22: Janji

16.2K 1.4K 15
                                    

Dafa sejak tadi tak memalingkan wajahnya dari Celine, mengamati setiap pergerakan gadis itu dengan lamat-lamat. Lelaki itu sebenarnya sangat ingin menanyakan perihal lelaki tadi yang mengaku sebagai calon suami Celine, tapi dilain sisi ia juga sadar kalau ia tadi pasti juga membuat gadis itu sakit hati.

"Mamah, Tante tadi kok ngaku-ngaku Mamahnya Zee ya? Trus dia bilang Mamah kandung, itu maksudnya apa?" bocah gembul itu menatap dengan kerlipan polosnya.

Dafa terkesiap, langsung mendekat panik. "Zee—"

"Zee sayang gak sama Mamah Celine?" sambar Celine membuat Dafa tidak sempat berbicara.

Zee langsung berdiri, "sayaaaang doooong!!!" pekiknya lalu memeluk leher Celine yang kebetulan duduk bersila, gadis itu tersenyum dan membalas lembut pelukan bocah ini.

"Jadi mulai sekarang Mamah Zee cuma Mamah Celine, siapapun yang ngaku-ngaku jadi Mamahnya Zee gak usah diurusin. Oke?"

"OKE!"

Dafa diam-diam terenyuh melihat pemandangan itu, perlahan lelaki itu berjalan mendekat, dan mengecup ujung kepala Zee membuat Celine menahan napas sesaat karena jarak wajah lelaki itu sangat dekat dengan wajahnya.

"Zee mau selesaiin PR dulu ya." Pamit bocah itu, Celine bersiap berdiri. "Mamah disini aja sama Papah, Zee bisa sendiri kok!" tahannya membuat Dafa dan Celine diam-diam tersentak kaget, lalu setelahnya bocah itu melipir pergi sendiri ke kamarnya. Kemarin Zee melihat Papah nya sangat cemas dan khawatir menunggu Mamahnya yang gak pulang-pulang, jadi sekarang dengan pengertiannya bocah itu ingin memberikan waktu kepada orang tuanya itu.

Ditinggal Zee suasana langsung berubah awkward dan canggung, Dafa melirik Celine yang terlihat menunduk merapikan mainan Zee tadi.

"Celine." Panggil Dafa pelan.

"Hm?"

Dafa menelan ludah perlahan, "kemarin kamu kemana, kenapa gak pulang?"

Celine spontan mendongak, menatap Dafa dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. "Memangnya kenapa?" tanya gadis itu lempeng, Dafa terkesiap.

"Tentu saja aku khawatir—"

"Bukanya Mas gak peduli juga?" Celine terkekeh ringan, menunduk dengan kepala menggeleng geli. "Aku pikir sehari aku gak pulang Mas bakal ada usaha buat cariin aku, tapi yang aku lihat Mas justru reunian sama mantan istri Mas itu." Ujarnya sengaja memberi penekanan pada akhir kalimat.

Dafa kaget, langsung memegang tangan gadis itu erat, ia tidak mau Celine salah paham dan pergi meninggalkannya lagi. "Dia tiba-tiba datang, aku—"

"Padahal kalau Mas gak mau Mas bisa usir kan?" Celine kali ini menatap Dafa dengan penuh luka, lelaki itu ikut terluka melihat ekspresi gadis ini.

"Sudah aku usir Cel."

"Buktinya mana?"

"Dia tidak mau pergi, aku bisa apa?"

"Kamu bisa suruh satpam buat usir dia, apa mendadak otak jeniusmu itu berubah jadi bodoh karena mantanmu itu?"

Dafa menelan ludah, entah kenapa ucapan Celine seperti savage, ia di skakmat.

"Lalu pria yang bersama kamu tadi siapa?"

Celine langsung mengangkat sebelah alisnya, tertawa sumbang. "Sekarang kamu balik nyerang aku, Mas?" tanyanya tenang tapi nadanya sangat dingin.

"Kamu juga salah Cel."

Wah memang lelaki ini sangat menyebalkan, tapi Celine heran kenapa ia bisa sangat menyukai lelaki duda ini.

"Dia memang calon suami aku."

Dafa melotot kaget, Celine bersedekap bersandar di meja yang ada di belakangnya, bibirnya menyunggingkan senyuman miring. "Keluargaku menjodohkanku dengan dia."

