25. Gadis Persembahan Sang Naga

480 62 22
                                    

“Ibu.” Gadis itu berjingkat ketika dirinya terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap dan dirinya menghela nafas sebelum kemudian mengusap wajahnya serta menyandarkan punggungnya di dinding ruangan itu.

Tadi sepertinya dirinya bermimpi bertemu ibunya. Mereka bercengkerama, entah membicarakan apa Aira sudah tidak ingat. Lalu sang ibu memeluknya kemudian membelai - belai rambutnya menenangkan. Memberi nuansa nyaman dan hangat agar dirinya merasa tenang berada di sini dan tak merasa ketakutan.

Ya, tidak apa - apa. Keputusannya ditangkap oleh Perdana Menteri adalah hal yang tepat, asalkan ayah dan ibunya selamat.

Sekarang bagaimana keadaan ayah dan ibunya? Aira berharap mereka baik - baik saja dan menjalani hidup mereka dengan baik tanpanya.

Ya, setelah terbangun dari mimpinya beberapa saat lalu, sekarang ia telah melupakan sebagian memory menyakitkan yang membuatnya sedih dan menyesal.

Ibunya telah menyusup ke dalam mimpi Aira kemudian memberikan sekuntum bunga pelupa untuk gadis itu. Alhasil Aira sekarang telah melupakan beberpa kenangannya. Seperti dimana ia lupa bahwa ayah dan ibunya ditusuk pedang oleh anak buah Perdana Menteri Fang hingga menyebabkan mereka meregang nyawa di depan matanya.

Ya, memori yang membuat Aira diliputi penyesalan dan rasa bersalah telah dihapuskan. Yang Aira pikir sekarang bahwa kedua orangtuanya masih hidup dan berada di rumah dalam keadaan baik. Gadis itu juga melupakan bahwa ibunya yang selama ini menyayanginya adalah seekor siluman yang bisa berubah wujud menjadi ranting - ranting pohon.

Hal - hal seperti itu sudah dihapuskan dalam ingatan Aira, sehingga gadis itu punya semangat hidup lagi. Meski ya, dirinya masih ingat bahwa akhirnya Perdana Menteri Fang telah menangkapnya lalu memasukkannya ke dalam penjara.

Mata Aira berkaca - kaca mengingat orangtuanya. Mungkin nantinya mereka akan kesepian karena dirinya sudah tidak ada bersama mereka. Tapi setidaknya ayah serta ibunya masih terus bersama dan menjalani hidup dengan baik.

Perempuan itu kemudian berjingkat kaget kala dua pengawal berbaju merah dengan emblem kerajaan Kilan datang lalu membuka jeruji yang mengurungnya. Gadis itu mundur dan meronta saat dua orang itu menariknya dan membawanya entah kemana.

“Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Teriak Aira, sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan tangan dua prajurit itu yang setengah menyeretnya.

“Diam!” Prajurit itu mengetatkan rahang kemudian mendorong Aira kasar. Tidak ingin calon gadis persembahan itu membangkang.

Sementara itu Aira menggigit ujung bibirnya merasakan perih lukanya yang lagi - lagi mendapat tekanan. Perempuan itu membatin, pasti sekarang lukanya bertambah parah terbukti dengan semakin perih dan sakitnya bahunya serta ia bisa merasakan lelehan darah mengucur dari bahunya.

Dan dirinya digelandang menuju lorong - lorong panjang nan lembab dan temaram dengan penerangan berupa obor - obor di sepanjang dinding. Gadis itu mengernyit lalu refleks menutupi matanya dengan punggung tangan saat sebuah pintu gerbang dibuka. Sinar rembulan dan dinginnya udara sontak menyapa. Angin itu berhembus di tengkuknya membuat kulitnya meremang dan merinding.

Langit sudah mulai gelap dan malam ini bulan purnama akan segara tiba. Waktunya mempersiapkan gadis persembahan untuk Sang Naga.

***

“Lihatlah nak! Ibumu sakit.” Bisik seseorang di belakang pemuda yang sebentar lagi berusia tujuh belas tahun. Dia memegang bahu puteranya yang menatap seorang wanita baya yang tergelatak tak berdaya di ranjang.

“Dia sudah tidak bisa apa - apa.” Imbuhnya lagi. Membisikkan kalimat demi kalimat untuk menuntun puteranya terhanyut dalam dalil yang dia utarakan, “Jangankan berjalan, meraih gelaspun dia kesulitan.”

DragonicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang