30: Terkuak

12.7K 1.2K 15
                                    

Deg deg deg

Suara degup jantung Celine berdetak dua kali lipat dari biasanya, sekujur tubuhnya kaku dengan mata membola sempurna.

Gadis itu sedang syok parah.

Dafa makin kebingungan, menatap Celine dan laki-laki di depannya bergantian. "Dia siapa, Cel?"

Cakra yang juga mendengar pertanyaan Dafa ikut menoleh, tanpa ekspresi lelaki paruh baya itu menatap Dafa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ternyata kekasih anaknya ini sedikit berbeda dari bayangannya.

"Dafaleon."

Dafa tersentak mendengar namanya yang dipanggil tidak seperti biasa, "Anda siapa?" tanya Dafa menyelidik.

Cakra justru melangkah mendekati Dafa yang tentu saja membuat Dafa kaget, namun lebih kaget lagi saat Celine tiba-tiba berdiri di depannya seolah sedang menghadang.

Dafa menatap Celine lekat, perlahan membasahi bibirnya, "Cel—"

"Jangan libatkan orang lain!" tegas Celine membuat semua orang disana terkesiap.

Cakra mengangkat alis kanannya, tak lama terkekeh dengan suara rendah. "Bukankah selama ini kamu yang libatkan orang lain?"

Celine mendelik, ingin membalas tapi perkataan Ayahnya seperti menikamnya. Melihat Celine yang sudah tak bisa berkata-kata langsung dimanfaatkan oleh Cakra, lelaki paruh baya itu sudah tidak mau basa-basi lagi.

"Ayo pulang!"

Dafa tersentak kaget, Celine yang mendengar perintah Ayahnya tak kalah geram.

"Nggak mau!" teriak Celine membangkang.

Cakra menghela napas berat, sejak awal memang sudah ia duga kalau tidak akan semudah itu membawa pulang anaknya ini. Tidak mau banyak bicara Cakra langsung mengangkat tangan kanannya dan memberi kode, dalam sekejap tubuh Celine sudah diapit pengawalnya.

"Siapa Anda? Berani sekali mengganggu kekasih saya?!" emosi Dafa meluap melihat Celine yang ditarik paksa oleh bawahan Cakra.

Cakra menatap Dafa datar, "saya Ayahnya, jadi saya berhak membawa pulang anak saya."

DEG!

Dafa tercenung di tempat, syok setengah mati.

"PAPAAAAH!" pekik Celine histeris, membuat Zee langsung menangis kencang karena ketakutan.

"MAMAH HUWAA JANGAN AMBIL MAMAH ZEE!" Dafa langsung menggendong Zee dan menenangkannya sembari menghadang pengawal Cakra yang berniat menyeret Celine.

Dia sungguh Ayah Celine?!

Dafa sekarang bingung harus segan atau melawan orang di hadapannya ini, tapi melihat mereka yang memperlakukan Celine seperti itu emosi Dafa tiba-tiba meluap. Mau siapapun dia kalau berani menyakiti kekasihnya ini Dafa tak akan tinggal diam.

"LEPAS! KALIAN GAK LIHAT ZEE NANGIS! LEPAAAS!" Celine kesetanan mencoba berontak namun agaknya sangat sia-sia, bahkan gadis itu beberapa kali mencoba menendang sampai menggigit tapi tubuh pengawal yang menahannya ini bagai batu, mereka kebal.

Cakra mengerjap pelan, matanya sedikit melembut melihat Zee yang sedang menangis sesenggukan, namun Cakra segera membuang muka. "Ayo pergi!" komandonya dan para pengawalnya langsung menyeret paksa Celine pergi.

Dafa tidak menyerah begitu saja, lelaki itu bahkan mencoba melawan tapi musuhnya ini seperti bukan manusia, padahal Dafa sangat pandai berkelahi tetapi entah kenapa ia dibuat benar-benar tak berkutik.

Cakra yang sudah di dalam mobil diam-diam mengamati perjuangan Dafa, keadaan disana benar-benar kacau balau karena tangis histeris Zee dan teriakan keras Celine beradu, mengundang satpam penjaga rumah Dafa datang.

Cakra menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, mengendorkan dasinya saat pengawalnya yang berhasil melumpuhkan Dafa masuk ke dalam mobil.

"Jalan!"

"Baik."

Dan mobilpun melaju kencang, bersamaan dengan Celine yang kehilangan kesadaran.

***

"DASAR JAHAT! SEBENARNYA APA SALAHKU SAMPAI AKU DIPERLAKUKAN SEPERTI INI, JAWAB AKU!"

BRAK BRAK BRAK!

Suara teriakan dan dobrakan pintu menggema di rumah mewah itu, Celine meraung, mengamuk, bahkan sampai memecahkan apapun yang ada di dalam kamarnya. Cakra yang awalnya ingin mengistirahatkan diri jadi menggeram karena kebisingan yang dibuat anaknya, sambil menekan pangkal hidungnya lelaki paruh baya itu menyibak kasar selimutnya dan mulai beranjak.

Grep.

Cakra sedikit kaget saat tangannya tiba-tiba ditahan istrinya, Indah menatap Cakra lurus.

"Kenapa?" tanya Cakra masih datar.

"Jangan terlalu keras sama Celine."

Cakra mengernyit samar, tak lama tersenyum miring. "Khawatir?"

"Gak kok!" Indah langsung melepaskan cekalannya dari Cakra kemudian mengelus-elus 'Pupi' kucing kesayangannya. "Siapa yang khawatir coba." Dengusnya mendumel tak jelas.

Cakra menggeleng tak habis pikir sembari menghela napas panjang, lalu tanpa mengatakan apapun lagi lelaki itu melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti, diikuti lirikan diam-diam Indah.

Celine yang keras kepala, Cakra yang tegas, dan Indah yang tsundere. Keluarga mereka memang sedikit 'unik'.

***

"Haaah ... " Dafa membuang napas panjang, bersandar di kepala ranjang untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang seperti remuk hari ini, bekas memar pertarungan tadi masih membekas jelas. "Kamu dimana Cel?" lirihnya serak, lelaki itu memejamkan matanya sembari mengepalkan tangan, Zee sudah tidur karena bocah itu kelelahan menangis.

Dafa mengingat-ingat kejadian beberapa waktu lalu, rasanya ia masih tidak dapat percaya kalau Celine sekarang sudah tidak ada di sisinya, biasanya jam segini mereka berdua akan menonton film berdua sambil berbincang ringan, tapi sekarang tinggal kenangannya saja.

"Dia Ayah Celine?" gumam Dafa menelan ludah susah payah, "sepertinya hubungan ini jauh lebih berat daripada dugaanku." Imbuhnya masih bermonolog, restu Ibunya saja ia belum kantongi sekarang ditambah dari pihak keluarga Celine juga menentang.

Apa segitu tidak cocoknya hubungan mereka? Sebenarnya apa kesalahannya dan Celine sampai harus dipisahkan seperti ini?

Namun yang menjadi pertanyaan besar bagi Dafa satu, kenapa ... Ayah Celine terlihat seperti bukan orang sembarangan? Apakah mungkin Celine bukan orang biasa?

Tapi Dafa langsung menggeleng mengenyahkan pikirannya, jika Celine memang benar berasal dari kalangan elit gadis itu pasti tidak mau menjadi pengasuh Zee, apalagi first imperssion nya dengan Celine waktu itu menunjukkan kalau Celine cuma orang biasa.

TING TONG!

Masih bergelut dengan pikiran yang runyam tiba-tiba suara bel rumahnya berbunyi, tanpa menunggu lama Dafa segera bergegas menuju pintu utama, sekarang sudah hampir tengah malam siapa yang sedang berkunjung ke rumahnya?

Ceklek.

Dafa mematung, orang yang tadi menekan bel langsung melenguh pelan ketika pintu dibuka. Untuk beberapa saat hanya keheningan, keduanya cuma saling bertatapan tanpa sepatah kata pun yang keluar.

"Kamu gak lihat jam, sangat tidak sopan berkunjung tengah malam!" ketus Dafa tak santai, ia sudah kesal karena Celine tiba-tiba dibawa pergi dan sekarang justru muncul orang yang sangat tidak ia sukai.

Jordi yang menjadi tamu itu berdiri tegap, perawakannya dan Dafa sedikit jomplang, Dafa memiliki tubuh kekar dan berotot khas bintang film laga sedangkan Jordi bertubuh ramping macam model. Namun meskipun begitu keduanya sama-sama memiliki pesona masing-masing.

"Pergi, saya sudah terlalu lelah untuk meladeni kamu!" tukas Dafa dingin.

Melihat Dafa yang ingin menutup pintu segera saja Jordi langsung menahannya, belum sempat Dafa mengumpat Jordi langsung menyambar terlebih dahulu.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan Anda." Ucap Jordi dengan tatapan serius.

***

TBC.

Bukan Sugar Daddy(end)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt