04| Tama menghajar orang?

207 58 6
                                    

Selamat Membaca

Liris Sherianne berasal dari keluarga konglomerat dan memiliki dua kakak bernama Argan dan Selena sedangkan ayahnya telah meninggal dunia karena sakit parah. Sejak kepergian ayahnya, jarang sekali Argan dan Selena mendapati Liris senang, tapi apa yang mereka lihat sekarang?

"Lihatlah, sejak kemarin senyumnya makin lebar," komentar Selena pada Argan.

Argan angguk setuju, entah apa yang membuat adiknya itu sangat bahagia. Manik elang Argan menyipit saat Liris lewat begitu saja di depan mereka sambil bersiul-siul.

"Liris."

Tubuh Liris menegang kala Selena muncul di balik punggung, menyentuh kedua pundaknya seraya menempelkan bibir pada daun telinganya.

"Hiih! Buat kaget saja!" Liris tersentak.

Wajah Selena melempem, ditatapnya Liris. "Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami?"

"Tidak, tuh."

"Kamu seperti orang kasmaran saja," komentar Argan seraya mengganti saluran televisi. Sejak tadi dia sibuk mencari kartun kesukaannya, Dora the explorer. Anak perempuan berkulit cokelat dengan rambut pendek sepundak dilengkapi poni. Sejujurnya dia lebih suka Boots, monyetnya Dora. Intinya, Argan menyukai kartun dan animasi anak. Sangat berbeda dari penampilan luarnya yang terlihat dingin dan tidak berperasaan.

Liris terdiam, matanya bergerak gelisah sedangkan kedua tangan bertaut resah. Argan serta Selena saling pandang lalu melirik adiknya dengan terkejut.

"Benar, ya?!" Seru mereka bersamaan.

"Kalian kenapa, sih?! Heboh sekali!" raung Liris.

Argan mendekat, mencengkeram sepasang bahu Liris, manik elangnya berkilat. "Jika dia memiliki kulit kecokelatan yang eksotis seperti Dora, aku bisa mempertimbangkannya setelah melihat kepribadiannya."

Liris tidak tahu harus berkata apa karena tiba-tiba di belakangnya, Selena pun menaruh tangan di atas tangan Argan yang mencengkeram bahunya.

"Dia harus memiliki tubuh seperti model, wajah tampan dengan tulang wajah yang proporsional."

Jantung Liris berdegup kencang, mengingat bagaimana sosok Tama sesuai kriteria mereka. Tapi, bukan hanya fisik yang perlu diperhatikan, bagi Liris kepribadian yang baik adalah hal utama. Percuma tampan jika memiliki kepribadian buruk. Sejujurnya, Liris suka ketika Tama menundukkan kepala saat memegangi tangga untuk dirinya naik menaruh buku pada rak tertinggi, jelas dia menghormati wanita karena saat naik, Liris mengenakan rok. Tama sangat sopan dan lugu.

"Ada apa ini?"

Liris tersenyum senang melihat ibunya telah pulang. Dengan cepat, Liris kabur lalu berhambur dalam pelukan ibunya. Mencari perlindungan dari dua singa yang keponya selangit.

"Ibu... dua iblis itu mau memakanku," adu Liris.

Tiana mengusap rambut panjang anak bungsunya. "Berhentilah menjahili adik kalian." Melihat kejadian barusan, Tiana seolah menyaksikan kelinci yang disergap dua hewan buas.

Argan serta Selena mendengkus, saling bergandengan tangan dan duduk di posisi semula, duduk di sofa sambil menonton televisi seolah tidak terjadi apapun.

"Adikmu menyebalkan," komentar Argan.

"Dia adikmu juga, tahu!" ketus Selena.

***

Mortem merupakan sindikat kejahatan terorganisir yang ada di Megaraya. Ada banyak organisasi-organisasi semacam itu. Namun yang paling terkenal adalah Mortem. Awalnya mereka hanya melakukan bisnis ilegal, tapi pada masa kini, Mortem pun ikut dalam perkelahian memperebutkan wilayah. Mortem berisi orang berumur nan berbahaya. Mereka sulit disentuh karena bekerja sama dengan orang pemerintah.

A Light that Never DimsWhere stories live. Discover now