Bab 1

845 67 1
                                    

'Ini pertemuan pertama yang buruk.'


Ohm Pawat itu benci kekangan. Dia benci saat Ayahnya memaksa agar ia pindah jurusan dan belajar bagaimana mengelola perusahaan dengan benar. Ia benci saat Ibunya memaksa agar ia berdiam diri di rumah ketika ada tamu karena dia juga butuh udara segar. Dia juga benci ketika dia harus tersenyum menyambut semua teman-teman orangtuanya dengan senyuman bak anak manis yang menggemaskan.

Ohm Pawat hanya benci semua hal yang baik.
Dasar, pendosa.

Sudah dari bangku Sekolah Menengah Pertama dia liar begini. Ia tinggal bersama Bibinya yang tidak memiliki suami dan anak sejak umurnya menginjak sepuluh tahun dan ia di bebaskan untuk melakukan banyak hal. Dia hidup tanpa larangan dan rasanya menyenangkan. Itu mungkin kenapa ia jadi tidak terkendali seperti ini.

Saat Bibinya menikah, orangtuanya menarik ia kembali dan Ohm tidak suka dengan itu semua. Dia ingin tinggal bersama Bibinya saja agar bebas bermain kapanpun dia mau. Jujur saja, Ohm sudah sangat teramat tidak betah tinggal dengan orangtuanya.

Bagaimana mungkin ia di jejali sayur setiap makan siang?

Bagaimana mungkin jam mainnya di batasi?

Bagaimana mungkin dia tidak bisa melakukan apa pun yang dia suka dengan bebas?

Padahal, ketika tinggal dengan Bibinya, ia benar-benar bebas melakukan apa pun. Memang ada tiga peraturan yang tidak boleh dilanggar tapi Ohm tidak keberatan dengan peraturan Bibinya.

Pertama, bebas tapi tidak bebas menghamili anak orang. Ohm juga tidak mau menjadi Ayah di usia Sekolah dan dia juga tidak tertarik meniduri anak orang sembarangan jadi ia menyanggupi ini.

Kedua, dilarang pulang dalam keadaan mabuk tidak perduli apapun alasannya. Yang satu ini juga Ohm sanggupi karena dia bisa mengontrol kadar alkohol dalam dirinya. Lagipula jika ia mabuk, ia tidak akan ingat pulang ke rumah dan malah tertidur di dalam mobil lalu pulang ke esokan harinya.

Ketiga, di larang keras berbicara tidak sopan pada tamu Bibinya. Tentu saja yang ini ia sanggupi dengan lapang dada. Selama tinggal dengan Bibinya, dia tidak pernah berbicara kasar kepada tamu Bibinya karena demi apa, dia saja tidak pernah keluar dari kamar jika ada yang berkunjung.
Malas sekali mengurusi urusan orang tua.

Nah, tinggal dengan orangtuanya itu sangatlah merepotkan. Banyak larangan dan rata-rata, larangannya itu bersikap mengekang. Di segi ini, Ohm sangat teramat sering bertengkar dengan Ayahnya dan pada akhirnya, dia tetap membangkang hingga membuat Ayahnya murka.
Contohnya saja, Ohm tidak boleh keluar di atas jam sembilan. Jam sepuluh lewat sepuluh menit dia sudah harus di rumah. Dilarang merokok, minum, balap liar, menghajar anak orang, pergi karaoke dan bla bla bla.

Ohm  makan hati.

Dia itu pria, bukan anak gadis yang selalu menetap dirumah. Bahkan teman-teman wanitanya saja pulang kerumah di atas jam satu. Dia pulang sebelum jam dua belas? Bercanda.

Dia bukan anak baik macam kakaknya yang mengelola sebuah Billiard Build di tengah kota atau kekasih kakaknya yang memiliki 6 cabang distro. Ia hanya seorang mahasiswa yang hobby membolos, membuat anak gadis orang menangis, menjahili anak tetangga, merokok ketika mengendarai mobil dan melakukan hal-hal tidak pantas lainnya.

Hingga saat dia pulang karena Ibunya terus menelponnya dan memaksa agar sampai dirumah dengan cepat, Ayahnya bahkan tidak berhenti menasehatinya ini itu.

Kaleidoscope [OhmNon]Onde histórias criam vida. Descubra agora