Bab 7

67 5 0
                                    

'Tapi aku juga mau perhatian.'





"Ibu!"

"Apa?" Sang Ibu berdecak kesal, Ohm hanya menampilkan cengirannya lalu menunjukkan ponselnya yang sudah retak di bagian layar.

"Lihat, sudah jelek."

"Terus?"

"Ayolah, katanya mau belikan aku yang baru kalau ponselku sudah jelek." Ohm mulai merengek, menggelayuti lengan Ibunya yang sedang membuat adonan kue.

"Tapi ponsel itu kau sendiri yang merusaknya. Memang kau pikir ibu tidak tau jika kau sengaja menjatuhkan ponselmu?"

"Tidak, aku tidak mungkin seperti itu. Ayolah, belikan aku ponsel baru."

"Tanya Ayah."

"Kan uang Ayah semuanya Ibu yang pegang. Memangnya Ibu pikir aku tidak tau?"

"Mulutmu itu benar-benar membuat darahku naik." Sahut Ibunya kesal, melepas paksa tangan Ohm dan mulai sibuk menata adonan kuenya, tidak mempedulikan sang anak yang mulai merengek.

"Mau apa sih kau itu sampai merengek seperti bayi babi?" Ayahnya datang, bertanya ketus.

"Ponsel baru. Lihat, ponselku sudah hancur, jelek, tidak layak pakai. Aku malu kalau pakai ponsel seperti ini. Kita kan banyak uang, masa ponselku rongsokan."

"Kerja sana biar bisa beli yang bagus, jangan taunya cuma mengeluh dan merepotkan."

"Ayah ini ketus sekali denganku." Ohm berdecak malas. "Ayolah, belikan aku ponsel baru."

"Kau panas kan karena Off beli iphone 15?" Tanya Ibunya.

"Iya, setiap ada keluaran terbaru dia selalu mengganti ponselnya. Kenapa aku tidak?"

"Itu karena kakakmu punya uang sendiri, dia bisa membeli apapun yang dia mau tanpa merengek ke Ibu seperti yang kau lakukan."

"Aku kan masih sekolah, wajar kalau aku minta apa-apa ke Ibu dan Ayah."

"Paman, Bibi." Nanon muncul dari pintu dengan pakaian yang kotor, tangan yang sedikit luka dan wajah yang berantakan.

"Astaga, anakku! Nanon kenapa?" Ibu Ohm dengan cepat menghampiri Nanon, menariknya untuk duduk, mengelap wajah Nanon yang kotor.

"Aku jatuh, tadi ada mobil yang melewati genangan air dan menyiramku. Karena mataku kena air aku jadi tidak bisa melihat jalanan dengan jelas dan akhirnya menabrak lubang."

"Ya Tuhan, apa saja yang luka?"

"Tanganku dan kakiku cuma sakit sedikit. Tapi sepedaku sepertinya rusak."

"Jangan di pikirkan, besok-besok kalau mau kemana-mana minta antar Ohm dan Off." Ayah Ohm menasehati. "Kenapa tidak menelpon? Aku bisa menjemputmu tadi."

"Ponselku jatuh dari kantong dan pecah, paman." Nanon mengeluarkan ponselnya. "Sepertinya beberapa hari kedepan aku tidak bisa menghubungi kalian kalau pulang telat."

Nanon menatap ponselnya sendu. Ponselnya benar-benar mati total dan sudah tidak berbentuk sama sekali.

Bagaimana kehidupannya kedepan tanpa ponsel? Meminta ke orangtuanya juga sepertinya percuma.

Bukan karena tidak akan di belikan, tapi pastinya dia akan di omeli panjang lebar terlebih dulu walau sebenarnya dia juga tidak sengaja merusak ponselnya.

Tidak seperti seseorang.

"Wah Nanon, hp mu keren." Off menimbrung, ia mencomot sebuah pisang dan memakannya santai. "Sudah jadi barang rongsokan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaleidoscope [OhmNon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang