Bab 5 - Ern dan Ven.

10 8 0
                                    


"Kamu duduk." perintah Anastasia menyuruh pelayannya yang memiliki telinga kucing.

"Eh?"

Gadis kucing itu terlihat kebingungan ketika dia diperintah oleh Anastasia.

"Duduk di situ," ucap Anastasia lagi.

"Anu, Nona Elva. Saya budak, saya tidak diperbolehkan duduk di kursi ini." jawab gadis kucing itu.

"Benarkah? Kalau begitu duduk."

"Tapi, nona Elva—"

"Aku bilang duduk! Apa kau melawanku?"

"Ba-baik, nona Elva."

Gadis kucing itu lalu duduk pelan-pelan dengan gemetaran. Di saat itu, Anastasia memperhatikan gadis kucing itu duduk. Duduknya normal saja seperti manusia, tapi yang membuatnya menarik adalah gerakan ekor dan telinganya.

Normalnya, ketika kucing takut, telinganya akan turun menutup kepalanya dan ekornya biasanya turun dan menyentuh dekat dengan bagian tubuhnya. Anastasia memperhatikan kalau gadis kucing ini juga melakukan hal yang sama dengan kucing yang sebenarnya. Terlihat aneh, tapi lucu.

Anastasia lalu mencoba mengelus kepala gadis kucing itu berharap dia tidak ketakutan. Hanya saja, gadis kucing itu tambah gemetaran dan kepalanya mulai menunduk.

"Maafkan aku, ampuni aku," ucap gadis kucing itu gemetaran

"Jangan khawatir. Aku sedang tidak ingin menyakitimu." ucap Anastasia, "Aku hanya ingin mengelusmu."

Telinga gadis kucing itu mulai terangkat. Anastasia merasa kalau gadis kucing itu sudah tidak takut sekarang. Tapi ekornya masih kelihatan turun. Aneh sekali.

Anastasia lalu langsung memeluk gadis kucing tersebut dan gadis kucing itu merespon dengan telinga dan ekornya langsung menegang ke atas.

"Anu, nona Elva?" tanya gadis kucing itu agak kebingungan.

Reaksinya sesuai yang diharapkan Anastasia. Sekarang anastasia berhenti memeluknya dan mencoba sesuatu yang lain. Dia mulai memegang telinga gadis kucing itu dan mencoba memeriksanya.

Betapa terkejutnya Anastasia ketika telinganya benar-benar sebuah telinga kucing. Ada lubang telinga dan berbulu. Dia lalu mencoba meraba bagian samping gadis kucing itu untuk mencari apakah ada telinga manusia.

Tidak ada, tidak ada telinga manusia. Semuanya rambut. Benar-benar aneh sekali. Tapi Anastasia menyukainya.

Setelah itu Anastasia memeriksa mulut gadis kucing itu. Dia ingin melihat seperti apa dalamnya. Mengejutkannya, giginya masih mirip manusia. Tapi yang membedakannya, gigi taringnya lebih panjang dan runcing, serta gigi belakangnya berbentuk lancip.

Terakhir, Anastasia ingin tahu tentang sesuatu yang tidak disukai oleh kucing ketika disentuh, yaitu ekornya. Ekor gadis kucing itu memang bereaksi sesuai kucing aslinya, tapi bagaimana jika dipegang? Apakah ekornya benar-benar ekor atau hanya pajangan saja? Dan apakah gadis kucing itu membenci ekornya dipegang juga?

"Sekarang kamu berdiri." ucap Anastasia.

"Berdiri, nona Elva? Baiklah."

Gadis kucing itu terlihat lega ketika disuruh berdiri dan kelihatan lebih tenang. Anastasia merasa heran dengan reaksinya. Duduk disitu nggak dibolehin ya?

Tapi sudahlah, Anastasia tidak terlalu berpikir pusing untuk memikirkan hal yang tidak penting itu.

"Berbaliklah." perintah Anastasia.

Gadis kucing itu lalu berbalik dan menampilkan bagian belakang baju pelayannya. Tapi bukan itu yang Anastasia ingin periksa, tapi ke ekor gadis kucing tersebut yang sepertinya reaksinya berubah. Ekornya berdiri dengan ujungnya menurun, seakan-akan membentuk sebuah kail.

Raise - TsarinaWhere stories live. Discover now