19. Terimakasih yang Kedua

398 80 3
                                    

Maaf updatenya lama tapi.... Terimakasih atas segala supportnya, ya! 💚
    
      
      

 Terimakasih atas segala supportnya, ya! 💚                  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

           

Bianca hanya membaca pesan itu dalam hening. Entah bagaimana menjelaskannya, tapi Bianca sedang tidak bisa berekspresi dengan benar sekarang. Dua malam terakhir dia kesulitan tidur. Kejadian tangannya yang menampar Dikta terus berulang dalam benak bagai kaset rusak. Momen itu ternyata cukup mengusik sebuah luka lama dalam dirinya yang berdebu karena telah lama tertinggal. Sebuah bagian dari masa kecil yang tidak pernah menyenangkan untuk diingat.

Sejak hari mereka berdebat dirumah Johnny-Joya, sesekali Bianca tanpa sadar termenung sendiri sambil memandangi tangan mungilnya yang telah teledor menampar orang yang sudah menemaninya beberapa tahun ini. Sosok yang menemani masa-masa terpuruknya, sosok yang menemaninya berkembang, dan sosok yang menjadi pelarian utamanya untuk berbagi kabar bahagia. Dari sekian kejadian tidak menyenangkan selama seminggu terakhir, Bianca paling menyayangkan tindakannya sendiri yang main fisik seperti itu.

Layar ponsel itu menghitam kembali karena Bianca menguncinya. Dibiarkan pesan tadi tak terbalas. Bianca memang sudah melakukan pengaturan untuk menonaktifkan tanda baca biru sebelum membuka pesan tadi secara gamblang. Belum siap, sebab Bianca belum siap untuk berbicara lagi dengan Dikta.

Makin dewasa ini perjalanan Jakarta-Bandung sudah bisa ditempuh dengan kereta cepat. Semakin tahun akses transportasi makin dibuat praktis jadi tidak perlu merepotkan bagian diri berkendara untuk bisa sampai tujuan. Dan entah kenapa setiap naik transportasi masal Bianca selalu kebagian dekat jendela. Dengan suasana hati yang merana jam 9 pagi kali ini, Bianca seakan telah siap didukung untuk meratapi nasib sambil memandang hampa keluar jendela gerbong bagian eksekutif dengan durasi kurang lebih satu jam.

Saat kurang dari 7 menit lagi kereta yang ditumpanginya akan segera berangkat, Bianca tau ada sosok yang berjalan cepat memasuki gerbong kereta dan tergesa-gesa ambil duduk di belakangnya. Bianca hanya terpaksa tau, bukan minat untuk tau.

"Pagi pak."

"Pagi. Bagian pajak yang kemaren saya noted udah tim kamu notice? Emang gak seberapa, tapi tolong diperhatikan."

"Sudah pak. Update vlook untuk nanti dipresentasikan juga sudah kami kirim di email Bapak dan juga Mbak Bianca yang nan—"

"Bianca?"

"Iya. Kan memang Mbak Bia—"

"Dimana dia?"

"Maksudnya Pak?"

"Bianca, dia dimana sekarang?"

"O—oh it—itu emm,, Ini di depan saya duduknya. Bian? Bianca?"

Bianca memutar bola matanya jengah saat dirasa bagian puncak kursinya diketuk-ketuk seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Reisa. Kepala Bianca yang awalnya bersandar sebagian di jendela, terpaksa harus tegak kembali untuk menoleh dengan tidak ikhlas. Namun sebelum kepalanya menoleh sempurna ke belakang, Bianca sudah dikejutkan dengan sosok yang berdiri di pinggir bangku sebelahnya. Memandang dengan sama terkejutnya seperti dirinya. Tapi sekian detik selanjutnya Bianca membuang mukanya ke depan. Tidak minat bertatapan lebih lama.

[✔️] Kapan NikahWhere stories live. Discover now