❀ night call

1K 84 5
                                    

Gisel menutup pintu kamarnya dengan kaki kirinya, kedua tangannya sibuk membawa satu nampan berisi semangkuk sereal dan segelas susu.

Dinyalakan lampu kamarnya agar penglihatannya lebih jelas, lalu ia duduk di kursi belajarnya.

Serealnya masih diabaikan karena saat ini gadis itu tengah menyalakan ponselnya.

"Sepi banget," ucapnya setelah meletakkan kembali ponselnya yang kini tengah memanggil Renja.

Ia memakan serealnya sambil menunggu panggilannya tersambung.

"Halo?"

Gisel melirik pada layar ponselnya. "Lama banget sih ngangkatnya."

"Elo ngagetin. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba nelpon gue."

Gisel terkekeh. Seru juga ternyata mengganggu Renja.

"Lo lagi di mana?"

"Lagi di rumah sih, rebahan doang."

"Bagus deh."

Renja tidak menyahut lagi. Keduanya diam dan hanya diselingi suara kunyahan dari bibir Gisel.

"Gue kira lo gak mau ngobrol sama gue lagi," ucap Renja out of the blue.

"Apaan deh?"

"Segala apaan apaan, lo pikir gue gak tau?"

Gisel hampir menyemburkan susu yang baru ia minum. Renja benar-benar sensian, pantas saja Nila suka mengganggunya.

"Jangan dibahas dong elah, lo cerita aja soal Nila kek apa kek," pintanya.

"Nila kenapa?"

"Ya gak tau, kali aja kalian lagi berantem atau Nila tiba-tiba batalin perjodohan kalian gitu 'kan?"

"Doa lo bagus-bagus ya."

Lagi-lagi Gisel tertawa karena ucapan Renja di seberang sana.

Tangannya lalu meraih ponselnya dan mengalihkan layarnya pada aplikasi bernama WhatsApp. Ia membaca satu pesan yang belum sempat terbaca.

"Woi? Ke mana dah?"

"Apaan?"

"Idih, kenapa jadi lo yang galak gini?"

Diam lagi.

"Menurut lo, gue sama Harsa mending gimana?" tanya Gisel, gantian ia yang out of the blue.

"Gimana apanya? Ya tinggal maaf-maafan aja sih."

"Ya tapi gue gak enak sama Harsa. Gue udah marah-marah, pasti dia kesel sama gue."

"Gue kalo jadi Harsa juga kesel."

Gisel mengambil napasnya dalam-dalam. "Lo tuh! Ngasih saran yang beneran dikit kek."

"Ya gue realistis aja, Sel. Harsa lo gituin jelas kesel, apalagi kita semua tau gimana dia pengen banget punya ibu."

"Iya gue paham, lo gak usah marah-marah juga dong!"

Gisel lalu memijat pelipisnya dalam diam. Niatnya ingin mendapat nasihat, ia malah dimarahi Renja.

"Terus lanjutannya gimana? Sama orang tua lo juga? Ini kan gak cuma masalah antara lo sama Harsa aja."

Gisel membuang napasnya, sambil disandarkan punggungnya hingga kepalanya menghadap langit-langit kamar.

"Nanti malem, Om John ngajak Bunda sama Ayah ketemu. Gue, Mbak Dinda sama Harsa juga diajak sih. Katanya mau ngobrolin masalah itu jelas sejelas-jelasnya."

"Ya bagus, biar gak ada yang janggal lagi dan kalian juga gak bakal terbelenggu sama masalah ini mulu."

"Gue jadi ngerasa bersalah banget sama Harsa anjir lah, kenapa ya gue bego banget."

Diseberang sana, ketika Renja membuka mulutnya hampir 1 menit lamanya juga telinga Gisel berdengung mendengarkan Renja lagi-lagi menasehatinya.

Sebenarnya bukan Gisel tak mau, tapi ia sudah hafal semua nasehat yang diberikan dari orang-orang yang ia ceritakan mengenai masalahnya dengan Harsa.

Tapi sore itu, ada satu kalimat terakhir yang belum pernah Gisel dengar sejauh ini. Baru keluar dari bibir Renja, pun dengan nada bergurau.

"Kata gue lo ke psikiater deh, gue ngeri mental lo kena."

Gisel lagi-lagi diam. Merenungkan saran yang sebenarnya dianggap sebagai lelucon bagi Renja.

"Lo bener, kayaknya gue sama Mbak Dinda harus check up mental health kita," kata Gisel.

Bukan main kagetnya Renja hingga ia berteriak keras sampai-sampai membuat sang bunda menegurnya.

"Gue cuma bercanda njink??"

"Tapi gue gak bercanda. Gue rasa lo emang bener, gue sama Mbak Dinda gak pernah merhatiin kondisi mental kita-"Gisel bersandar pada kursi belajarnya"-dan gue rasa kita emang perlu sedikit healing."

Hening beberapa detik.

"Ya udah kalo gitu, begitu nanti malem masalahnya beres, lo bilang sama Tante Krystal soal ini. Lo jangan pergi sendiri sama Mbak Dinda, oke?"

Gisel mengangguk-anggukkan kepalanya yang sudah pasti tidak mungkin dilihat oleh Renja. Begitu obrolan usai, Renja pun segera pamit tidur karena ia harus mengantar sang bunda ke suatu tempat.

Maka Gisel dengan tenang menutup teleponnya, merenungkan obrolannya dengan Renja, lalu meraih nampan dengan mangkuk dan gelas yang sudah kosong.

•••

Man temannn halooo...
Sebulan lebih gak update OMGGGG so sorry 😭
Jadi aku tuh kelas 12, tau lah kalo taun terakhir tuh ribetnya kaya gimana. Dan ini draft lama sebenernya cuma gak sempet aku revisi, jadi kalo ada typo atau apapun mohon maaaaf banget..
Nah sekalian aku mau bilang kalo untuk sebulan kedepan aku masih semi-hiatus jadi mungkin gak update apapun (mau ZER00'S atau Nadia TE)
Tungguu yaa tunggu sebulan lagi mungkin ujian-ujianku dah beress
See u soon~

ZER00'SWhere stories live. Discover now