"Kamu bilang kamu dijodohin dengan Aki-aki?!" Dafa menuntut penjelasan.

Celine menghela napas, mengalihkan pandangannya keluar jendela. "Yah .. untuk itu aku minta maaf sudah bohongi kamu."

"Lalu soal kabur karena perjodohan kamu juga bohong?!" tuntut Dafa makin over protektif.

"Soal itu aku gak bohong, aku memang kabur dari rumah karena perjodohan." Jawab Celine, meskipun begitu ia masih belum bisa mengungkap jati dirinya yang sebenarnya.

Dafa sekarang diam, entah apa yangs sedang dipikirkan lelaki itu, Celine pun memilih kembali merapikan permainan Zee karena sejujurnya bingung harus bereaksi apa pada situasi seperti ini. Tadi Jordi juga tiba-tiba pergi begitu saja setelah pertikaiannya dengan Sela, membuat Celine sedikit cemas dengan apa yang akan Jordi lakukan nantinya. Semoga lelaki itu tidak mengadu pada orang tuanya.

"Kenapa kamu tolak perjodohan itu?"

"Ha?" Celine spontan mendongak, sedikit kaget saat melihat ekspresi Dafa yang begitu serius, gadis itu jadi sedikit berdehem untuk menutupi rasa kaget nya. "Ya gak papa, aku gak suka sama dia."

"Kenapa?" lagi-lagi Dafa masih menginterogasi nya.

Celine menghela napas pelan, "aku gak suka, memang butuh alasan?"

"Aku butuh."

"Why?"

"Karena mau dilihat bagaimanapun juga lelaki tadi sangat sempurna, bukankah sangat aneh kamu menolak perjodohan dengan dia dan justru berpacaran dengan aku."

Celine kali ini tidak bisa menutupi raut kebingungannya, "apanya yang aneh, sih?" tanyanya tak habis pikir.

"Aku duda."

Celine berjengkit, kenapa Dafa tiba-tiba ungkit hal itu?

"Aku duda, dia single, bahkan secara fisik pun dia lebih sempurna dari aku—"

"Sssshh!" Celine melotot, terlihat tak suka mendengarnya. "Kenapa kamu tiba-tiba insecure begini sih Mas, ini seperti bukan kamu."

"Lalu aku harus bagaimana? Aku takut Cel melihat saingan yang berat begitu, kalau kamu berada diposisiku memangnya kamu sanggup?" Dafa menunduk, terlihat sekali kalau kepercayaan diri lelaki itu sedang berada di titik paling bawah.

"Tentu saja aku gak mungkin insecure kayak kamu." Jawaban Celine membuat lelaki itu tertegun, "aku adalah aku, dan aku spesial, jadi sesempurna lawan aku nanti aku gak bakal takut, karena aku yakin kalau Mas akan lebih memilih aku."

Celine kali ini tersenyum tulus, "karena kalau terus mencari yang lebih sempurna dari kita itu pasti banyak, tapi mencari kenyamanan itu langka. Bukankah sekarang Mas memacari aku karena Mas nyaman sama aku, dan akupun juga sama, aku memacari Mas karena aku nyaman sama Mas, bukan karena fisik, status, atau kekayaan. Sampai sini Mas bisa tangkep maksud aku?"

Dafa menelan ludah, seperti terhipnotis sampai dibuat tak bisa berkata-kata. Perlahan lelaki itu menunduk, dan setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.

"Mas Dafa nangis?!" kaget Celine melihat lelaki itu mengeluarkan air mata, lelaki itu hanya bisa menggeleng karena malu. "Astaga kenapa?" panik Celine memegangi wajah Dafa.

"A-aku cuma terharu."

Celine tak mampu menyembunyikan raut geli nya, tapi rasa bahagianya jauh lebih besar melihat lelaki ini menangis karena dirinya.

Grep.

"Mulai sekarang janji ya, jangan sembunyikan apapun lagi, kita harus saling jujur." Ucapan Dafa membuat Celine diam-diam membasahi bibirnya.

"Iya." Jawabnya lirih dan Dafa makin erat memeluknya.

'Maaf Mas aku masih bohongi Mas, aku janji jika waktunya tepat aku akan jujur'

***

TBC.

Maap ngaret aku abis ujian hehe

Bukan Sugar Daddy(end)Where stories live. Discover now