Prolog

16.3K 992 10
                                    

"Sialan lo! Baru sekali jalan sama gue, udah selingkuh!"

Seorang gadis berambut panjang melayangkan tangannya dan mendarat di pipi Haven. Setelah mendengus, gadis dengan rok di atas lutut itu angkat kaki dari sana.

Haven menyentuh pipi kirinya. Tamparan itu tidak begitu sakit, tetapi mampu mempermalukannya. Haven menatap datar gadis di hadapannya. Karena gadis itu, pacar barunya jadi salah paham. Haven melipat tangan di dada saat gadis berseragam sekolah masih diam.

"Lo mau ngomong apa?" tanyanya cuek.

"Lo … masih bisa jalan bareng cewek lain?"

"Kenapa?"

Haven tersenyum miring. Para mantannya memang begini, tidak pernah lelah mengejar dirinya.

"Kalo lo mau ngajak balikan, sorry, gue nggak bisa. Masih banyak cowok lain di dunia ini," tambah Haven.

Gadis berpita itu terkekeh. "Haish, kepedean banget lo. Nggak ada yang mau balikan sama cowok brengsek yang suka main-main sama hati cewek. Denger. Lebih baik lo berhenti sekarang dan minta maaf sama semua cewek yang lo sakitin, atau …."

"Atau apa? Lo mau kutuk gue? Bilang aja masih pengen bareng gue, Mika."

Mika tertawa hambar. Sejenak ia memandang ke langit. Laki-laki itu memang tidak bisa diharapkan.

"Kayaknya lo baru sadar kalo udah menderita."

Mika berjalan ke arah Haven. Tangannya merogoh ransel miliknya. Mika mengeluarkan bungkusan kecil beserta baju bayi. Dengan senyum miring, gadis itu membuka bungkusan, kemudian melempar isinya Ke udara.

Haven tidak dapat bereaksi dengan cepat. Bubuk putih mengenai dirinya. Pandangannya menjadi kabur dan tenggorokannya sakit. Dalam sepersekian detik, tubuhnya jatuh. Ia tidak sadarkan diri.

🌱🌱🌱

Setelah setengah jam, Haven tersadar. Kepalanya menggeleng beberapa kali melihat keadaan yang berbeda. Gang ini tampak sangat luas dan langit sangat tinggi. Haven mengulurkan tangan ke atas. Seketika ia melihat sebuah tangan kecil. Haven menganga. Kemudian dilihatnya tangan kiri.

"Udah bangun?"

Haven mendongak. Mika berdiri tidak jauh darinya. Senyum puas menghiasi wajah gadis itu. "Wah, Pangeran Haven imut banget."

Haven diam. Sebagian perempuan memujinya begitu, tapi ekspresi Mika menciptakan curiga. Hendak bicara, Haven refleks memegang bibirnya. Bukan suara bass yang keluar, melainkan ocehan bayi. Haven kembali bicara dan suara cempreng kembali terdengar.

"Kelihatan bagus. Dengan begini, Pangeran Haven bakal tahu rasanya menderita. Walau kejadiannya nggak sama, efek sakitnya nggak jauh beda." Mika mengangguk sambil tersenyum.

"Dan semoga ada orang baik yang nolongin. Bye, Haven Brengsek. Mika pulang dulu, udah ditunggu Mama di rumah," pamit Mika lalu berbalik pergi.

"Tata … tata."

Haven berteriak. Kedua tangannya menjangkau ke depan. Namun, hal tersebut tidak membuat langkah Mika berhenti. Gadis itu semakin menjauh hingga punggungnya menghilang. Melihat ke bawah, Haven menemukan sepasang kaki kecil terbungkus kain. Nampaknya Mika memakaikan pakaian bayi itu kepadanya.

"Ika! Ika!" teriak Haven kemudian berusaha berdiri. Namun, kaki kecilnya memiliki tenaga lemah. Ia pun jatuh terduduk.

Haven tidak tahu mengapa perasaannya sangat sedih. Belum lagi air yang mengaburkan pandangannya. "Ika! Ika!" panggilnya dan berusaha lagi.

Usaha Haven hampir membuahkan hasil. Hanya butuh beberapa usaha lagi, maka bisa menyusul Mika. Pada saat yang sama, seekor kucing gemuk berwarna coklat datang. Seketika Haven waspada. Kucing over berat badan itu bisa melakukan apapun terhadap tubuh kecilnya. Haven melindungi diri menggunakan dua kepalan di depan tubuh.

Kucing coklat semakin mendekat. Mata kuningnya berkilat di bawah langit jingga.

Haven sudah menutup mata kala kucing itu menerkam dirinya. Kenyataannya, kerah baju belakang ditarik dan tubuh Haven berpindah ke arah berlawanan dengan Mika.

Hampir lima belas menit lamanya kucing coklat menyeret tubuh mungil. Pada durasi yang sama, Haven melepaskan banyak omelan juga teriakan. Lalu tiba-tiba, Haven berhenti diseret. Kucing coklat pun memfokuskan perhatian pada seorang yang menghadang jalan.

"Eh, bayi? Diseret kucing?"

Seorang gadis berponi kebingungan melihat adegan di depannya. Saat berjongkok supaya bisa melihat jelas, kucing coklat memasang ekspresi waspada. "Kenapa kucing culik bayi?" gumamnya sambil mengeluarkan seekor ikan segar dari kantong plastik.

Kucing coklat segera menyambar ikan dan pergi secepatnya.

Aqilla diam memandang tubuh kecil berpakaian beruang. "Ganteng, kamu dari mana?" tanyanya, membuat Haven tersenyum pongah.

"Jadi bayi aja gue tetep ganteng." "Tata, tata." Haven terkejut dengan ucapannya sendiri. Tangan kecilnya menutup mulut. Memalukan sekali berada dalam tubuh ini.

Aqilla bertopang dagu, keningnya berkerut, sibuk memikirkan tentang asal bayi yang diseret kucing. "Ganteng begini, mana mungkin sengaja dibuang. Bayi Kecil, tenang ya? Kakak bakal rawat kamu sampai orang tua kamu ketemu," ucapnya sambil tersenyum.

Haven melotot kaget ketika tubuh kecilnya diangkat. Pipinya menggembung, bersiap terhadap apapun yang mungkin terjadi. Kemudian tangan kecilnya membentuk kepalan saat gadis itu menggesekkan pipi mereka.

"Gemes."

Haven melayangkan tangan supaya gadis itu berhenti menggesekkan pipi mereka. Menyadari usahanya percuma, tanpa bisa dikendalikan air matanya mengalir deras.

"Huwaaa ...."

The Prince's Curseحيث تعيش القصص. اكتشف الآن