi, hanya permintaan itu yang tak bisa. Semoga saja Hyungseok bisa memaafkannya saat ia sadar tak bisa seterusnya berada didekatnya.

Karena Jihoon hanyalah penarik masalah dan akan membahayakan Hyungseok suatu saat nanti.



'Maaf, aku tak bisa sepenuhnya memenuhi permintaanmu, Seok.'





Tbc!

Haloo, udah berapa lama, ya, nggak update book ini? t_____t

Anw, semoga suka, chapter kali ini huhuhu.

Terima kasih udah baca! Jangan lupa tinggalkan jejak ^____^ <3

Hyungseok's little space - PHS!Harem (DISC)Where stories live. Discover now