25

7.2K 948 165
                                    

Ada begitu banyak ketidak adilan di dunia ini. Dan hal itu hanya akan menimbulkan rasa benci dalam diri setiap orang yang merasa terbebani oleh ketidak adilan tersebut.

"R-renjun... Dimana kamu nak... Hikss".

Sampai sekarang, bukan hanya fisik yang menjadi ketidak adilan bagi orang-orang, tetapi uang pun menjadi sebuah ketidak adilan yang amat keji.

"Kita bahkan sudah melapor ke polisi, tapi mereka semua seolah menyepelekannya. Renjuniee ku... Apa pihak kepolisian harus menunggu mayat anakku terlebih dahulu di temukan, baru mereka akan bertindak!?!?".

Nyonya Huang semakin menangis ketika mendengar dan melihat suaminya meluapkan emosi di depan kantor polisi. Haechan beserta kedua orang tua nya mencoba menenangkan kedua orang tua Renjun.

Hari telah berganti, terhitung sudah 48 jam sejak menghilangnya Renjun, tapi pihak kepolisian tidak terlihat bergerak menangani kasus ini. Sudah beberapa kali mereka bolak-balik dari rumah ke kantor polisi, tapi tidak ada tindakan sama sekali. Yang di katakan hanya 'mohon bersabar, anda tunggu saja panggilan dari kami'.

Hingga membuat Tuan Huang marah, bagaimana pun juga keberadaan serta keselamatan putranya harus di utamakan. Kita tidak tau bukan? Apa yang terjadi pada Renjun saat ini? Bisa jadi sang putra tengah menderita karena di siksa si penculik, memikirkannya saja sudah membuat pria paruh bayah itu lemas setengah mati.

"Kami berusaha membantu, tapi jika anda terus menekan kami seperti ini. Dengan berat hati kami akan menyerahkan tugas ini kembali kepada anda, anda bisa mencari putra anda sendiri kalau begitu. Karena banyak kasus-kasus lebih berat yang harus kami tangani dan utamakan, ketimbang anak remaja labil yang kabur dari rumah".

Itulah yang pihak kepolisian katakan, yang hampir membuat Tuan Huang mengamuk dan membuat masalah di kantor polisi. Tapi sebisa mungkin keluarga Lee menenangkannya, karena mau bagaimana pun juga emosi tidak akan menyelesaikan suatu malasah.

"Paman... Ayo kita pulang dulu. Kita bisa memikirkan cara lain untuk mencari Renjun".

Haechan menatap miris pada paman dan juga bibi Huang, keadaannya sudah terlihat seperti mayat hidup. Semalaman mereka tidak tidur, terus bolak-balik dari rumah ke kantor polisi hanya untuk menanyakan perkembangan kasus hilangnya Renjun, makan pun sepertinya terlewatkan begitu saja.

Rasanya Haechan ingin menangis kembali melihat keadaan yang begitu sangat kacau tanpa adanya Renjun.

"Benar kata Haechan, ayo kita pulang terlebih dahulu. Jika terus disini, hanya akan memancing emosi saja. Percuma kita menuntut dan bersikeras, kalau mereka hanya akan mendengarkan apa yang uang katakan".

Benar yang dikatakan oleh ayahnya... Percuma saja mereka bersikeras untuk menuntut pencarian Renjun dilakukan dengan cepat, jika pihak kepolisian nya saja hanya akan mendengarkan orang-orang berduit dari pada rakyat miskin seperti mereka.

Dengan berat hati, Tuan dan Nyonya Huang pulang bersama keluarga Lee. Keduanya terlihat sudah lemas tak bertenaga sama sekali, Haechan bersama sang ibu membantu bibi Huang dengan memapahnya, sementara sang ayah merangkul paman Huang yang berjalan lunglai.

Mereka pulang dengan kesedihan serta rasa kecewa yang besar terhadap dunia.

















×××


















"Haechan...".

Lagi.

Lagi dan lagi manusia satu itu terus saja menghantui Haechan dimana pun, kapan pun, disetiap waktu lenggang yang harusnya dia pakai untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan kegiatannya untuk mencari Renjun.

Bully [JAEMREN ft Nohyuck]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin