Kisah Julian : Keluarga Handoko [Part 2]

7.5K 258 1
                                    

Lima tahun telah berlalu dan sekarang aku tinggal di rumah Keluarga Handoko. Seperti yang bisa kalian tebak, keluarga inilah yang memenangkan hak asuh diriku dan Rama di persidangan. Keluarga ini memiliki pengaruh dan banyak koneksi, sehingga Tante Venya akhirnya hanya bisa menyerah. Saat itu Tante Venya berpesan kepada aku dan Rama untuk segera mengabarinya jika sesuatu hal terjadi pada kita berdua. Maklum saja, Tante Venya khawatir keluarga Handoko ini akan memperlakukan aku dan Rama seperti duri dalam keluarga.

Untungnya saja, semuanya berjalan dengan sangat baik sampai saat ini. Aku dan Rama bisa terus melanjutkan pendidikan dan bahkan kita berdua dipindahkan ke sekolah yang lebih baik. Di rumah besar keluarga ini juga ada Om Nathan dan Tante Uti yang mengurusku layaknya anaknya sendiri. Jika ada yang bertanya tentang kabar Kakek Handoko, aku tidak bisa berkata banyak karena selama ini Kakek hanya bersikap pasif setiap kali bertemu denganku. Kakek bersikap dingin di luar seakan-akan menjaga jarak dengan diriku, tapi yang jelas aku tahu kalau Kakek diam-diam sering menanyakan pengembangan aku pada Om Nathan, aku beberapa kali mengintip ketika keduanya bertemu dan membicarakan aku.

Pagi itu, seperti hari biasanya aku bersiap dengan barang-barang keperluan sekolahku seperti buku-buku pelajaran, tempat pensil, dan lain-lain. Setelah aku siap, sesaat aku berdiri di hadapan cermin dan melihat bagaimana penampilanku. Mengubah tatanan rambut dan membenarkannya, aku tersenyum kecil begitu menyadari kini tak terasa aku telah tumbuh menjadi remaja yang sangat tampan. Tunggu, bukan karena aku kepedean ya, tapi memang kenyataannya aku cukup populer di kalangan kaum hawa di sekolahku. Bahkan, salah satu guru muda di sana sering menggodaku dengan caranya yang tak biasa.

"Namamu kenapa Julian sih? Kamu itu cocoknya pakai nama Pangeran." Aku masih ingat bagaimana dia membuang tatapan nakal kepadaku.

Kembali lagi pada cerita, setelah aku sudah puas membanggakan diri, aku keluar dari kamar dan menuruni tangga sembari menerka bagaimana kondisi di meja makan. Dari atas, aku dapat melihat cukup jelas kalau di sana sudah ada semua anggota keluarga termasuk Rama juga sudah duduk di kursinya. Sesampainya aku langsung memberikan salam dan mengambil posisi duduk.

"Pagi, Tante Uti. Wah, wah, dalam rangka apa emangnya Tante? Ini semua kan makanan sepesial kesukaannya Om Nathan. Iya ga, Om?" Aku memiringkan salah satu alisku seraya menyunggingkan senyuman kecil.

Om Nathan hanya membalas dengan senyum kecil seraya melanjutkan makan.

"Eh, lu emang ga tau ya kalau Papa ultah? Makanya nyet, jangan cewek mulu yang diperhatiin kali."

"Erik! Ga sopan ya kamu!"

Tante Uti meninggikkan suaranya, dia begitu kesal saat Erik-anak laki-lakinya itu-bertindak tidak sopan di hadapan semua orang, terlebih di sana ada Kakek. Yah, meski Kakek terlihat tidak peduli dengan percakapan dan sibuk menghabiskan makanannya.

"Sudah-sudah, kalian cepat habiskan makanannya." Om Nathan seperti biasanya bersikap tenang, dia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju Tante Uti. Dia mengecup pipi wanita yang disayanginya itu.

"Mah, Papah berangkat ya. Pah, Nathan pamit kerja. Dan kalian bertiga, Papah tunggu di depan."

Om Nathan kemudian pergi meninggalkan ruang makan dan disusul dengan Kakek yang pergi tanpa berucap sepatah katapun. Aku sibuk menghabiskan nasi goreng di hadapanku dan waktu pun berjalan dengan semestinya. Om Nathan mengantarkan aku, Rama, dan Erik ke sekolah sebelum dirinya pergi bekerja.

Sekedar informasi, aku, Rama, dan Erik sejatinya bersekolah di tempat yang sama. Aku dan Erik pun berada di tingkatan yang sama, yaitu kelas 3 SMA, sementara Rama masih duduk di kelas 1 SMA. Jika ditanya hubunganku dengan Erik, sebenarnya bagiku tidak ada sesuatu hal yang begitu menggangu. Memang benar, entah mengapa si Erik ini suka banget bersikap dingin kepadaku, tapi aku tidak begitu mengambil pusing ya karena aku pikir itu reaksi yang normal bagi Erik yang mengganggap aku dan Rama sebagai orang luar yang tiba-tiba masuk ke dalam keluarganya. Terlebih aku sadar kalau perlakuan Om Nathan dan Tante Uti yang terlewat baik padaku. Yah, mungkin dia cemburu? Namanya juga anak remaja yang masih labil ya kan.

Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔Where stories live. Discover now