Ekstra Part

42.6K 1.6K 67
                                    

Author POV

Di hari Rabu malam, tepatnya di bulan Februari, bayi kembar Aurora dan Rafael akhirnya dilahirkan. Hari itu, Rafael sangat panik begitu istrinya mengerang sakit ingin melahirkan. Dia membawa Aurora dengan mobil dan mengendarainya sangat cepat menuju rumah sakit ibu dan anak. Untungnya Rafael sudah menyiapkan kamar perawatan seminggu sebelum hari kelahiran bayi kembarnya sehingga dia tidak perlu susah payah mengurus hal lain lagi.

Rasa cemas, lelah, dan gugup bercampur aduk di dalam hatinya. Dia tidak pernah suka dengan rumah sakit apalagi istrinya harus dioperasi karena tidak memungkinkan melahirkan secara normal. Jangan tanya bagaimana pucat wajahnya, menunggu tanpa kepastian bagaimana keadaan istri dan dua bayi mereka di dalam ruang operasi. Yang bisa Rafael lakukan adalah berdoa untuk keselamatan istri dan anak-anaknya.

Namun, penantian panjang penuh ketegangan akhirnya terbayarkan dengan kelahiran dua bayi gembul yang sehat tanpa kekurangan sedikitpun. Aurora juga berhasil melalui masa berat dan perlahan stabil.

Keluarganya satu persatu berdatangan, Ismail dan Della adalah yang paling cemas bahkan Della sempat menangis. Putrinya melahirkan bayi kembar melalui tindakan operasi, tentu saja Della sangat khawatir dengan keselamatan Aurora di dalam ruang operasi karena dulu dia juga punya pengalaman melahirkan melalui operasi.

Malam itu, rasa cemas perlahan digantikan bahagia karena dua bayi kembar sepasang telah hadir mewarnai keseharian hidup mereka.

"Istirahat, Ra. Aku tau kamu capek banget," ucap Rafael. Jam di dinding menunjukkan pukul tiga pagi di mana Aurora tiba-tiba membuka mata dan memanggilnya.

Pria itu mengusap puncak kepala istrinya, diciumnya kening Aurora lalu membenarkan letak selimut di tubuhnya.

"Aku kira tadi udah pagi," balasnya dengan suara serak. Rafael tersenyum kecil, istrinya pasti sudah tidak sabar bertemu dengan si kembar yang masih berada di ruang perawatan bayi.

Dia menggenggam erat tangan Aurora, mengelus lembut punggung tangannya yang sedikit dingin. "Gak apa-apa, kamu istirahat dulu. Pagi nanti, si kembar bakal dianter ke sini," ucapnya.

Iris coklat Aurora menatap ke sofa panjang di kamar VIP itu demi melihat putra sulungnya yang terlelap di atasnya. Reivan bahkan tidak ingin ditinggal, dia tetap ingin bersama Papa dan Mamanya.

Melihat wajah lelah Rafael, dia sadar kalau suaminya pasti belum tidur karena menjaganya sedari tadi.

"Kamu istirahat juga, sayang," pintanya. Rafael memberinya seulas senyum tulus, dia mengusap pipi Aurora dan mengangguk. Di saat lelah pun, Aurora masih mengkhawatirkan dirinya. Bagaimana mungkin Rafael bisa menyakiti hati wanita sebaik Aurora?

"Iya, setelah kamu tidur, aku juga bakal tidur."

Aurora kembali memejamkan mata, rasa kantuk menyerangnya dan memaksa dia untuk lekas tertidur. Tidak sabar dia bertemu dengan dua bayinya, mereka pasti juga ingin merasakan dekapan dari Aurora.

...

Seperti ucapan Rafael saat fajar, perawat membawa dua boks bayi ke kamar perawatan Aurora. Begitu melihat bayi-bayinya, Aurora tiba-tiba menangis terharu. Dia menantikan kehamilan kedua setelah satu tahun menunggu dan akhirnya dia bisa melihat bayi-bayinya sekarang. Dia sangat bersyukur sekali karena telah diberikan anugerah seperti ini.

"Oh sayang... Liat muka kalian mirip semua sama Papa," ucap Aurora sembari mendekap bayi lelakinya yang tertidur sambil menyusu, sedangkan Rafael tengah mendekap bayi perempuan mereka.

"Mama, ini adek Eii yaa?" Reivan yang duduk di atas kursi samping Aurora dengan antusias melihat adik bayinya. Aurora menatap putranya dengan sayang lalu mengangguk.

Menikah Tanpa Cinta [TAMAT] REPOSTWhere stories live. Discover now