13 Buah bibir🌈🦄

10 0 0
                                    

hai hai haiii, gimana kabarnya? baik-baik aja gak?

they called me boon, thats what i like-☆

silahkan tinggalkan sebanyak-banyaknya komen di chapter ini, beri vote juga share cerita ini dengan temen-temenmu. salam sayang dari boon-♡

🎶play song Runtuh-Feby Putri🎶

selamat membacaaa-👻

≈≈≈
"Hancur sudah hati yang mudah rapuh ini dengan kata-kata yang keluar dari mulut orang."
≈≈≈

Sebenarnya Davina tak ingin sekolah hari ini, tapi karena dia tak ingin ketinggalan pelajaran dia memilih untuk sekolah saja. Davin yang mengantar Davina ke sekolah tadi, semenjak di sekolah Davina selalu dibully, Davin datang untuk membelanya.

Davina berjalan melewati mading sekolah, banyak sekali orang yang berkerumun untuk melihat mading. Davina penasaran namun dia tak ingij masuk ke kerumunan itu, Davina hanya melewatinya.

Namuj saat di tangga, murid-murid berbisik-bisik saat Davina melewatinya. Iru membuat Davina bingung, biasanya orang langsung berteriak, tapi kenapa sekarang berbisik-bisik?

Davina tak mempedulikan bisikan-bisikan itu, Davina hanya melanjutkan langkahnya untuk sampai ke dalam kelas. Namun sata dia sampai di bangkunya, tas Gladin tak ada di sebelahnya, tas Gladin ada di tempat lain, itu membuat Davina tambah bingung.

Davina melihat ke arah Gladin yang baru saja selesai dari kantin. Davina tersenyum manis pada Gladin, namun Gladim tak membalasnya dengan senyum juga, melainkan tengan tampang tak suka.

Davina mendekati Gladin yang sudah menduduki bangkunya, Gladin hanya diam sambil melihat Davina dengan tatapan tak suka. "Gladin kenapa?" tanya Davina kepada Gldin mmebuat Gladin mengerutkan keningnya.

"Sok polos banget lo! Liat sana di mading, atau liat di grup kelas," kata Gladin dengan nada kasar. Davina langsung membukan aplikasi linenya di ponsel miliknya. Melihat grup kelas yang ada foto-foto dari mading, itu adalah foto diary milij Davina juga isinya.

Davina sungguh kaget melihat tulisan itu. Hanya sebagian dari foto itu yang menjadi tulisannya, sebagian lagi adalah tulisan orang lain yang entas siapa.

Davina langsung berlari ke arah mading untuk melepas semua kertas-kertas diarynya. Davina tak bisa menahan air matanya untuk ini. Baru kemarin dia telah dibully, dan sekarang dia difitnah oleh kertas-kertas tidak benar ini.

Sejujurnya aku benci sama Gladin, tapi aku harus apa, Gladin satu-satunya orang yang mau berteman dengan aku.

Gladin yang coba-coba deketik Davin tanpa setau aku. Aku gak pingin semua ini terbongkar karena aku gak mau sendiri.

Itu isi kertas diary yang membuat murid-murid heboh, tapi itu bukan tulisan Davina. Itu dibuat-vuat oleh orang lain. Orang-orang sudah mengira jika Davina munafik dan memanfaatkan orang lain.

Gladin saka sudah tak ingin berteman dengan Davina, apalagi orang lain. Sekarang Davina benar-benar sendirian, tak ada orang yang ingin berteman dengannya apalagi bersahabat.

"Hai," sapa seseorang yang langsung memegang bahu Davina dengan lembut. Davina melijat sumber suara itu sambil menghapus air matanya.

IMAJINERWhere stories live. Discover now