20 - Akhir Segalanya

1.2K 117 2
                                    

Ini adalah bab terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah bab terakhir. Tapi jangan langsung pergi setelah selesai baca, karena ada Pengumuman di bagian paling bawah.

Hari demi hari berlalu begitu cepat, banyak peristiwa terjadi, banyak pula yang terlupakan. Cerah dan hujan datang silih berganti, meninggalkan banyak cerita yang selalu kita ingat. Memberi kita hikmah dan pelajaran untuk memperbaiki diri ke depannya.

Singkat cerita, Leo telah menjalani rekontruksi dan berbagai proses lainnya. Selama satu minggu ia berada di sel penjara kantor polisi. Sampai akhirnya beberapa hari kemudian, sidang dimulai untuk menentukan hukuman apa yang akan dijatuhkan atas pembunuhan yang dilakukan oleh Leo.

Selama persidangan berlangsung, banyak saksi yang memberi kesaksian kepada hakim. Kesaksian-kesaksian itu semakin memberatkan posisi Leo. Dirinya semakin terpojok. Ia tidak melawan sama sekali, dirinya sudah tak peduli dengan nasibnya ke depan. Hampir tidak ada satu pun orang yang memberikan pembelaan kepada Leo. Ia tak punya kerabat apalagi keluarga.

Hanya ada Nanda temannya yang meminta uji psikologis kepada Leo untuk memastikan ia tidak dalam gangguan kejiwaan. Hal ini dilakukan agar Leo diberikan keringanan, akan tetapi polisi telah melakukan hal tersebut. Dan Leo dinyatakan tidak dalam gangguan jiwa. Sehingga ia akan diberi hukuman maksimal oleh hakim. Banyak yang menuntut Leo dihukum mati, akan tetapi tidak diberikan oleh sang hakim ketua.

Akhirnya, Leo pun dijerat dengan hukuman penjara seumur hidup di usianya yang baru menginjak 28 tahun. Ada yang puas, ada juga yang tidak. Leo pun setuju dengan hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Sebelum ia keluar ruang persidangan, temannya Nanda terlebih dahulu mendekati Leo.

“Leo!” panggil Nanda sambil mendekati temannya itu. “Kenapa? Kenapa lo jadi kaya gini?” tanyanya dengan wajah kecewa. Sedangkan Leo membuang muka dan enggan bicara.

“Leo! Lo boleh marah sama mantan istri lo, tapi gak gini cara ungkapinnya. Gue kecewa sama lo,” ucap Nanda.

Leo kemudian mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Nanda. “Nan, gue juga gak mau bunuh mereka. Tapi mereka, mereka paksa gue!” kata Leo.

“Hah?” Nanda sedikit bingung mendengarnya. “Jadi lo ngelakuin ini atas paksaan? Siapa yang paksa lo, Leo? Kenapa lo gak ngomong di persidangan tadi? Bisa aja hakim kasih keringanan buat lo,” tanya Nanda penasaran.

“Iblis,” jawab Leo. “Iblis yang paksa gue bunuh mereka!” tegas Leo sambil menatap Nanda dengan tatapan serius.

“Permisi, terpidana harus segera kami bawa ke mobil,” ucap polisi yang tiba-tiba datang menjemput Leo.

Nanda pun bicara untuk terakhir kalinya. “Leo, kalo lo butuh apa-apa. Hubungin gue aja ya!” ucapnya.

Kemudian para anggota kepolisian segera membawa Leo keluar dari ruang persidangan. Para orang yang hadir pun menyoraki Leo. Saat sampai di luar gedung dan hendak masuk ke dalam mobil, para wartawan pun langsung mengerumuni Leo. Memberikan seribu pertanyaan kepada sang terpidana. Akan tetapi petugas berhasil mengamankan situasi sehingga Leo bisa secepatnya dibawa pergi dari lokasi.

Jerat Maut Perjanjian Setan (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang