Kisah Julian : Keluarga Handoko [Part 8]

3.9K 170 1
                                    

Saat ini, aku benar-benar terkejut dan tidak bisa berkata-kata saat kedua mataku menangkap basah apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan Pak Bram. Tadi, setibanya aku di depan ruangan Pak Bram, tujuan rencana aku awalnya mengintip lebih dulu bagaimana kondisi di dalam sana untuk menyiapkan mentalku nanti saat bertemu dengan Pak Bram dan gengnya Erik. Aku takut datang di saat waktu yang salah. Dugaan aku pasti saat ini Pak Bram sedang menegur Erik dan teman-temannya yang mungkin telah melakukan pelanggaran sekolah.

Aku gugup. Lebih tepatnya, aku gugup bukan karena takut pada Erik dan teman-temannya, tapi aku gugup karena akan bertemu dengan Pak Bram yang notabenenya terkenal galak dikalangan para murid. Bagaimana kalau nanti aku terkena imbasnya? Secara, aku ini adalah sepupunya Erik, sudah menjadi tugasku untuk mengingatkan anak itu agar tidak melakukan pelanggaran di sekolah.

Itu awalnya, tapi setelah aku melihat apa yang sebenarnya terjadi, tubuhku benar-benar mati rasa untuk beberapa saat. Pikiraku benar-benar tidak bisa menerima semua informasi yang masuk dari indra penglihatanku. Gila! Benar-benar gila! Yang benar aja! Masa sih iya? Ini seriusan?

Dalam pikiran, aku bertanta-tanya apakah aku berhalusinasi atau tidak? Aku bahkan menampar pipiku dengan cukup keras sampai-sampai aku kesakitan, hanya untuk memastikan kalau ini semua nyata dan benar-benar terjadi.

Oh, shit! Apa yang Pak Bram lakukan di sana? Pak Bram benar-benar sedang menungging di hadapan Erik dan teman-temannya? Apa-apaan ini? Pak Bram yang selama ini terlihat galak dan garang kini di pengelihatanku tengah telanjang bulat tanpa benang sehelaipun di atas lantai. Terlebih, Erik dan teman-temanya yang kulihat sedang duduk di sofa malah terlihat menikmati dan bahkan memasang mimik wajah yang aneh.

Lagi-lagi, shit!

Erik mulai menampar pantat Pak Bram! Ini benar-benar gila! Tidak hanya Erik, teman-temannya pun mulai ikut menampar pantat Pak Bram dan sesekali meremasnya. Aku kehabisan kata-kata, kepalaku rasanya campur aduk, merinding, dan sensasi aneh, sangat-sangat aneh mulai muncul dan membuatku tambah bingung.

"Gila! Masa gua terangsang?" Aku tambah terkejut begitu merasakan adik di bawah sana perlahan mulai terbangun dari hibernasinya. Padahal, hal seperti ini jarang sekali terjadi. Terlebih aku ini tipe orang yang cukup bisa menahan diri. Jika sedang melihat majalah dewasa bersama Angga dan Oliver saja aku merasa biasa dan jarang sekali batangku ini menegang.

Kini adegan yang terjadi di dalam bahkan semakin memanas. Dari tempatku berdiri, dari luar celah gorden jendela, aku bisa melihat jelas ekspresi Pak Bram yang baru kali ini aku lihat. Dia menggeliat setiap kali anak-anak itu mengerjai bagian bawah miliknya itu, wajahnya pun seakan menikmati dan keenakan setiap mendapatkan perlakuan tidak sopan dari murid-muridnya itu.

Melihat wajah Pak Bram yang sedemikian rupa itu benar-benar menabah lonjakan napsu birahi dalam diriku. Sekarang, aku bisa merasakan burungku sudah menegang dan tegak sepenuhnya. Aku menyempatkan diri membenarkan posisi penisku disela menonton adegan panas di dalam, supaya nyaman.

Aku benar-benar sudah terbakar api birahi, aku bakan tidak memikirkan lagi mengapa aku bisa terangsang melihat pergelutan antar lelaki di dalam sana. Persetan dengan aku menjadi penyuka sesama jenis, masa bodo, saat ini yang terpenting aku sangat menikmati tontonan ini.

Segera aku pun mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana dan buru-buru merekam adegan panas di dalam sembari lanjut menonton.

Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum